Fenomena Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung, Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah menarik perhatian publik setelah mereka mengadakan acara Wilujengan dan Kirab Budaya pada hari Jumat (10/1) hingga Minggu (12/1). Raja dari keraton ini bernama Totok Santosa Hadiningrat dan istrinya Fanni Aminadia dan mengklaim memiliki 425 orang pengikut. Oleh pengikutnya, Totok dipanggil dengan sebutan Sinuhun, sedangkan sang istri dipanggil Kanjeng Ratu.
Keberadaan dari keraton tersebut ditandai dengan bangunan semacam pendopo yang belum selesai pembangunannya. Di sebelah utara pendopo ada sebuah kolam yang keberadaannya sangat disakralkan.
"Keberadaan kami menunaikan janji 500 tahun dari runtuhnya Kerajaan Majapahit tahun 1518. Wilujengan Keraton Agung Sejagat ini adalah untuk menyambut kehadiran Sri Maharatu (Maharaja) Jawa kembali ke Jawa," kata Totok dalam keterangan pers di Keraton Agung Sejagad, Minggu (12/1/2020).
Dia mengklaim memiliki wilayah kekuasaan seluruh negara di dunia dengan dalih bahwa tatanan di dunia ini terbesar adalah kekaisaran dan terkecil berbentuk republik.
"Keraton Agung Sejagat memiliki alat-alat kelengkapan yang dibangun dan dibentuk di Eropa, memiliki parlemen dunia yaitu United Nation (UN). Keraton Agung Sejagat memiliki International Court of Justice dan Defense Council. Pentagon adalah Dewan Keamanan KAS, bukan milik Amerika," tambahnya.
Seorang warga yang rumahnya bersebelahan mengaku sejak dulu tidak ada kelompok yang mengatasnamakan kerajaan di Pogung. Ia baru tahu jika ada yang mengaku kerajaan.
"Kami merasa sangat terganggu, karena kegiatan mereka itu tengah malam nyanyi-nyanyi sambil tepuk tangan jadi suaranya membuat warga terganggu. Apalagi sudah ada dua orang warga desa yang menjadi pengikut kerajaan tersebut." ungkap Jumeri.
Kemudian saya mendapat informasi bahwa sosok Toto Santosa Hadiningrat dulu pernah melakukan modus serupa. Pada tahun 2016-2017, dia membentuk organisasi bernama Jogja Development Committee (Jogja DEC) yang menjanjikan kepada anggotanya akan mendapatkan uang 100-200 dolar Amerika per bulan. Belakangan, banyak anggota Jogja DEC keluar, karena hanya mendapatkan janji kosong.
Namun Penasihat Keraton Agung Sejagat, Resi Joyodiningrat menegaskan bahwa Keraton Agung Sejagat bukan aliran sesat seperti yang dikhawatirkan masyarakat. Ia mengatakan Keraton Agung Sejagat merupakan kerajaan atau kekaisaran dunia yang muncul karena telah berakhir perjanjian 500 tahun yang lalu, terhitung sejak hilangnya Kemaharajaan Nusantara, yaitu imperium Majapahit pada 1518 sampai dengan 2018.
Perjanjian 500 tahun tersebut dilakukan oleh Dyah Ranawijaya sebagai penguasa imperium Majapahit dengan Portugis sebagai wakil orang barat atau bekas koloni Kekaisaran Romawi di Malaka tahun 1518. Dengan berakhirnya perjanjian tersebut, kata Joyodiningrat, maka berakhir pula dominasi kekuasaan barat mengontrol dunia yang didominasi Amerika Serikat setelah Perang Dunia II. Kekuasaan tertinggi harus dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Keraton Agung Sejagat sebagai penerus Medang Majapahit yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Syailendra.
Nah, jika kita cermati cerita dari raja dan penasehat keraton nampak sekali mereka berhalusinasi, bagaimana menurut pembaca?
Misteri Batu Prasasti Keraton Agung Sejagat
Salah satu yang menarik perhatian dan membuat penasaran publik adalah batu besar berwarna coklat. Batu tersebut memiliki ukiran tulisan jawa yang belum diketahui apa arti tulisan tersebut. Disekitar batu itu juga ada berbagai macam sesaji dan dupa. Menurut situs Purworejo24.com batu besar dengan diameter sekitar 1,6 meter yang dipindah dari Desa Plipiran, Kecamatan Bruno, Purworejo Jawa Tengah.
Menurut Jayaningrat, salah satu sesepuh keraton agung sejagat, keberadaan batu yang diperoleh dari Desa Plipiran tersebut nantinya akan dibuat prasasti oleh komunitas tersebut sebagai penanda perubahan zaman.
“Ya ini terkait dengan batu memang akan kita buat untuk Prasasti Perubahan dari Zaman Kolobendu ke Zaman Kolosebo, jadi intinya dari kanjeng sinuwun (Toto Santoso Hadiningrat) menerangkan bahwa intinya untuk penanda perubahan,” ucapnya.
Lebih lanjut ia menerangkan batu tersebut baru akan dibuat prasasti yang akan dikerjakan oleh seorang empu yang mampu membuat dan mengukir prasasti. Nantinya prasasti akan dibuat dengan menggunakan aksara jawa.
“Empu Wijoyoguno dari Wonosobo yang nantinya akan mengukir prasasti ini dengan menggunakan aksara Jawa, meskipun saya juga tidak bisa bahasa Jawa,” ucapnya sambil berkelakar.
Sejarah Runtuhnya Kerajaan Agung Sejagat
Setelah viral dan dianggap meresahkan warga, akhirnya pada Senin, 14 Januari 2020 diadakan rapat antara bupati Purworejo, Kapolres, dan pejabat-pejabat lain di Purworejo membahas isu adanya kerajaan di desa Pogung. Dalam rapat ini diambil kesepakatan bahwa mereka hanyalah sekelompok orang yang berhalusinasi tinggi untuk mendapatkan jabatan dan uang yang banyak. Nah, yang menarik adalah sang raja (Toto Santoso) bukan orang Purworejo melainkan orang Sleman, DIY.
Toto Santoso sebelumnya pernah membuat kegiatan serupa di Jogja tapi tidak laku maka dia membawa pengikutnya pindah markas ke desa Pogung, Purworejo. Dan disini oenting untuk kita ketahui bersama, penduduk desa Pogung sendiri sebenarnya tidak tahu keberadaan keraton tersebut. Kemudian belakangan diketahui ada empat orang warga Pogung jadi anggota. Anggota kerajaan ini sendiri mayoritas warga luar Purworejo. Dari informasi yang saya dapatkan ada yang dari Pekanbaru serta Lampung.
Dalam pandangan saya pribadi, jika kasus ini sampai masuk ke ranah hukum maka yang dominan adalah unsur penipuan karena untuk menjadi anggota kerajaan itu mereka semua harus bayar sesuai jabatan yang diinginkan dan dijanjikan akan mendapat hasil besar jika nanti semua halusinasi mereka terwujud. Para anggota ini paling sedikit harus membayar Rp 2,5 jt per orang untuk beli seragam dan segala macam atributnya.
Foto dibawah ini ceritanya King Toto lagi mimpin sidang, semacam sidang kabinet lah kira-kira 🤣
Wahhhh seruu kayaknya nihh Keraton Agung Sejagat Purworejo... Halu sih yaa~
Sidang kabinet usai dan hari berganti, ternyata si raja dipaksa menginap di hotel prodeo. Kisah selanjutnya bukan lagi jadi pimpinan sidang, tapi..... Malah di sidang akibat kirab karnavalnya viral 😁
Akhirnya, Selasa 14 Januari 2020 sore hari istana kerajaan di desa Pogung Juru Tengah dipasang police line, warga pun tidak boleh masuk lokasi tersebut. Polres Purworejo juga menangkap Raja Keraton Agung Sejagat, Sinuhun Totok Santosa, dan istrinya pada Selasa (14/1/2020) sekitar 17.00 WIB.
Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat ditangkap saat mereka dalam perjalanan menuju ke Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo. Keduanya saat ini sudah dibawa ke Mapolres Purworejo untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Nah, dengan tertangkapnya sang raja dan ratu maka runtuhlah kerajaan Agung Sejagat di Pogung, Purworejo.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
ngakak
ReplyDeleteRaja koplak
Delete