Beberapa hari ini media sosial diramaikan foto awan lentikular berwarna oranye-putih melingkar di atas puncak Gunung Lawu. Peristiwa ini sendiri terjadi pada Jumat 8 Maret 2019 sekitar pukul 17.30 WIB. Sebenarnya, jika ditinjau secara ilmiah, kemunculan awan ini hanya fenomena alam biasa yang kerap terjadi pada kondisi tertentu. Dinamakan awan lentikular berdasarkan fakta bahwa awan ini berbentuk seperti lensa atau piring. Inilah sebabnya mengapa mereka juga kadang-kadang disebut "awan piring terbang". Bila terjadi di puncak gunung sering disebut "cap cloud" atau awan topi. Beberapa nama panggilan lain untuk awan lentikular termasuk "kapal awan", "awan surga" dan "lennies." Mereka juga memiliki nama ilmiah yang mewah, yakni Altocumulus lenticularis.
Awan lentikular terbentuk ketika aliran udara yang mengalir di atas gunung stabil dan lembab. Ketika mengalir ke atas dan mendingin, kelembaban di udara mengembun untuk membentuk awan di puncak gelombang berdiri. Awan lentikular sering membuat takut banyak orang karena tampaknya melayang di tengah, seolah seperti sedang membawa badai, padahal sama sekali tidak ada curah hujan yang diangkut, karena aliran anginnya stabil.
Awan lentikular terlihat begitu padat padahal tidak demikian, terlihat padat karena aliran udara lembab terus megaliri disekitar awan dan akan keluar lewat permukaan paling bawah sehingga awan ini bisa bertahan sampai berhari – hari.
Awan Lentikular Membahayakan Dunia Penerbangan
Meskipun awan ini adalah fenomena alam yang indah, awan ini sangat dihindari dan ditakuti oleh para pilot pesawat. Karena awan ini dapat menyebabkan turbulensi bagi pesawat yang nekat memasuki awan atau hanya terbang di dekat awan Lenticular.
Turbulensi adalah sebuah gerakan udara yang tidak beraturan yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara atau suhu. Fenomena semacam itu jelas sangat berbahaya bagi penerbangan.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.