Di tahun politik ini hampir setiap saat kita menyaksikan kampanye hitam yang tujuannya untuk menjatuhkan. Untuk mengindari terjadinya hal-hal demikian, tidak ada salahnya kita belajar mencintai dan menghormati pemimpin dari Petruk. Mengapa Petruk? Karena sudah berabad-abad Petruk yang sering menyebut dirinya Petruk Kantong Bolong menyaksikan perubahan jaman. Berjuta-juta tingkah polah manusia dia saksikan. Ratusan generasi sudah dia lalui. Tentu saja dia paham sepenuhnya bagaimana jalan pikiran makhluk yang bernama manusia. Sebagai salah satu punakawan. Petruk sudah mengabdi kepada puluhan pemimpin, sejak jaman Wisnu pertama kali menitis ke dunia. Hingga saat Wisnu menitis sebagai Arjuna Sasrabahu, menitis lagi sebagai Rama Wijaya, menitis lagi sebagai Sri Kresna.
Didalam pertunjukan wayang sering kita dengar Petruk menyampaikan beberapa pesan moral sbb:
Sebagai Petruk Kantong Bolong, aku telah hidup bersama para raja sejak zaman Palasara, Rama dan bahkan Arjunasasra. Dan aku terus bersama para raja hingga masa Abiyasa, Pandu Dewanata, Abimanyu dan Parikesit. Maka kukatakan bahwa menjadi rakyat juga terhormat. Tugas rakyat adalah mengabdi, yaitu mengabdi kepada kebenaran. Pengabdian punakawan bukanlah pengabdian buta, karena pengabdian ini sesungguhnya dicurahkan kepada kehidupan dan Sang Pencipta. Aku hanya loyal kepada kebenaran, bukan pada kekuasaan. Bila penguasa lalim maka aku akan menegurnya.
Selama penguasa tidak menyeru pada kemungkaran, kita rakyat jelata wajib patuh tanpa syarat kepada pemimpin. Pantang bagi rakyat untuk melawan penguasa. Rakyat harus mengerti bahwa terkadang keputusan pemimpin tak bisa seterusnya memuaskan semua pihak. Kami, para punakawan, miris dan prihatin melihat betapa rakyat begitu mudahnya menghabiskan energi melawan pemimpin yang ia pilih sendiri. Begitu gampang rakyat mencaci pemimpinnya di mimbar-mimbar pidato dan demonstrasi, lalu sesekali saling membuka aib pemimpinnya.
Petruk juga beberapa kali menyampaikan pesan seperti ini: "Bila pemimpinmu melenceng dari amanah, maka ingatkanlah ia dengan cara yang santun. Bicaralah dengan penuh rasa hormat. Jangan mencela aibnya di depan orang banyak, jangan menghasut orang untuk membencinya, jangan pamer kekuatan untuk menjatuhkannya. Jangan merasa hebat lalu mendekati kekuasaan sebagai penjilat, kemudian bermuka dua, menikam dari belakang seperti tabiat pengkhianat. Betapa tercelanya orang-orang yang bertopeng agama namun menuruti syahwatnya untuk berkuasa dengan segala cara.
Kemudian Petruk bilang "Aku Petruk Kantong Bolong, mengajak kita semua untuk mencintai dan menghormati pemimpin kita dengan cara yang bermartabat. Tidaklah pantas seseorang hanya merasa dirinya lebih baik lalu menghasut orang lain untuk mencela pemimpinnya. Tidaklah patut jika hanya untuk ambisi pribadi, seseorang mengorbankan orang lain untuk melakukan makar kepada penguasa. Syukurilah derajat kita sebagai rakyat dengan sepenuh hati, karena kita pun belum tentu sanggup menjadi penguasa. Dan menghormati penguasa adalah amal baik bagi rakyat seperti kita."
Nah, apa yang disampaikan Petruk itu pada dasarnya "menang tanpa ngasorake". Menjadi terhormat tidaklah harus menjadi penguasa. Sebagai rakyat pun terhormat. Mari hormati pemimpin kita selama ia tidak membawa kita untuk mendurhakai Sang Maha Kuasa. Mari cintai negeri kita dengan menjadi rakyat yang baik, rakyat yang bersama pemimpinnya turut membangun bangsa, bukan rakyat yang selalu mencela kepada pemimpin yang seharusnya kita hormati.
Nah, Kalau kamu sering nonton wayang, pasti sering dengar pesan Petruk seperti diatas. Semoga dengan kita belajar mencintai dan menghormati pemimpin, tidak ada lagi kampanye hitam di tahun politik ini.
Didalam pertunjukan wayang sering kita dengar Petruk menyampaikan beberapa pesan moral sbb:
Sebagai Petruk Kantong Bolong, aku telah hidup bersama para raja sejak zaman Palasara, Rama dan bahkan Arjunasasra. Dan aku terus bersama para raja hingga masa Abiyasa, Pandu Dewanata, Abimanyu dan Parikesit. Maka kukatakan bahwa menjadi rakyat juga terhormat. Tugas rakyat adalah mengabdi, yaitu mengabdi kepada kebenaran. Pengabdian punakawan bukanlah pengabdian buta, karena pengabdian ini sesungguhnya dicurahkan kepada kehidupan dan Sang Pencipta. Aku hanya loyal kepada kebenaran, bukan pada kekuasaan. Bila penguasa lalim maka aku akan menegurnya.
Selama penguasa tidak menyeru pada kemungkaran, kita rakyat jelata wajib patuh tanpa syarat kepada pemimpin. Pantang bagi rakyat untuk melawan penguasa. Rakyat harus mengerti bahwa terkadang keputusan pemimpin tak bisa seterusnya memuaskan semua pihak. Kami, para punakawan, miris dan prihatin melihat betapa rakyat begitu mudahnya menghabiskan energi melawan pemimpin yang ia pilih sendiri. Begitu gampang rakyat mencaci pemimpinnya di mimbar-mimbar pidato dan demonstrasi, lalu sesekali saling membuka aib pemimpinnya.
Petruk juga beberapa kali menyampaikan pesan seperti ini: "Bila pemimpinmu melenceng dari amanah, maka ingatkanlah ia dengan cara yang santun. Bicaralah dengan penuh rasa hormat. Jangan mencela aibnya di depan orang banyak, jangan menghasut orang untuk membencinya, jangan pamer kekuatan untuk menjatuhkannya. Jangan merasa hebat lalu mendekati kekuasaan sebagai penjilat, kemudian bermuka dua, menikam dari belakang seperti tabiat pengkhianat. Betapa tercelanya orang-orang yang bertopeng agama namun menuruti syahwatnya untuk berkuasa dengan segala cara.
Kemudian Petruk bilang "Aku Petruk Kantong Bolong, mengajak kita semua untuk mencintai dan menghormati pemimpin kita dengan cara yang bermartabat. Tidaklah pantas seseorang hanya merasa dirinya lebih baik lalu menghasut orang lain untuk mencela pemimpinnya. Tidaklah patut jika hanya untuk ambisi pribadi, seseorang mengorbankan orang lain untuk melakukan makar kepada penguasa. Syukurilah derajat kita sebagai rakyat dengan sepenuh hati, karena kita pun belum tentu sanggup menjadi penguasa. Dan menghormati penguasa adalah amal baik bagi rakyat seperti kita."
Nah, apa yang disampaikan Petruk itu pada dasarnya "menang tanpa ngasorake". Menjadi terhormat tidaklah harus menjadi penguasa. Sebagai rakyat pun terhormat. Mari hormati pemimpin kita selama ia tidak membawa kita untuk mendurhakai Sang Maha Kuasa. Mari cintai negeri kita dengan menjadi rakyat yang baik, rakyat yang bersama pemimpinnya turut membangun bangsa, bukan rakyat yang selalu mencela kepada pemimpin yang seharusnya kita hormati.
Nah, Kalau kamu sering nonton wayang, pasti sering dengar pesan Petruk seperti diatas. Semoga dengan kita belajar mencintai dan menghormati pemimpin, tidak ada lagi kampanye hitam di tahun politik ini.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.