PSSI akhirnya resmi memberhentikan Simon McMenemy dari kursi pelatih Timnas Indonesia usai kalah di kualifikasi Piala Dunia 2022 Rabu 06 November 2019 lalu. Netizen di Twitter pun ramai dan sebagian besar termasuk saya berharap PSSI untuk merekrut Luis Milla kembali ke timnas Indonesia. Ya, Milla memang pernah gagal memberikan gelar juara pada Timnas Indonesia, tapi di tangan Milla permainan Timnas kita enak di tonton dan ada kemajuan pesat. Milla membawa permainan timnas lebih modern, cara bermain Timnas lebih berkualitas.
Memang, kalau melihat hasil pasti kecewa, tapi kalau melihat proses sangat bagus, Luis Milla telah mengubah gaya permainan Indonesia jadi lebih baik. Meski belum menghadirkan prestasi, namun performa Timnas Indonesia meningkat di era Milla. Tim Merah Putih berani memperagakan permainan menyerang dari kaki ke kaki lewat kecepatan para winger muda.
Nah, jika melihat hal diatas, saya berharap Luis Milla kembali melatih Timnas Indonesia? Saya juga melihat Milla sangat memahami situasi sepak bola Indonesia…. Satu setengah tahun menukangi Timnas Indonesia (periode 2017–2018), Luis Milla pasti memahami kondisi riil sepak bola Indonesia. Mila sangat mengerti kelebihan dan kekurangan pesepak bola Indonesia. Hal itu bisa terjadi karena Luis Milla suka melakukan roadshow. Hampir setiap pekan Milla berkunjung ke berbagai daerah untuk memantau pertandingan kompetisi Liga. Selain itu, Milla juga selalu memberdayakan para asistennya untuk melakukan hal serupa. Ia jadi punya banyak mata sehingga bisa lebih objektif saat mengambil keputusan berkaitan dengan pemain.
Tujuan utama Milla melakukan roadshow tentu untuk tahu perkembangan pemain timnas dan juga menemukan bakat baru. Dengan roadshow, Milla mengetahui perkembangan terkini sepak bola Tanah Air. Luis Milla juga komunikatif dengan para pelatih di level klub. Ia kerap meminta dan memberi masukan kepada mereka untuk memproteksi dan meningkatkan perkembangan pemain yang masuk skuat Timnas Indonesia.
Dan yang paling penting, Milla menerapkan metode melatih kelas dunia seperti yang kita lihat sendiri. Masih kuat dalam ingatan kita, banyak perubahan dibawa ke Timnas Indonesia oleh Luis Milla. Salah satunya ya metode latihan modern yang biasa diterapkan tim-tim kelas dunia. Metode latihan yang diusung nakhoda asal Spanyol itu berbasis pada teknologi. Contoh paling sederhana, setiap sesi latihan Milla menempatkan kamera untuk merekam individu aksi pemain, yang kemudian dipakai buat menganalisis kelebihan dan kekurangan mereka. Selain itu, setiap sesi latihan pemain timnas kerap menggunakan rompi untuk mengukur pergerakan dan detak jantung.
Milla juga sering melatih pasukannya dengan membagi pemain dalam kelompok-kelompok kecil. Metode yang sering dipakai pelatih top macam Pep Guardiola dan Luis Enrique untuk mengasah skill individu para pemain dalam ruang sempit. Ya, Luis Milla memang bukan pelatih sembarangan, Milla sukses mengantar Timnas Spanyol U-21 juara Piala Eropa edisi 2011. Milla melahirkan sosok-sosok pemain beken seperti Ander Herrerra, David De Gea, dan Juan Mata.
Dan kita tahu, membangun sepakbola Indonesia bukan hal mudah, malah boleh dibilang sulit sekali. Seperti yang sering kita lihat, Milla tidak pernah mengeluh dengan segala kesulitannya. Kita harus akui, sepak bola Indonesia sarat masalah. Tabrakan kepentingan antara agenda kompetisi dan timnas selalu terjadi. Jadwal kompetisi juga sering berubah-ubah dan sudah pasti membuat pelatih Timnas Indonesia kesulitan menjalankan program latihan. Menghadapi situasi begitu, Luis Milla tidak pernah mengeluh. Ia memilih melakukan komunikasi intens dengan PSSI untuk mencari titik tengah yang saling menguntungkan antara Timnas dan klub yang memiliki pemain.
Dari situasi sulit inilah, Milla membuat program pelatnas menyesuaikan dengan kondisi riil sepak bola Indonesia. Kita juga melihat, Milla pelatih pertama yang menerapkan pelatnas on-off jangka pendek. Para pemain Timnas Indonesia berkumpul hanya tiga sampai lima hari jelang pertandingan uji coba internasional. Pola pelatnas jangka pendek ini sering dipakai di hampir seluruh negara elite dunia, karena konsep pelatnas jangka panjang tidak lagi relevan jika melihat padatnya agenda kompetisi klub di level domestik dan regional. Kompetisi dijadikan ajang untuk menempa pemain.
Bagaimana dengan pemain timnas Indonesia di era Luis Milla? Wajah Timnas Indonesia lebih segar, banyak pemain muda berbakat masuk timnas Indonesia. Milla memang suka memberdayakan pemain-pemain muda usia 19-23 tahun. Apalagi saat itu Luis Milla memulai tugas di Indonesia dengan melatih Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2017. Saat itu juga Milla mempromosikan mayoritas pemainnya ke level senior. Tim Merah-Putih level senior di era Milla hanya dihuni empat sampai lima pemain matang di atas usia 25 tahun. Nah, disini Luis Milla menjadi sosok kunci regenerasi pemain Timnas Indonesia.
Dulu, ketika pertama kali mendarat ke Indonesia, Luis Milla diharapkan bisa membuat Timnas Indonesia bermain ala Tiki-taka Spanyol. Milla tak setuju dengan permintaan PSSI tersebut. Milla memilih membentuk tim dengan style permainan yang tidak mendewakan permainan sepak bola indah, dan lebih pada hasil akhir
"Permainan sepak bola indah penting, tapi lebih penting lagi hasil akhir pertandingan," tutur Luis Milla dalam sebuah cuitan twitternya…
Luis Milla juga salah satu pelatih yang tidak fanatik dengan formasi tertentu. Sistem permainan yang ia usung kerap berubah di tengah jalan mengikuti kondisi terkini tim asuhannya. Di era Luis Milla, Timnas Indonesia pernah bermain dengan sistem 4-3-3, 4-2-3-1, 4-2-1-2, atau 3-4-3, fleksibel berubah di saat pertandingan berjalan.
Luis Milla juga berani bereksperimen merubah posisi pemain. Ambil contoh Rizky Fajrin, yang biasa bermain sebagai bek sayap kiri di klubnya, saat membela Timnas Indonesia ia diplot sebagai stopper. Evan Dimas, yang selama ini kerap dimainkan sebagai gelandang serang, dipasang Milla sebagai deep lying playmaker. Demikian pula Septian David Maulana, yang biasa tampil sebagai penyerang sayap di era Milla dimainkan sebagai second striker. Semua perubahan itu berdampak positif. Kemampuan teknis penggawa timnas bertambah baik.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.