Ketika lagi ngopi bersama teman, tiba-tiba perbincangan mengarah ke sebuah kecelakaan. Dalam perbincangan tersebut, teman saya bilang ada hikmah dibalik kecelakaan. Lalu saya menyela, bicara hikmah pasca kecelakaan, saya jadi ingat Muhammad Fadli, seorang pembalap paracycling. Ia tadinya seorang pembalap motor. Suatu hari kecelakaan di sirkuit membuat Fadli kehilangan kaki. Apa hikmah kecelakaan itu? Tidak ada. Risiko kecelakaan di sirkuit sudah ada sejak sebelum Fadli lahir. Ia mengambil resiko itu dengan memilih profesi pembalap motor.
M. Fadli mantan pembalap motor yang kini jadi pembalap sepeda |
Hikmahnya ada pada pilihan Fadli, bukan pada kecelakaannya. Setelah kehilangan kaki, ia punya banyak pilihan. Ia bisa menyerah dan merintih, sambil berharap belas kasih orang. Ia bisa memulai “profesi” baru sebagai pengemis. Atau, ia bisa pula berhenti jadi pembalap, bekerja di perusahaan, kalau ada yang mau merekrutnya. Atau bisa pula ia memilih bunuh diri.
Pilihan yang diambil Fadli mencengangkan. Ia tidak merasa kehilangan kaki itu adalah penghalang untuk tetap jadi pembalap. Ia hanya perlu mengganti kendaraannya saja. Ia mulai berlatih jadi pembalap sepeda, dengan bantuan kaki palsu. Maka ia kini menjadi pembalap nasional.
Bukan kecelakaan yang membuat Fadli hebat. Ia sudah hebat sebelum kecelakaan itu terjadi. Ia tetap hebat setelah kecelakaan itu. Kecelakaan hanya mampu melukai kakinya, tidak pikirannya. Pilihan yang ia buatlah yang menjaganya tetap menjadi seorang juara, tidak terjerumus menjadi pecundang.
Jadi, kalau ada hal buruk menimpa, jangan mengeluh, jangan cari hikmahnya dalam belantara misteri. Bersikaplah. Bangkit, pikirkan apa yang bisa kita perbuat untuk mengatasi akibatnya. Bertindaklah untuk mengatasinya. Ciptakan hikmah bagi diri kita.
Sekali lagi... Jangan ambil hikmah pada kejadian buruk. Tidak ada hikmah pada kejadian buruk itu. Hikmah ada pada sikap kita terhadapnya. Dalam hal kecelakaan fadli, hikmah dihasilkan oleh orang-orang yang berpikir dan bertindak seperti fadli. Bukan oleh kecelakaannya.
Begitulah. Hikmah tidak datang begitu saja. Jadi jangan menunggu. Perintah-Nya memang ambil saja hikmahnya. Tapi pada prakteknya, hikmah itu tidak diambil tapi kita ciptakan sendiri.
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.