Lagu Ingsun ciptaan Sujiwo Tejo memiliki makna yang dalam yakni tentang pencarian jati diri seseorang. Lagu Ingsun ini berkenaan dengan perjalanan manusia dalam mencapai kesejatian hidup untuk mewujudkan impian dan cita-citanya. Seseorang akan mampu mencapai impian manakala ia berpegangan pada tali kesadaran hidup. Ya, karena sejatinya hidup bukan memainkan peran, tetapi menjadi diri sendiri pada semua peran. Hidup itu tidak perlu memakai topeng kepalsuan. Nah berikut lirik lagu Ingsun.
INGSUN
Nunggang roso ngener ing panggayuh
Lunging gadung mrambat krambil gading
Gegondel witing roso pangroso
Nyancang jadi wasanane
Mbrebes mili banyu saking langit
Tibeng kedung lumembak ing pangkon
Anut nyemplung lelakon ngaurip
Cumemplong roso atiku
Candrane wong nglangi
Ing tlogo Nirmolo
Candrane kumambang
Ing sendang Sumolo
Solan salin slagane manungso
Empan papan sasolah-bawane
Esuk sore rino sawengine
Ajur-ajer 'njing kahanan
Tan liyan gegondelan
Tarlen mung wit krambil gading
INGSUN (English version)
Riding on feelings, heading only for dreams
Like the roots of the yam tree creeping up the coconut tree
Guided only by the tree of feelings
In the end tied to my true self
Tears drip from the sky
Falling into the lake rippling on my lap
Plunging into life's story
Drowning in relief in my heart
Like a person swimming
In the holy Nirmolo lake
Like a person floating
In the holy Sumolo lake
Changing masks and human forms
Depending on where they are
Morning evening noon and night
changing appearance to suit the audience
Nothing to lean on, no guide
Except the tree of your heart
Makna Lagu Ingsun (Sujiwo Tejo)
Lagu Ingsun bait pertama bermakna seseorang bisa mewujudkan impian ketika ia berpegangan pada tali kesadaran hidup.
Bait kedua bermakna tentang perjalanan hidup manusia. Lika-liku kehidupan harus dijalani dengan penuh kesadaran diri. Lakon hidup harus kita perankan sesuai dengan kapasitas kita.
Bait ketiga bermakna orang yang berenang di danau suci. Hidup ini suci, jagad ini suci, harus kita jaga kesuciannya dengan kebaikan-kebaikan laku. Kita harus renangi hidup ini, jangan sampai tenggelam dan hilang dalam lumpur kehidupan. Jadilah diri sendiri, jangan menggunakan topeng demi sebuah peran. Jika kita mengenakan topeng kepalsuan, maka akan ajur-ajer njing kahanan, terbawa kondisi zaman yang serba tidak menentu.
Bait keempat bermakna tentang kondisi zaman kalabendu, zaman di mana sangat susah sekali membedakan benar dan salah. Zaman dimana kebenaran dijungkirbalikkan, wong salah tambah pongah, wong bener mung iso tenger-tenger.
Bait kelima bermakna zaman edan terjadi jika manusia sudah tidak lagi memiliki sandaran, tidak memiliki panduan hidup, sehingga kehidupan menjadi tidak karuan, tersesat dalam gelap. Salah satu jalan untuk menuju jalan cahaya adalah dengan bersandar pada nyanyian jiwa, kembali mendengarkan bahasa Ilahi yang terbersit dalam kesucian hati nurani.
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.