Di akhir tahun 2019 ini saya akan membahas Suket Teki, motor custom beraliran lowrider karya napiter LP Permisan, Nusakambangan. Honda C70 bergaya lowrider yang akan saya bahas disini adalah karya sekelompok orang yang sedang menjalani hukuman di Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Loh, emang napi bisa bekerja dan menyalurkan bakat seninya di dalam Lembaga Pemasyarakatan atau LP? Tentu saja bisa, meski napi dinyatakan bersalah dan harus dihukum namun hukuman dan pembinaan dijalankan secara paralel. Hukuman terhadap kejahatannya harus ditegakkan, sementara pemerintah juga harus memperhatikan hak-haknya sebagai manusia. Karena tujuan dari Lembaga Pemasyarakatan sendiri kan membina warga binaan agar nanti bisa kembali ke masyarakat dan bisa bekerja sebagaimana masyarakat pada umumnya.
Nah, mengajak warga binaan atau napi berkreasi adalah bagian dari upaya pemerintah dalam pembinaan terhadap narapidana. Dan untuk menyalurkan warga binaan pihak lapas pun memfasilitasi bengkel Suket Teki Nusakambangan Kustom (STNK). Modifikator dari bengkel Suket Teki Nusakambangan Kustom yang membangun motor inipun masa hukumannya beragam, mereka adalah Mukti Ali (hukuman 5 tahun), Samuel Samalo (17 tahun), Johan Arfan (seumur hidup), Tjun Jiu Chou (10 tahun), Na Irwan (10 tahun), Fajar Tri (18 tahun), Pipit (14 tahun), Agus (8 tahun), Agil Setyawan (8 tahun), Adi M Salim (7 tahun), Suhendra (10 tahun) dan Aldo Alamsyah (15 tahun). Selain itu ada Wawan Awing yang divonis hukuman mati. Hingga saat ini, tim STNK yang baru berdiri sekitar empat bulan lalu, sudah menghasilkan sebanyak 4 unit motor kustom yang dijual sesuai dengan pesanan. Tiga motor sudah diambil pemiliknya, sementara satu unit masih berada di Lapas Permisan menunggu diambil pemiliknya.
"Untuk sampai saat ini kita sudah menghasilkan 4 motor, yang tiga sudah diambil sama pemiliknya dan masih ada satu di sini. Selain itu juga masih ada beberapa bahan yang akan kita kerjakan. Untuk motor kustom ini kita berdasarkan pesanan, kayak salah satu motor yang ada di sini itu pesanan dari grup Sarinah Jakarta," ujar Mukti Ali (47), salah satu narapidana lapas Permisan, Nusakambangan saat berbincang dengan rekan-rekan Riddingread.
Makna Dan Arti Nama Suket Teki
Jika kita lihat, modifikasi motor bebek low rider tersebut konsepnya sangat berbeda dari motor kustom pada umumnya. Motor bebek low rider ini punya ground clearance atau jarak bebas dari tanah hanya sekitar 3 cm, serta menggunakan ban 450 dengan ring 17 inci. Motor bebek ber-cc 70 itu juga dibuat menjadi 100 cc dengan banyak corak painting sebuah rumput yang dalam bahasa Jawanya adalah suket teki. Bagian penutup mesinnya pun diukir dengan bentuk rumput dan semuanya itu ternyata mengandung makna tersendiri bagi teman teman yang tergabung di STNK. Motor bebek low rider berwarna merah tersebut dianggap sebagai icon Nusakambangan. Honda C70 bergaya low rider, motor ini merupakan gambaran sebuah kisah perjuangan pahitnya jalan hidup yang penuh liku, gamang dalam batin yang tenggelam. Tapi tak akan menyerah, karena hidup tetaplah sebuah misteri yang tak mungkin dipecahkan manusia.
Kita pun penasaran dengan nama Suket Teki ini, lalu Mukti Ali pun menjelaskan arti nama Suket Teki. "Kita gambarkan disini kenapa suket teki, karena suket teki kan semacam rumput liar lah, walaupun sudah dibunuh masih bisa untuk tumbuh. Kemudian untuk motor ini dibikin ceper, dibikin rendah seperti nasib warga binaan yang selalu direndahkan oleh masyarakat. Lalu dengan CC kecil dan ban besar itu menggambarkan perjalanan kehidupan kita yang kecil tapi punya beban berat tetapi tetap berusaha untuk maju," ungkapnya.
Setelah mendengar penjelasan Mukti Ali, secara keseluruhan jika dilihat dari dimensi dan estetika motor berwarna merah dengan paduan gambar daun rumput berwarna hijau ini enak untuk dinikmati, namun dari segi fungsi motor ini tentunya tidak akan nyaman jika dikendarai. Makna tersirat dari motor ini adalah sarana bagi mereka para warga binaan untuk menumpahkan isi hati, wujud nyata perasaan terdalam yang saat ini terkungkung raga di Lapas Permisan Nusakambangan.
Makanya bentuknya sengaja dirancang sangat ceper alias pendek hampir tiarap menyentuh tanah, pesan tersiratnya bahwa mereka ada dalam 'strata terendah' peradaban manusia. Dalam situasi rendah ini mereka harus bangkit menjadi manusia yang berguna. Pada bagian depan dan belakang motor dibikin runcing, hal tersebut menerangkan bahwa kerasnya hidup sebagai warga binaan dalam sebuah babak kehidupan karena tersangkut masalah hukum, selain itu juga tersirat pesan bahwa mereka harus selalu waspada, berhadapan dengan orang yang ada di depan dan belakang, sehingga mereka harus pandai bergaul dan bijak dalam menentukan sikap.
Posisi berkendara juga jauh dari kesan nyaman, bukan artinya mereka tidak paham untuk membuat motor dengan kondisi berkendara yang nyaman, justru ini adalah gambaran nyata ketidaknyamanan yang harus mereka atasi bersama, jauh dari keluarga bertahun-tahun, sepi, merasa terasing di pulau Nusakambangan. Ban ukuran besar pada bagian depan dan belakang tentu akan terasa berat oleh kapasitas mesin yang kecil, menjadi simbol bahwa nasib yang mereka alami saat ini pun berat. Tapi mereka tetap pribadi yang tegar dan optimis, buktinya mereka mengecat warna merah sebagai tanda semangat. Cat merah tadi dikombinasikan dengan desain batik khas warga binaan Nusakambangan.
Lalu berapa harga motor custom buatan napiter LP Permisan Nusakambangan ini? Untuk harga motor kustom buatan para narapidana ini pun disebut Mukti masih standar, seperti layaknya motor motor modifikasi lainnya di luar penjara. Harganya kisaran Rp 15-20 juta tergantung bahan material yang digunakan.
Sejarah Bengkel Modifikasi Suket Teki
Jeruji besi bukanlah halangan untuk menyalurkan hobi otomotif dan menghasilkan sebuah motor custom. Maka di dalam penjara itu terdapat rumah modifikasi motor yang sudah menghasilkan berbagai jenis motor kustom.
"Ini merupakan salah satu dari pembinaan yang berkaitan dengan warga binaan di lapas Permisan dan kebetulan teman teman ini punya kreativitas dan punya bakat bakat dari masing-masing divisi yang memang dibutuhkan untuk membuat suatu kustom," kata Mukti Ali (47), salah satu narapidana lapas Permisan, Nusakambangan.
Menurut dia, karena banyak diantara para narapidana yang juga mempunyai kemampuan modifikasi motor kustom ini. Dirinya kemudian bersama rekan rekannya meminta ijin untuk mendirikan bengkel modifikasi yang diberi nama Suket Teki Nusakambangan Kustom atau disingkat STNK.
"Kita usulkan ke Kalapas waktu itu untuk meminta izin untuk kita membuat suatu rumah modifikasi, yang akhirnya kita sebut dengan nama STNK yaitu kepanjangan dari Suket Teki Nusakambangan Kustom dengan genre kita adalah rumah modifikasi yang ada di dalam penjara," ujarnya.
Mukti sendiri di dalam tim STNK bertindak sebagai kreator, dimana sebelum melakukan modifikasi, Mukti lah yang bertugas melakukan desain grafis sebelum gambar hasil desainnya dibahas bersama rekan rekannya. Timnya pun lengkap, mulai dari engginering, konstruksi, kemudian dari cat painting.
Lalu darimana mereka mendapatkan bahan untuk modifikasi motor tersebut? Mukti Ali menjelaskan kalau mereka memodifikasi kendaraan kustom dengan peralatan seadanya. Bahkan untuk mendapatkan bahan baku motor pun harus dititipkan pada salah satu petugas lapas yang keluar dari Nusakambangan.
"Nah itulah kendala kita sebenarnya (peralatan), kalau dengan kemampuan teman teman yang ada di sini mungkin untuk satu motor satu minggu kita sudah bisa selesaikan. Kendala lainnya di bahan-bahan, kita pencarian bahan bahan masih nunggu dari luar, nunggu bapak bapak yang pas piket turun ke bawah. Jadi kita di sini sifatnya memesan yang kita butuhkan, terus mengerjakan, biasanya kalau ada belanjaan masuk langsung selesai kita pasang," jelasnya.
Sementara menurut Kepala Lapas Permisan,Yan Rusmanto mengatakan lapasnya merupakan lapas medium security yang fokus pada pelatihan kemandirian para napi napinya. Selain modifikasi motor, ada pula kegiatan membatik, anyaman, membuat keset.
"Fokusnya di lapas medium adalah pelatihan kemandirian. Ada tiga tingkatan utama yaitu pendidikan dan pelatihan tingkat pemula, tingkat lanjutan, tingkat mahir. Kemudian setelah mereka sudah mengikuti tiga tahapan itu, mereka akan mendapat sertifikat, nanti baru ada lagi kegiatan magang, setelah itu selesai baru dikirim ke lapas terbuka," jelasnya.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.