Entah kenapa aku demen banget istilah Hybrid Theory (albumnya Linkin Park) dan pingin nulis tentang hybrid theory. Padahal yang namanya teori itu sesuatu yang amat aku benci. Dan sialnya di Indonesia, kebanyakan guru mengajar melalui teori-teori monoton yang membuat ngantuk.
Tapi Hybrid Theory ini beda, menurut Google Translate Hybrid Theory merupakan teori hibrida. Dan menurut saya, Hybrid Theory itu seperti teori yang berbeda-beda, atau bisa saja disebut teori peranakan. Peranakan itu semisal 1+2 = 4. Nah bagaimana kita harus menemukan teori peranakan ini adalah hal yang menarik bagi saya.
Hybrid Theory |
Awal aku suka dengan istilah hybrid theory ini ceritanya di akhir tahun 2020, ketika Linkin Park hadir memperkenalkan album debutnya yang diberi judul “Hybrid Theory”. Kebetulan saat itu aku suka banget dengan album Hybrid Theory ini. Hybrid Theory dirilis pada 24 Oktober 2000, melalui Warner Bros. Records. Direkam di Rekaman NRG di Hollywood Utara, California, dan diproduksi oleh Don Gilmore, tema lirik album berhubungan dengan masalah yang dialami vokalis utama Chester Bennington selama masa remajanya, termasuk penyalahgunaan narkoba dan pertengkaran terus-menerus serta perceraian orang tuanya.
Chester Bennington memang akhirnya mati bunuh diri… Suspected Suicide atau kalau kita artikan ke bahasa Indonesia adalah bunuh diri yang disebabkan oleh kecanduan zat atau obat-obatan. Ya, Chester Bennington memang punya masalah dengan candu obat-obatan dan alkohol. Aku yakin dan percaya siapapun yang sudah ketergantungan dengan obat-obatan bakal punya kemungkinan melakukan tindakan-tindakan yang bahaya, termasuk bunuh diri.
Dan entah disengaja atau enggak, hari kematiannya bertepatan sama hari ulang tahun Chriss Cornell, sahabat karibnya yang juga bunuh diri. Tapi bagaimanapun juga, hampir semua lagu yang dia ciptakan dan nyanyikan memotivasi kita untuk bangkit.
Salah satu single yang membuat tidak hanya nu-metal dikenal, namun Linkin Park sebagai sebuah grup musik besar dengan lagu In The End, yang juga diambil dari album tersebut. Bahkan, berkat lagu “Crawling” yang jadi salah satu nomor di album “Hybrid Theory”, band ini pun berhasil menyabet gelar bergengsi untuk Grammy di tahun 2002.
Dan akhirnya...........
In The End
Sebagian besar orang bilang lagu ini isinya tentang dilema ketika mau nentuin langkah apa yang harus diambil dalam hidup.
I tried so hard
And got so far
But in the end
It doesn't even matter
Bagiku, baris lirik itu penuh aura, bikin aku jadi ngebayangin struggle-nya Chester Bennington dalam proses dia dari bukan siapa-siapa sampai jadi super star bersama Linkin Park. Ada nuansa keputus-asaan tapi at the same time juga somehow memotivasi saya....
23 tahun lamanya sejak album Hybrid Theory dirilis sampai hari ini aku hafal luar dalam semua yang ada di dalam Hybrid Theory ketimbang sederet rumus Fisika atau deretan nama ilmiah makhluk hidup. Dan, seperti yang sering aku katakan, Chester Bennington adalah magnet terbesarnya. Hampir semua fitur Chester Bennington era Hybrid Theory hingga Meteora pernah aku tiru hingga pakai anting melubangi bibir. Yang tidak kesampaian hanya tatto gambar lidah api di tangan, ini karena aku kurang suka dengan motif api.
Saking fenomenalnya album Hybrid Theory, Linkin Park resmi merilis edisi khusus "Hybrid Theory: 20th Anniversary Edition" pada 9 Oktober 2020 untuk merayakan dua dekade sejak album itu diluncurkan pada 24 Oktober 2000.
Sebagai tambahan saya sertakan juga lagu Iridescent dalam album A Thousand Suns karena lagu ini juga memotivasi kita untuk bangkit. Chester Bennington bilang dalam Iridescent: Kamu yang pernah berada di jurang kehancuran, menunggu kepastian di tepian yang tak berujung. Antara jatuh atau terus berjalan tanpa tujuan, menderita sendirian. Menangislah jika memang harus menangis. Meskipun bukan berarti masalahnya selesai, tapi lega di hati. Karena kamu yang pernah berada di tempat suram itu, tak pernah sendirian.
You were standing in the wake of devastation
You were waiting on the edge of the unknown
With the cataclysm raining down, insides crying save me now
You were there, impossibly alone
Masih dalam Iridescent Chester Bennington bertanya: Apakah kamu pernah merasakan dinginnya keputusasaan yang teramat sangat saat berada di tempat suram? Selalu membangun harapan, namun hanya kecewa yang didapat. Ingat-ingatlah kembali semuanya, lalu tanyakan pada hatimu, apakah semua penderitaan itu membunuhmu? Tidak. Semuanya mendewasakanmu. Membuatmu tahu bagaimana cara menghadapi hidup. Karena itu, lepaskanlah, ringankan hatimu dari semua dendam masa lalu.
Do you feel cold and lost in desperation
You build up hope, but failure's all you've known
Remember all the sadness and frustration
And let it go, let it go.
Di akhir Iridescent, Chester Bennington berpesan: Jangan pedulikan cahaya yang membutakan dari para bidadari, karena bidadari itu tak peduli padamu. Jangan pedulikan langit yang memancarkan surga menjadi serpihan bintang-bintang yang bertaburan. Jika rahmat sang pencipta menekan batinmu terlalu berat, itu hanya bentuk ujian yang mematangkan jiwa, maka kosongkanlah jiwamu, terima semuanya dengan lapang dada. Tak akan ada yang membantumu. Masalahmu, kaulah yang harus menyelesaikannya.
And in a burst of light that blinded every angel
As if the sky had blown the heavens into stars
You felt the gravity of tempered grace,
Falling into empty space
No one there to catch you in their arms
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.