Secara teknis, profesi orang yang "berbicara" terlihat gampang. Cuma ngomong doang... Bahasa kasarnya, "modal nyocot". Betul, secara teknis sih gampang. Tapi secara spiritual, dalam kajian mekanisme alam semesta, Berbicara adalah profesi paling berbahaya, profesi yang sangat mengerikan resikonya. Dan resiko yang akan dialami, tidak bisa dicover asuransi atau BPJS. Apa resikonya? Selama ini aku mengamati, apa yang kita bicarakan, akan selalu kembali ke diri kita sendiri dan juga menghantam kehidupan siapapun yang berbicara...
Kita serba salah ya, misal kalau kita nulis yang jelek-jelek, ngomong yang buruk-buruk, pasti akan disalahkan dan tidak disukai orang. Sebaliknya, kalau bicara kebajikan terus, orang bisa muak, juga bisa disebut, sok bijak, kakehan nyocot cuman teori aja bisanya. Lha terus kita harus bagaimana? Nulis jelek salah, nulis baik salah. Ini salah itu salah, piye jal? Kita kudu bagaimana? Aku sih punya pendapat begini, Kalau sama-sama dikomentari gak enak sama orang lain, mendingan menulis dan berbicara tentang hal baik. Namun, resiko yang perlu diwaspadai apa yang kita tulis dan bicarakan tentang kebaikan itu, akan selalu kembali ke diri sendiri. Apalagi, jika menulis dan membicarakan, hal-hal yang sebenarnya belum dilakukan, belum dipraktekkan, belom sesuai keadaan sebenarnya. Nah, ini bagian paling horornya...
Maka, tulis dan bicarakan hal yang senyatanya, yang sudah diaplikasikan. Lalu bagaimana dengan menulis kebaikan ideal, dimana kebaikan ideal ini, diri kita sendiri juga sedang berproses ke arah ideal itu kan? Jadi solusinya begini, saat menulis dan berbicara tentang hal ideal, niatkan diri sendiri sebagai objek yang dinasehati. Dari yang aku amati sih resiko secara spiritual aman. Sangat berbeda saat kita menulis dan berbicara dengan niat menceramahi orang lain, resiko berbalik ke diri sendiri lebih besar ... Iya, niatkan selalu, diri sendiri ini sebagai obyek nasehatnya.
Saat diri sendiri yang dijadikan obyek nasehat, ide akan banyak bermunculan. Misal kalau kita nulis status fb terasa stuck, itu karena kita meniatkan menasehati orang lain. Sekarang coba deh, niatkan menasehati diri sendiri, ide pasti akan mengalir deras, karena kekurangan diri ini, banyak yang bisa jadi bahan menulis status. Dan biasanya, status FB yang niatnya menasehati diri sendiri, akan sangat dalam dan menyentuh hati pembacanya... "Kok aku banget?," begitu kata pembaca. Karena pada dasarnya semua orang sama kok, ada sisi keasuannya... Membahas dan menasehati diri sendiri, pasti nampol ke orang lain.
Nah, akhirnya pada level kesadaran tertentu, kita akan menyadari yang dinasehati, dengan yang menasehati, adalah "aku" yang sama.
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.