Mengapa kita perlu Bitcoin? Karena #Bitcoin adalah jawaban, Bitcoin adalah solusi, Bitcoin adalah aset dan nilai lindung yang orang Indonesia butuhkan. Jika mereka belajar tentang sejarah uang maka mereka akan mengerti mengapa mereka membutuhkan Bitcoin sebagai aset atau nilai lindung. Dalam sejarahnya, Belanda mendirikan bank sentral di Indonesia yang disebut De Javasche Bank, mencetak dan mengendalikan jumlah uang beredar di Hindia Belanda (Indonesia).
Bitcoin adalah solusi, Bitcoin adalah jawaban |
Pada tahun 1942, Jepang menginvasi pemerintahan Hindia Belanda dan mengambil alih seluruh negeri. Jepang membawa mata uang sendiri termasuk uang lokal dan gulden, lalu melikuidasi bank-bank, termasuk De Javasche Bank. Setelahnya, terbitlah uang kertas yang dikeluarkan oleh De Japansche Regeering dan menjadi alat pembayaran yang sah sejak Maret 1942. Uang Jepang seharusnya memiliki nilai yang sama dengan uang Belanda, namun terjadi hiperinflasi karena mencetak uang secara berlebihan. Di tahun 1944, Jepang mengeluarkan uang yang dicetak dalam bahasa Indonesia. Stok uang kertas ini tetap dipakai oleh pemerintah Indonesia sampai tahun 1946 ketika pemerintah baru bisa mencetak uang sendiri.
Uang Jepang seharusnya memiliki nilai yang sama dengan uang Belanda, namun terjadi hiperinflasi karena mencetak uang secara berlebihan. Di tahun 1944, Jepang mengeluarkan uang yang dicetak dalam bahasa Indonesia. Stok uang kertas ini tetap dipakai oleh pemerintah Indonesia sampai tahun 1946 ketika pemerintah baru bisa mencetak uang sendiri. Rupiah Indonesia pertama kali dikeluarkan pada 3 Oktober 1946. Sementara, mata uang yang berlaku sebelumnya seperti uang NICA atau mata uang Jepang harus diserahkan ke bank paling lambat 30 Oktober 1946. Satu rupiah baru itu nilainya setara dengan 0,5 gram emas namun nilainya terus merosot beberapa tahun kemudian.
Pada tahun 1949, kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda melalui kesepakatan Konferensi Meja Bundar, namun Indonesia harus membayar mahal. Delegasi Indonesia sendiri akhirnya terpaksa menyetujui untuk membayar sebagian hutang yang ditinggalkan Belanda atas nama Hindia Belanda yakni sebesar 4,3 miliar gulden atau setara 1,13 miliar dollar AS saat itu demi mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda.
Inflasi Rupiah
Pada tahun 1960an, ekonomi Indonesia dengan cepat hancur karena hutang dan inflasi. Presiden Sukarno mencetak Rupiah hingga inflasi pada saat itu mencapai 600% sehingga pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah melakukan penyederhanaan nilai rupiah (Redenominasi) dari 1000 Rupiah menjadi 1 Rupiah. Sanering (pemotongan nilai mata uang) hingga redenominasi (penyederhanaan nilai mata uang tanpa mengurangi nilai tukar) diterapkan. Namun, kian rumit dan panasnya situasi politik membuat upaya perbaikan moneter menjadi kurang maksimal, ditambah lagi dengan terjadinya peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965 yang akhirnya menumbangkan rezim Orde Lama.
Setelah Presiden ke-2 mengambil alih kekuasaan, beliau memotong subsidi dan utang pemerintah serta mereformasi mekanisme nilai tukar. Inflasi turun dari 660% pada tahun 1966 menjadi 13% pada tahun 1969. Indonesia menikmati kenaikan harga minyak, pinjaman & dolar murah. Dengan tersedianya Dolar murah karena tingkat bunga yang rendah, banyak perusahaan ingin meminjam dolar AS yang murah sementara kewajiban mereka dalam mata uang Rupiah. Hal ini mengakibatkan masuknya Dolar dalam jumlah besar.
Kemudian AS memutuskan untuk melemahkan dolar melalui Plaza Accord dan beimbas ke Krisis Keuangan Asia yang melanda Thailand dan kemudian negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia pada 1997. Pasar saham di Indonesia turun menjadi 93%. Rupiah pun melemah terhadap Dolar. Sebelum krisis moneter 1997/1998 nilai tukar $1 = Rp 2.600 dan setelah krisis $1 = Rp 14.000. Pada periode ini banyak sekali terjadi kekacauan serta kerusuhan.
Indonesia mampu menstabilkan tingkat inflasi dengan menaikkan suku bunga dan memotong subsidi. Padahal tingkat inflasi sudah cukup stabil rata-rata sekitar 1,7%. Namun hingga saat ini, Indonesia telah mencetak lebih dari 2 Kuadriliun Rupiah dengan rata-rata peningkatan pasokan 12% dari tahun ke tahun.
Kesimpulannya, Rakyat Indonesia pernah menderita akibat kebijakan moneter dari pemerintah dan juga krisis global. Tabungan mereka merosot nilainya & dapat dengan mudah didevaluasi. Bitcoin menawarkan sesuatu yang tidak pernah dimiliki Indonesia, persediaan yang tetap, terdesentralisasi dan nilainya semakin naik serta tahan sensor.
Jika inflasi tetap di 2% tiap tahun, maka daya beli uangmu akan tinggal setengahnya dalam 36 tahun.
Jika inflasi rata-rata 5% tiap tahun, maka daya beli uangmu tinggal setengahnya dalam 14 tahun.
Kalau inflasi rata-rata lebih tinggi lagi?? 😱
Bitcoin is the answer
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.