Linimasa Twitter ramai membahas kisah KKN Desa Penari. Padahal kisah ini sudah lama dibuat dari sekitar bulan Juni lalu. Anehnya baru saat ini banyak netizen yang penasaran dengan kisah yang di tulis oleh akun anonim @SimpleM81378523.
Memang kisah horor ini sedikit kontroversial. Di satu sisi ada yang percaya namun banyak pula yang menyangsikannya. Bagi yang percaya, bahkan ada yang sampai menelusuri lokasi yang di duga sebagai TKP Desa Penari. Sebelum menulis tentang lokasi Desa Penari ini, mari kita simak gambaran dari cerita KKN Desa Penari yang viral ini.
KKN Desa Penari punya 6 tokoh setelah diringkas oleh si pencerita. Seharusnya peserta yang ikut KKN ke sana berjumlah 14 orang. Nama peserta KKN adalah Bima, Ayu, Widya, Nur, Wahyu dan Anton. Mereka KKN di sebuah desa yang letaknya di dalam hutan. Sejak awal kedatangan, Nur dan Widya sudah mendapat penampakan seorang penari di hutan dan suara gamelan. Kisah ini berkutat persoalan asmara. Bima suka dengan Widya dan berniat melakukan pelet kepadanya dengan sebuah mustika yang diberikan seorang wanita cantik (baca jin) di sebuah sendang keramat. Sementara Ayu suka dengan Bima, maka dari itu Ayu punya proker yang dibikin satu kelompok dengan Bima. Ia pun melakukan pelet serupa kepada Bima dengan media selendang biru.
Banyak kejadian mistis yang menimpa mereka, terutama Widya dan Nur. Untungnya Nur punya jin penjaga bernama Mbah Dok. Jin penjaga ini melawan sendiri banyak jin di hutan tersebut. Widya pun seolah jadi incaran jin karena ia akan dipelet oleh Bima. Namun ternyata Bima dan Ayu justru melakukan tindakan mesum di sendang. Mungkin ini adalah pengaruh selendang hijau yang digunakan melet Bima. Mereka berhubungan seks di tempat paling keramat tersebut. Lebih-lebih mereka telah melakukan hal paling terlarang, yakni bersekutu dengan iblis bernama Badarawuhi. Bima mendapat mustika dan berhubungan dengan wanita cantik yang merupakan sosok jin, Ayu mendapat selendang hijau. Di akhir cerita sukma mereka berdua seolah pergi dari jasad mereka. Tiga bulan setelah dibawa pulang, Ayu dan Bima meninggal dunia.
Dan ini thread KKN di Desa Penari dari SimpleMan
Desa Penari
Lalu, dimana lokasi Desa Penari tersebut? Saya hanya menduga dari inisial yang disebut oleh Simple Man si penulis cerita. Kota inisial B, kecamatan K, alas/hutan D, desa W. Dari inisial tersebut dan dari pengalaman blusukan keluar masuk hutan di wilayah Jawa Timur untuk mengangkut kayu, maka dugaan saya mengerucut ke Bondowoso dan Banyuwangi.
Bagaimana kalau kota B adalah Banyuwangi? Banyuwangi juga identik dengan penari kan? Di Banyuwangi juga ada banyak hutan yang angker juga. Asumsi selanjutnya adalah K adalah Kecamatan Kalibaru dan hutan D adalah manipulatif. Hutan yang dimaksud adalah alas purwo atau alas Gumitir. Alas Gumitir lebih masuk akal karena siapa sih orang yang mau KKN di alas Purwo.
Alas Purwo
Sekarang kita ulas Alas Purwo, Alas Purwo merupakan wilayah Taman Nasional Alas Purwo yakni taman nasional yang terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia. Hutan ini berada di ujung timur Pulau Jawa, luasnya 43.420 Ha. Kebetulan beberapa hari lalu saya habis ngangkut kayu Damar di pinggiran alas Purwo.
Banyak yang menyebut, Alas Purwo merupakan kerajaan jin, tempat di mana semua makhluk halus berkumpul. Beberapa warga Banyuwangi cerita jika tersesat di dalamnya, maka dijamin tidak akan pernah bisa keluar lagi.
Alas Gumitir
Gunung Gumitir merupakan sebuah gunung di perbatasan Kabupaten Jember dengan Kabupaten Banyuwangi. Lokasinya di Kecamatan Silo dan Kecamatan Kalibaru. Saya sendiri sudah beberapa kali melalui jalan yang membelah Alas Gumitir. Wikipedia menuliskan gunung ini terkadang juga disebut dengan nama Gunung Mrawan. Jalan raya di Gunung Gumitir adalah jalur penghubung terpendek antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.
Asal mula kata Gumitir, gemitir, kumitir, atau kemitir merupakan nama tanaman Tagetes erecta yang memiliki bunga berwarna kekuningan. Di Bali, bunga gumitir banyak digunakan untuk membuat sesajen (canang sari). Dalam kepercayaan Jawa kuno, alang-alang kumitir merupakan nama kahyangan dari Sang Hyang Wenang.
Legenda yang beredar di masyarakat Banyuwangi, nama gumitir berasal dari kisah Damar Wulan. Setelah Damar Wulan berhasil membunuh dan memenggal kepala Menak Jinggo, ia bertemu Layang Seta dan Layang Kumitir, putra kembar patih Logender, di tengah jalan. Keduanya berhasil menipu Damar Wulan dan merampas kepala Menak Jinggo. Gunung tempat keduanya menipu Damar Wulan akhirnya dikenal dengan nama Gunung Kumitir atau Gunung Gumitir.
Namun pada masa penjajahan Jepang, serdadu Dai Nippon membangun sebuah gua untuk mengawasi jalur kereta api yang melintasi Gunung Gumitir. Gua Jepang tersebut terletak sekitar 100 meter dari Watu Gudang, terbuat dari beton tebal dengan ukuran sekitar 6 m × 8 m.
Asumsi saya mengenai kota Banyuwangi diperkuat oleh kekhawatiran ibu Widya setelah mengetahui bahwa putrinya itu akan melangsungkan KKN di sana. Seperti kita ketahui bersama, meskipun Banyuwangi sekarang adalah kota pelabuhan penting yang luar biasa pesat kemajuannya dan terkenal oleh pariwisatanya yang mulai mendunia, tapi dulu siapa yang tak kenal dengan kota paling ujung timur pulau Jawa itu dalam hal reputasi dunia magisnya. Kata SANTET akan selalu dikaitkan dengan Banyuwangi, belum termasuk segala macam ajian pengasihan dan lain-lain, hingga dulu ada pameo, "hati-hati sama orang Banyuwangi".
Jadi, Banyuwangi bisa kita kunci sebagai petunjuk. Jika tak percaya, coba ketik keyword "DESA PENARI" di Google dan dari 152.000 entry akan langsung mengarahkan pada Kabupaten Banyuwangi dan ajaibnya, di daftar 20 pertama akan mengarahkan pencari pada TARI SEBLANG... salah satu tarian paling kuno dan mistis di kabupaten itu dimana para penarinya dalam keadaan trance alias tidak sadar dan bisa menari selama berjam-jam hingga berhari-hari nonstop.
Apakah Desa Penari berada di Banyuwangi? Tunggu dulu...... Meski tidak disebutkan secara pasti dimana lokasi KKN di Desa penari, penulis SimpleMan tetap menyebutkan inisial sejumlah tempat yang terlibat. Dalam lanjutan ceritanya, SimpleMan menyebut Desa W, sebagai lokasi KKN Bima, Ayu, dan kawan-kawan.
Seperti dalam penggalan cerita berikut:
”Sampailah mereka di Desa W****, tempat mereka akan mengabdikan diri selama 6 minggu ke depan,” cuit SimpleMan.
Sampai sini, Banyuwangi pun harus di coret. Karena kabupaten Banyuwangi tidak memiliki desa berawalan huruf W di kecamatan yang berawalan huruf K.
Sementara di Bondowoso, terdapat dua desa berawalan huruf W di Kecamatan Klabang. Kedua desa tersebut ialah Desa Wonoboyo dan Wonokerto. Jadi, lokasi yang berpeluang menjadi latar KKN di Desa Penari adalah Kabupaten Bondowoso.
Apakah masih ada petunjuk lain? SimpleMan masih menyebut satu lokasi lagi, yaitu Alas D.
Seperti dalam penggalan cerita berikut:
”Mboten, mas, berhenti di jalur Alas D engken enten sing jemput” (tidak mas, nanti berhenti di jalur hutan D, nanti ada yang jemput) sahut Nur,” cuit SimpleMan.
SimpleMan juga memberi keterangan bahwa lokasi KKN di Desa Penari berjarak 4 jam hingga 5 jam dari kota S.
”Mobil berhenti di jalur masuk hutan D, menempuh perjalanan 4 sampai 5 jam dari kota S,” tulis SimpleMan.
Di Jawa Timur, hanya Kota Surabaya yang berawal huruf S. Jika ditelusuri menggunakan aplikasi Google Maps, terdapat perbedaan jarak tempuh di dua Kabupaten tersebut. Penelusuran menggunakan fasilitas Google Maps menunjukkan perjalanan dari Surabaya ke Bojonegoro paling lama 3 jam 31 menit, sedangkan perjalanan dari Surabaya ke Bondowoso sekitar 4 jam 40 menit.
Maka, semakin meruncinglah dugaan lokasi kisah misteri KKN di Desa Penari tersebut. Kota B, Kecamatan K, Desa W yang dimaksud penulis kemungkinan ialah Desa Wonoboyo, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso.
|
Desa Wonoboyo, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso (googlemaps) |
|
Desa Wonoboyo, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso (googlemaps) |
Tapi, alas D (mungkin Dadapan) tetap menjadi misteri karena tidak ada petunjuk khusus yang mengarah ke sana, apalagi di Bondowoso tidak ada hutan yang dikenal angker. Kalau kita lihat melalui gambar Goole Maps seperti SS diatas, lokasi Desa Wonoboyo, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso memang dikelilingi pepohonan rimbun dan juga area persawahan, jauh dari hutan.
Dan yang saya ketahui di Dadapan tidak ada hutan dan mayoritas lahan pertanian. Lagipula, Bondowoso sebagaimana kabupaten Tapal Kuda lain di wilayah pesisir utara, tidak akrab dengan tradisi "penari" atau tari-tarian seperti yang digambarkan dalam keseluruhan cerita. Hal itu karena ada kaitannya dengan kultur etnisitas wilayah-wilayah tersebut yang cenderung Madura sentris.
Berbeda dengan wilayah selatan yang konon berasal dari keturunan Majapahit yang lari menuju Bali setelah kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa itu runtuh. Sejak dari Tengger, Lumajang, Puger sampai Banyuwangi Selatan, masih banyak tradisi dan pemeluk agama Hindu (pura tertua di Indonesia berada di kecamatan Senduro Lumajang). Apa boleh buat, sejak awal Madura memang "sudah Islam" sehingga tidak akrab dengan ritual-ritual semacam sesajen atau menutupi obyek-obyek yang dianggap magis dengan kain berwarna-warni tertentu sebagaimana banyak bertebaran dalam cerita KKN di Desa Penari tersebut.
Film KKN di Desa Penari
Update: Film KKN di Desa Penari sudah edar pada Mei 2022 ini, dan setelah nonton makin jelas alur cerita yang bisa kita gunakan untuk menebak lokasi desa Penari dibanding alur cerita di Thread. Di film KKN di Desa Penari disebutkan sbb:
1. Desa terpencil
2. Berada di wilayah Timur
3. Logat bahasa Jawa halus
4. Akses hanya dengan motor
5. Dibutuhkan 4 hingga 5 jam perjalanan
6. Kota S, Kota B, melalui Kota J, Dusun W, Kecamatan K, hutan D
Kota S adalah Kota Surabaya, Jawa Timur. Kemudian disebutkan melalui Kota J, maka Kota J adalah Jember. Dan Desa Penari sendiri berada di Kota B. Berdasarkan peta, kota yang berdekatan dengan Surabaya dan Jember dimulai dari huruf B ada 2, yakni Bondowoso dan Banyuwangi. Namun berdasarkan ciri ketiga yakni orang desa tersebut menggunakan logat Jawa halus maka Bondowoso tidak masuk kriteria. Sebab orang-orang Bondowoso mayoritas berbicara dengan menggunakan logat Madura.
Penggunaan Bahasa Jawa Halus di Jawa Timur
Seperti kita ketahui bersama, penggunaan bahasa Jawa alus di Jawa Timur terbagi menjadi dua wilayah yakni Mataraman dan Osing. Namun untuk Mataraman yang meliputi Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Pacitan, Nganjuk, Kediri, Ponorogo, Madiun, Magetan dan Ngawi harus kita coret. Daerah Mataraman kita coret karena tidak sesuai dengan kronologi cerita KKN di Desa Penari. Jadi dari sini mengerucut ke wilayah Osing yakni Banyuwangi.
|
Penggunaan Bahasa Jawa Halus di Jawa Timur |
Oleh karena itu, kota lokasi KKN di Desa Penari kemungkinan besar adalah Kota Banyuwangi, karena orang-orang Banyuwangi berbicara menggunakan logat Jawa halus. Untuk Dusun W adalah Watu Ulo (sekarang bernama Kampung Dukuh), Kecamatan K yakni Kemiren, dan Hutan D adalah hutan larangan di kampung Dukuh. Dan kebetulan di Kampung Dukuh ini ada batu besar yang dianggap keramat oleh warga sekitar. Bukan hanya itu, makam di sana ditutupi kain berwarna hitam seperti cerita KKN di Desa Penari.
Alasan kenapa Kampung Dukuh menjadi lokasi yang paling aku curigai sebagai tempat KKN di Desa Penari adalah, karena menurut cerita teman²ku dari suku Osing di Banyuwangi dahulu di kampung Dukuh ada sesepuh seperti mbah Buyut. Sesepuh ini selalu memberi kopi hitam kepada pendatang untuk mendeteksi ada tidaknya kekuatan ghaib yang mengikutinya. Dalam kisah KKN di Desa Penari, Widya dan Nur juga diberi kopi oleh Mbah Buyut untuk mengetahui ada makhluk halus yang mengikutinya atau tidak. Jika kopi terasa pahit, maka tidak ada makhluk halus yang mengikutinya. Tapi jika terasa manis, berarti ada yang mengikutinya.
Note: Only a member of this blog may post a comment.