Dalam tulisan ini saya akan membahas sejarah pembebasan sandera. Sengaja saya tulis karena banyaknya pertanyaan lama yang selalu terulang hingga saat ini, "Mengapa kapal MV. Sinar Kudus milik PT Samudera Indonesia saat disandera perompak Somalia pada 2011 dibebaskan dengan membayar uang tebusan, bukannya dengan cara penyerbuan militer secara terbatas, cepat dan senyap? Sebenarnya jawaban dari pertanyaan tersebut sudah terjawab dalam buku Kepemimpinan Maritim tulisan Achmad Taufiqoerochman.
MV. Sinar Kudus |
Buku ini sangat menarik karena ditulis oleh Laksamana Madya (Purn) Achmad Taufiqoerrochman, komandan satgas operasi Duta Samudra yang membebaskan kapal MV. Sinar Kudus dari sandera bajak laut Somalia. Karena buku tersebut sebuah memoar, jadi pasti pengalaman beliau terdeskripsikan detail di dalamnya.
Buku Kepemimpinan Maritim |
Masih jelas dalam ingatan saya, dulu mayoritas rakyat Indonesia menghendaki penyerbuan ke perompak Somalia, bukan bayar dengan tebusan. We want action! We want drama! Kita ingin diyakinkan bahwa kita punya pasukan khusus yang hebat. Nah, buku ini membuka mata kita terhadap kompleksitas dari operasi pembebasan sandera ini. Buku ini ditulis dari sumber tangan pertama, yaitu komandannya sendiri. Sebagai komandan Taufiqoerrochman bukan hanya memikirkan bagaimana pasukan ter-elit dibawa ke Somalia dan langsung serbu, tapi berkali-kali lipat lebih kompleks dari itu. Dia harus membuat perencanaan detail yang mencakup persenjataan dan bahan bakar dua kapal fregat, di mana mereka harus mampir untuk isi bahan bakar, di mana mereka harus membuat pangkalan aju, bagaimana kalau MV Sinar Kudus masih di perairan internasional, bagaimana kalau sudah masuk perairan Somalia, satgas militer internasional apa saja yang ada di situ, bagaimana berkoordinasi dengan satgas-satgas internasional tersebut (satgas Duta Samudra sempat dicegat satgas CTF-151 EUNAVNOR), dan segudang hal lainnya yang jauh dari tembak-tembakan.
Jalannya Operasi Pembebasan Sandera
Satgas Duta Samudra yang dibentuk untuk menangani krisis ini dipimpin oleh Letkol (Laut) Taufiqoerrochman karena dia sudah berpengalaman membebaskan kapal tanker milik Pertamina MT Pematang disandera oleh GAM. Ini bahkan dilakukan tanpa melibatkan pasukan khusus mana pun, hanya mengandalkan personel AL yang memang sudah dilatih oleh Beliau dari lama sebelumnya. Pas banget pada hari dia diangkat menjadi Komandan Gugus Tempur Laut Armada Barat dan sedang siap-siap pindah kantor (17 Maret 2011), MV Sinar Kudus disandera. Dan benar saja, Taufiqoerrochman diangkat menjadi komandan satgas operasi dengan laporan langsung ke Panglima TNI waktu itu Laksamana Agus Suhartono dan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Rantai komandonya langsung begitu karena daerah operasi ada di luar wilayah komando apapun yang ada di TNI. Upacara sertijab dilakukan langsung sebelum satgas berangkat dari Jakarta (23 Maret 2011).
Taufiqoerochman membawa dua kapal fregat KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355 dan KRI Yos Sudarso 353 dengan personel pasukan dari Kopaska, Taifib, Denjaka, dan Sat 81 Kopassus. Tanggal 4 April elemen pasukan khusus TNI sudah di posisi pengintaian terhadap lokasi penyanderaan, yaitu di perairan El-Danan, Somalia, hanya sejauh 1 mil (1,6 km). Dan ternyata ada delapan kapal lain disandera di sana. Pengintaian juga dilakukan dengan helikopter. Tapi penyerbuan belum boleh dilakukan oleh Jakarta karena tidak ada informasi intelijen yang cukup untuk memastikan apakah semua sandera dikumpulkan dalam satu kapal, atau disebar ke kapal-kapal lain.
KRI Yos Sudarso 353 |
KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355 |
Informasi itu baru didapat pada 28 April. Tidak diceritakan detail di buku tersebut bagaimana info intelijen ini didapat, apakah dari TNI, dari negosiator PT. Samudera Indonesia, dari BIN atau dari satgas AL internasional. Perintah penyerbuan sudah turun dari panglima TNI pada hari itu, tapi dibatalkan karena:
1. PT. Samudera Indonesia tidak menghendaki ada penyerbuan militer ke kapalnya.
2. Keluarga sandera memohon agar tidak diserbu secara militer karena takut keselamatan sandera.
3. Sudah ada asuransi yang bayarin uang tebusannya.
Ya secara logis, apalagi point no 3, secara udah bayar mahal asuransi, kenapa juga ambil risiko yang lebih besar?
Jadi Taufiqoerrochman mengganti taktik dari yang sebelumnya untuk penyerbuan (raid) sembunyi-sembunyi dari penglihatan bajak laut, menjadi pengawalan yang berarti unjuk kekuatan terang-terangan. Gak ada sembunyi-sembunyi lagi dari bajak laut. Unjuk kekuatan ini berguna untuk mengintimidasi para bajak laut sementara negosiasi berlangsung antara PT. Samudera Indonesia yang didampingi BIN dengan para bajak laut.
Dan ternyata benar, bajak laut tadinya sudah settled dengan uang tebusan 3 juta USD. Tapi entah bagaimana mereka tahu bahwa muatan nikel di kapal itu nilainya sampai Rp 1,5 triliun, ada faksi dari bajak laut yang berniat untuk menaikkan opsi jadi 15 juta USD. Faksi yang lain memilih tetap di 3 juta USD karena melihat bagaimana TNI-AL sudah siap menyerbu kalau mereka tidak mau settle (TNI-AL memang makin mendekat ke arah posisi MV Sinar Kudus sementara negosiasi berlangsung). PT. Samudera Indonesia juga tegas, gak mau naik sama sekali (mungkin karena uang asuransinya memang cuma segitu?). Akhirnya disepakatilah angka 3 juta USD.
Tanggal 30 April uang tebusan di drop di tengah laut dengan parasut, yang lalu diambil oleh para pembajak. Janjinya pukul dua siang sandera dan kapal dibebaskan. Tapi itu tidak kejadian. Jadi satgas siap-siap lagi menyerbu. Taufiqoerrochman sendiri akhirnya bisa berkomunikasi dengan awak kapal Sinar Kudus dengan kode, tanpa diketahui oleh para pembajak. Setelah tim pengintai dikirim untuk melihat keadaan kapal, ketahuan sebabnya kenapa kapal belum dilepaskan. Rupanya para bajak laut masih berdebat soal nilai tebusan. Ketika kapal MV Sinar Kudus mulai bergerak, sebagian bajak laut mulai turun dari kapal. Ini kelihatannya adalah bajak laut yang tidak setuju dengan nilai tebusan 3 juta USD.
Pasukan Khusus Sea Rider |
MV Sinar Kudus terus bergerak sampai esok harinya menuju Eyl, masih di bawah kendali para bajak laut, dengan dibayangi oleh satgas Duta Samudra. Sampai di Eyl sudah tanggal 1 Mei pukul 14, MV Sinar Kudus berhenti. Pasukan khusus mendekat menggunakan sea rider. Kondisi laut dalam 8000 meter dan berombak besar, tidak mudah bagi sea rider. Selain itu ada helikopter yang dilengkapi senapan mesin siap-siap menghadang siapa pun yang datang dari arah pantai.
Para bajak laut mulai turun dari MV Sinar Kudus dan akhirnya meninggalkan kapal ke arah pantai. Tiba-tiba gelombang kedua bajak-bajak laut menyerbu dari arah pantai. Mereka ini adalah faksi yang mau menuntut tebusan 15 juta USD, berniat membajak ulang MV Sinar Kudus. Pihak satgas membuka komunikasi dengan para pembajak untuk tidak mendekat. Tapi yang ada mereka malah menembaki helikopter. Jadi akhirnya pertempuran pun terjadi di laut itu. Dalam 10 menit semua bajak laut gelombang kedua tewas.
Buat yang meragukan apakah memang ada bajak laut gelombang kedua, Taufiqoerrochman menulis di bukunya bahwa mayat-mayat bajak laut yang berhasil diambil dari laut dikenali oleh para sandera. Ada di antara mayat itu yang mengenakan helm dan baju milik sandera. Mayat-mayat lain juga dikenali oleh para sandera, dikenali sebagai yang paling galak dan jahat.
Jadi banyak media di dalam negeri yang salah memberitakan bahwa satgas menyerbu pembajak sewaktu mereka pulang membawa uang tebusan. Ini jauh banget dari kenyataan, kesannya TNI membokong para perompak itu.
Sementara itu Panglima TNI sebenarnya mengirim satgas kedua berisi lebih banyak personel dari Kopaska, Taifib, Kopassus, dan Tontaipur Kostrad. Tapi sebelum mereka tiba di Somalia misi ini sudah selesai. Dalam perjalanan pulang, 2 Mei 2011, sekitar 100 mil dari Oman, satgas menerima mayday dari kapal UAE yang disergap para perompak. KRI Yos Sudarso segera berputar arah untuk menghalau para perompak itu.
Jadi memang cara pembebasan terbaik tidak selalu sedramatis di film-film seperti kemauan kita. Kita harus appreciate juga kompleksitas operasi ini yang banyak berada di luar bidang militer dan para komandan yang memegang tanggung jawab luar biasa besar. Selain itu juga tentunya para prajurit di lapangan yang selalu siap menjalankan misi sebesar apapun risikonya.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.