Sejak erupsi 22 Desember 2018, suara letusan pada Gunung Anak Krakatau terjadi terus menerus bahkan setiap menit dengan dibarengi adanya suara petir. Fenomena petir vulkanik saat erupsi gunung berapi sebenernya sering terjadi. Mengutip situs sains New Scientist, catatan pertama tentang keberadaan petir vulkanik berasal dari sebuah surat yang ditulis Pliny the Younger kepada sejarawan Romawi, Tacitus. Menceritakan kesaksiannya terkait peristiwa meletusnya Gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi yang mengubur Kota Pompeii dan mengawetkan jasad para penduduknya, dalam posisi kematian mereka. Contoh terbesar seperti saat letusan Gunung Calbuco di Chili, pada April 2015. Letusan yang terjadi pada malam hari itu berubah menjadi terang akibat kilat yang muncul. Lalu, apa penyebab munculnya petir saat Gunung Anak Krakatau dan gunung-gunung lain saat meletus?
Penyebab Petir Vulkanik
Meski sudah lama diketahui dan bisa dilihat dengan gamblang, usaha mencari tahu penyebab petir vulkanik bukan perkara gampang. Upaya investigasi ilmiah pertama dilakukan di tengah erupsi Gunung Surtsey, Islandia pada 1963. Hasil penelitian lantas dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Science edisi Mei 1965.
"Pengukuran listrik atmosfer serta pengamatan visual dan fotografi membuat kami yakin, aktivitas elektrik itu disebabkan lontaran material yang membawa muatan positif membawa muatan positif yang besar dari dalam gunung ke atmosfer," ujar salah satu ilmuwan.
Atau dengan kata lain, hipotesis para ilmuwan menyebut, petir vulkanik adalah hasil dari pemisahan muatan. Saat muatan positif terlontar membuat jalan ke langit, area dengan muatan listrik berlawanan lalu terbentuk. Petir adalah cara alami untuk menyeimbangkan distribusi muatan.
Nah, saat gunung meletus udara penuh sesak dengan partikel pasir hasil letusan. Contoh saat gunung Kelud meletus pada 13 Februari 2014 yang disertai gemuruh petir. Bila partikel-partikel itu saling bertumbukan, akan timbul muatan listrik positif (+) dan negatif (-). Akibat adanya perbedaan muatan (+) dan (-) tadi ditambah dengan besarnya muatan yang tidak sama, terjadi lompatan listrik dari partikel dengan muatan yang lebih besar ke arah partikel yang bermuatan lebih kecil.
Akibat adanya lompatan listrik tersebut, muncul cahaya yang kita kenal sebagai petir, diikuti dengan suara gemuruh beberapa detik kemudian sebagai akibat gesekan lompatan listrik dengan udara di sekitarnya. Petir tersebut murni berasal dari partikel yang dilontarkan dari perut gunung.
Jadi apa yang nampak seperti sambaran kilat sejatinya adalah 'petir vulkanik' atau dirty thunderstorm atau volcanic lightning dalam Bahasa Inggris. Fenomena tersebut mampu memproduksi badai petir kuat dengan visual yang paling mencolok di Bumi. Tak semua erupsi gunung api bisa menghasilkan kilatan cahaya. Petir itu awalnya diduga dipicu oleh ledakan yang terjadi selama erupsi gunung, meskipun tidak semua ledakan menyebabkan petir.
Penyebab Petir Vulkanik
Meski sudah lama diketahui dan bisa dilihat dengan gamblang, usaha mencari tahu penyebab petir vulkanik bukan perkara gampang. Upaya investigasi ilmiah pertama dilakukan di tengah erupsi Gunung Surtsey, Islandia pada 1963. Hasil penelitian lantas dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Science edisi Mei 1965.
"Pengukuran listrik atmosfer serta pengamatan visual dan fotografi membuat kami yakin, aktivitas elektrik itu disebabkan lontaran material yang membawa muatan positif membawa muatan positif yang besar dari dalam gunung ke atmosfer," ujar salah satu ilmuwan.
Atau dengan kata lain, hipotesis para ilmuwan menyebut, petir vulkanik adalah hasil dari pemisahan muatan. Saat muatan positif terlontar membuat jalan ke langit, area dengan muatan listrik berlawanan lalu terbentuk. Petir adalah cara alami untuk menyeimbangkan distribusi muatan.
Nah, saat gunung meletus udara penuh sesak dengan partikel pasir hasil letusan. Contoh saat gunung Kelud meletus pada 13 Februari 2014 yang disertai gemuruh petir. Bila partikel-partikel itu saling bertumbukan, akan timbul muatan listrik positif (+) dan negatif (-). Akibat adanya perbedaan muatan (+) dan (-) tadi ditambah dengan besarnya muatan yang tidak sama, terjadi lompatan listrik dari partikel dengan muatan yang lebih besar ke arah partikel yang bermuatan lebih kecil.
Akibat adanya lompatan listrik tersebut, muncul cahaya yang kita kenal sebagai petir, diikuti dengan suara gemuruh beberapa detik kemudian sebagai akibat gesekan lompatan listrik dengan udara di sekitarnya. Petir tersebut murni berasal dari partikel yang dilontarkan dari perut gunung.
Jadi apa yang nampak seperti sambaran kilat sejatinya adalah 'petir vulkanik' atau dirty thunderstorm atau volcanic lightning dalam Bahasa Inggris. Fenomena tersebut mampu memproduksi badai petir kuat dengan visual yang paling mencolok di Bumi. Tak semua erupsi gunung api bisa menghasilkan kilatan cahaya. Petir itu awalnya diduga dipicu oleh ledakan yang terjadi selama erupsi gunung, meskipun tidak semua ledakan menyebabkan petir.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.