Menjalani rutinitas melintasi 3 pulau yakni Jawa, Bali dan Lombok menggunakan truck dua kali sebulan adalah hal yang cukup istimewa setidaknya bagi saya karena memang jarang dilakukan orang pada umumnya. Berjalan bersama adik dan teman-teman, tentu bisa banyak bertukar pikiran, baik hal serius tentang eksistensi manusia di alam, keIndonesiaan, politik dan ekonomi, maupun hal-hal sepele sepanjang perjalanan. Apalagi kali ini agak berbeda karena kita konvoi bersama 6 truck tronton dan satu trailer dolly milik PT Samudera Raya Surabaya membawa peralatan proyek yakni crane milik PT PP yang sedang membangun pelabuhan Gili Mas. Biasanya kan kita menyusuri 3 pulau membawa muatan kanal baja ringan dari Jogja ke Mataram di pulau Lombok.
Perjalanan kami melintasi 3 pulau menggunakan truck bersama adik dan teman-teman yakni Dhidhi Wahyu P, Pakdhe Rudi, om Romli, om Aries, pakdhe Kasdu, dan satu pengemudi truck tronton dari Lombok yang aku lupa namanya serta om Wahyu yang menjadi pengemudi truck trailer dolly milik Samudera Raya adalah kombinasi antara kerja, petualangan, kesenangan menikmati segala yang indah meski sederhana; juga perjalanan semi jurnalistik karena sering aku catat dan bagikan.
Diperjalanan ini banyak kita temukan pembelajaran tentang hidup yang tak mungkin diperoleh dari buku, perpustakaan atau bangku kuliah. Misal, kebersamaan antar sopir truck dikala suka dan duka, mereka ini sudah seperti saudara meski sebelumnya tidak saling kenal. Maka dari itu, dalam tulisan ini saya tidak menceritakan perjalanannya selayaknya orang wisata, aku lebis suka bicara tentang humanisme yang saya jumpai.
Diperjalanan ini banyak kita temukan pembelajaran tentang hidup yang tak mungkin diperoleh dari buku, perpustakaan atau bangku kuliah. Misal, kebersamaan antar sopir truck dikala suka dan duka, mereka ini sudah seperti saudara meski sebelumnya tidak saling kenal. Maka dari itu, dalam tulisan ini saya tidak menceritakan perjalanannya selayaknya orang wisata, aku lebis suka bicara tentang humanisme yang saya jumpai.
Selama perjalanan, kita selalu makan bersama dengan rekan-rekan seperjalanan meski kita semua berasal dari perusahaan yang berbeda. Disini, kita belajar kerukunan dan kerjasama, sesuatu yang sudah sulit kita dapati di era kekinian dan masih bisa kita jumpai pada kekerabatan sopir truck di jalan. Setiap kali waktu makan tiba, kita makan bersama dilokasi parkir hanya beralaskan tikar. Makanan ini kita beli bareng bareng dan satu orang dipilih untuk berangkat membeli makan di warung. Meski begitu, menu makan kita tidak sama, sesuai selera kita masing-masing dan kita bebas memesan makanan yang kita suka.
Di perjalanan panjang ini juga kita belajar menghadapi hidup dengan apa adanya. Seperti mandi dan cuci baju, kita harus bisa memanfaatkan waktu dan tempat seadanya. Hal ini mungkin begitu mudah kita lakukan dirumah, tapi perkara mandi dan cuci baju terkadang susah kita lakukan di perjalanan panjang.
Memang perjalanan kami belum bisa disebut ekspedisi nusantara karena baru menjelajah 3 pulau. Ya, ini kan sebenarnya hanyalah perjalanan kerja, tapi setidaknya tujuan utama mengagumi dan menyelami Indonesia sebagai negeri kepulauan dan negeri bahari sudah terwujud sebagian.
Jujur saja, dari dulu aku tidak suka wisata tapi aku suka jalan-jalan sesat kemana saja. Jalan-jalan sesat adalah sengaja membuat diri tersesat untuk mengetahui sesuatu. Dan perjalanan ini jelas beda dengan wisata, wisatawan kan kebanyakan masih sekedar berwisata dan menikmati keindahan alamnya saja. Sedangkan perjalananku adalah bagian dari bentuk mencintai Indonesia, untuk menjelajahi, mengkaji serta merekam khasanah alam, sosial dan budaya Kepulauan Nusantara. Dan perjalanan kami menggunakan truck juga saya manfaatkan untuk mengenal manusia Indonesia lebih dekat.
Disini ada keterikatan batin dengan catatan daerah-daerah yang saya kunjungi. Jadi saya bisa mengamini cerita-cerita warga lokal ketika kita minum kopi bersama hingga saya pun ikut merasakan ataupun ada hal-hal yang membuat kening saya berkerut dan bertanya,”emang gitu ya?”. Saya salut banget sama mereka. Yang patut diacungi jempol masih ada hal-hal positif yang membangkitkan semangat. Kearifan lokal memegang peranan penting dalam memelihara budaya, alam dan lingkungan.
Dari mereka yang tinggal jauh dari ibu kota saya melihat Indonesia secara nyata. Dan karena mereka aku ingin berbagi apa yang aku lihat ketika melakukan perjalanan meski harus menulis yang tentu melelahkan dan menguras pikiran.
Dan terakhir, saya ingin berbagi hal yang sering ditanyakan teman mengenai perjalanan jauh menggunakan truck adalah faktor keamanan. Misal “Bagaimana menghindari perampok?” Lalu “Apa benar penduduk setempat kadang tidak ramah?” dan lain sebagainya. Maka memiliki faith dan trust adalah hal yang penting. Percaya akan hal-hal baik yang akan datang pada kita, percaya bahwa akan ada jalan dan kemudahan. Selama ini sih yang kita temui sangat baik dan ramah. Tentu hal ini tidak lepas dari bagaimana kita membawa diri dan beradaptasi dengan penduduk di lokasi yang kita datangi.
Kekhawatiran dan ketakutan justru akan menghalangi kita untuk melakukan dan menjalani impian kita. Persiapkan sebaik mungkin rencana dan kembangkan “faith dan trust” dalam diri kita.
Nah, itulah sedikit cerita perjalanan dari Jogja menuju pulau Lombok menggunakan truck tronton yang bisa saya ceritakan. Sebuah perjalanan yang penuh dengan pembelajaran hidup, kebersamaan dan kerjasama tim yang begitu kuat. Sebuah perjalananan yang tidak akan aku lupakan seumur hidup kami.
Nah, itulah sedikit cerita perjalanan dari Jogja menuju pulau Lombok menggunakan truck tronton yang bisa saya ceritakan. Sebuah perjalanan yang penuh dengan pembelajaran hidup, kebersamaan dan kerjasama tim yang begitu kuat. Sebuah perjalananan yang tidak akan aku lupakan seumur hidup kami.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.