Kemarin saya mendapati bunga Suweg muncul di kebun dekat rumah, setelah saya foto kemudian terpikir juga untuk menulis di blog widodogroho ini. Menurut saya sih bunga Suweg ini cantik dan unik. Bunga Suweg atau kalau di Madiun disebut Porang masih berkerabat dengan bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanium) seperti yang ditemukan Raffles dan Suweg atau nama ilmiahnya Amorphophallus paeoniifolius termasuk tanaman langka. Jika bunga bangkai raksasa bisa tumbuh hingga lima meter, maka bunga Suweg hanya memiliki tinggi sekitar 30 sentimeter.
Kenapa saya sebut sebagai bunga yang unik? Karena bunga tanaman ini akan terbentuk jika simpanan energi berupa tepung di umbi sudah mencukupi untuk pembuangan. Sebelum bunga terbentuk, seluruh daun termasuk tangkai tanaman ini juga akan layu. Bunga tanaman ini tersusun majemuk berupa struktur khas talas-talasan, yaitu bunga tumbuh pada tongkol yang dilindungi oleh seludang bunga.
Nah, sesuai namanya, bunga ini akan mengeluarkan bau bangkai untuk memikat lalat. Lalat yang terpikat bau bunga ini nantinya akan membantu penyerbukan tanaman ini. Ya, sebagaimana mestinya bunga bangkai, suweg pun mengeluarkan aroma tak sedap, jika didekati. Meski begitu, bau tidak mengurangi kecantikan bunga Suweg saat mekar. Bunga Suweg juga masuk dalam International Union for Conservation of Nature yang harus dilestarikan keberadaannya meski tidak masuk dalam kategori terancam punah. Maka dari itu, Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) yang diperingati setiap tanggal 5 November, memilih suweg dan beo nias sebagai maskot HCPSN tahun ini. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengenal keragaman hayati Indonesia yang sudah mulai langka agar bersama-sama melestarikannya.
Tanaman Suweg
Setelah membahas bunga Suweg, sekarang kita bahas tanaman Suweg. Menurut Wikipedia, Suweg (dari bahasa Jawa) adalah tanaman anggota marga Amorphophallus dan masih berkerabat dekat dengan bunga bangkai dan iles-iles. Suweg sering dicampurbaurkan dengan iles-iles karena keduanya menghasilkan umbi batang yang dapat dimakan dan ada kemiripan dalam morfologi daun pada fase vegetatifnya. Nama lainnya adalah porang, meskipun nama ini juga dipakai untuk iles-iles. Nama-nama dalam bahasa lain: elephant foot yam atau stink lily (bahasa Inggris), teve (bahasa Tonga), jimmikand, suran, chenna, ol (bahasa Bengal), serta oluo (bahasa Odia).
Tanaman ini merupakan salah satu jenis Araceae yang berbatang semu, dan mempunyai satu daun yang terpecah-pecah dengan tangkai daun yang tegak. Batang utama tanaman Suweg keluar dari umbinya. Ciri-ciri tanaman suweg adalah mempunyai tangkai yang belang putih hijau, berbintil-bintil, panjangnya sekitar 60 - 150 cm. Pohon Suweg terdiri dari dua varietas, salah satu varietas cukup umum di tanam, dan varietas liar biasanya tumbuh di kebun atau hutan-hutan tanpa dipelihara.
Di Indonesia tanaman ini umumnya tumbuh liar atau ditanam secara sporadis. Sepengetahuan saya masih belum banyak yang membudidayakannya secara besar-besaran, meskipun mempunyai potensi besar sebagai sumber karbohidrat. Perbanyakan biasanya dilakukan dengan menanam anakan umbi. Tanaman ini biasanya bisa dipanen setelah berumur 9-10 bulan.
Dalam buku Bertanam Umbi – umbian (Pinus 1997), ukuran umbi Suweg bisa mencapai diameter 40 sentimeter, bentuknya bundar pipih, diameter tinggi umbi bisa mencapai 30 sentimeter, umbinya memiliki bobot kurang lebih 5-10 kilogram.
Awalnya Suweg berasal dari benih berupa tonjolan pada kulit umbi seukuran kelereng. Untuk mencapai ukuran optimal seberat 10 kg, diperlukan masa pertumbuhan relatif lama. Itupun baru akan terjadi apabila tanaman suweg tumbuh di lahan yang cocok dengan tuntutan agroklimatnya.
Manfaat Dan Khasiat Suweg
Suweg merupakan salah satu sumber karbohidrat. Dalam 100 gramnya mengandung 1 gram protein, 0,1 gram lemak, 15,7 gram karbohidrat,4,2 gram besi, dan 62 mg kalsium. Di Jepang, Suweg diolah menjadi makanan yang cukup terkenal, yaitu konyaku. Bahkan Suweg menjadi bahan makanan favorit di Jepang.
Umbi suweg juga memiliki kandungan serat yang cukup tinggi. Konsumsi serat pangan dalam jumlah tinggi akan memberi pertahanan pada tubuh manusia terhadap munculnya berbagai penyakit, seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, dan kolesterol tinggi dalam darah.
Suweg bersifat anti inflamasi, anti racun, mencegah pendarahan, dan mengobati luka. Umbi suweg yang masih segar memiliki khasiat sebagai obat bisul dan luka. Selain itu, umbi suweg juga mampu menurunkan kadar gula darah pada penderita penyakit kencing manis.
Sayangnya, Suweg belum dimanfaatkan secara optimal sebagai tanaman pangan dan obat oleh masyarakat. Suweg cenderung hanya menjadi tanaman liar dan gulma pada lahan.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.