Malam ini saya akan mengajak anda mengenal Electric Power Steering (EPS) Toyota Avanza. Namun perlu kita ketahui bersama bahwa Electric Power Steering Toyota Avanza ini masih semi electric, belum Fully Electric Power Steering. Artinya, putaran motor elektrik hanya dimanfaatkan untuk mendorong hidroulis saja. Sistem elektrik hanya sebagai pengganti pompa power steering yang menempel di mesin dan diputar oleh sabuk V-belt.
Sistem power steering semi elektrik ini juga dipakai oleh pada Chevrolet Zafira dan Mercedes Benz A-Class. Perangkat power steering semi elektrik ini masih mengandalkan minyak untuk meringankan gerak setir. Biasanya perangkat ini juga masih menggunakan slang tekan dan slang balik dari minyak. Dinamo masih harus meneruskan oli untuk membuat tekanan dalam racksteer. Hadirnya sistem ini memang sebagai penyempurna sistem Power Steering konvensional.
Cara Kerja Electrick Power Steering
Pada umumnya sistem Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat sensor elektronik sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS. Sensor elektrik ini terletak pada beberapa bagian yakni:
- Sensor di girboks dan bertugas memberitahu control module tentang kecepatan mobil.
- Sensor di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control module jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
- Terdapat juga sensor indikator di panel instrumen yang akan menyala jika ada masalah dengan sistem EPS.
Jadi dalam rangkaian perangkat ini terdapat sensor gerak (torque sensor), dinamo berarus DC, gir reduksi, modul EPS dan peranti pendukung ECU lainnya. Kerja dinamo dalam meringankan putaran kemudi dideteksi pertama kali oleh sensor yang letaknya pada poros batang kemudi (steering column). Gerakan kiri-kanan setir diterima oleh sensor untuk diatur modul sebagai otaknya.
Setelah ada gerakan setir yang cepat ataupun lambat, akan dideteksi juga disesuaikan menurut laju kendaraan. Semakin lambat laju mobil, artinya akan semakin besar juga kebutuhan daya oleh motor eletrik. Hasil perhitungan modul EPS akan mengatur besaran arus yang sesuai dengan kebutuhannya.
Nah ini dia pada semi electric cenderung lebih repot. Karena komponen yang digunakan juga lebih banyak dibanding model fully electric. Adanya tekanan hidraulik dalam sistem ini berarti kerja simultan mulai dari sensor, modul dan dinamo masih diteruskan ke hidrolis lagi. Sehingga kerja power steering secara elektrik hanya pada tahap awal saja. Selanjutnya setelah dinamo menciptakan tekanan minyak untuk meringankan rangkaian racksteer akan kembali ke cara kerja Power Steering konvensional.
Masalah Pada Electronic Power Steering
Permasalahan yang ditemukan dalam Electric Power Steering tentu macam-macam. Jika stir terasa berat, biasanya disebabkan karena suplai arus ke dinamo yang tidak normal. Sebagai tanda ada problem, lampu indikator EPS akan menyala. Setelah lampu menyala, sistem EPS secara otomatis tidak berfungsi dan terasa berat saat stir diputar.
Mendeteksi problem bisa dilakukan sendiri dengan cara memeriksa kondisi sekring. Pastikan kondisi sekring tidak longgar, korosi hingga putus dalam boks sekring pusat yang letaknya dalam ruang mesin. Kemungkinan kerusakan terjadi pada komponen lain harus diperiksa oleh bengkel untuk di scan. Baik pada bagian soket penghubung, modul, dinamo ataupun sensor setir dan sensor kecepatan. Begitu juga untuk kalibrasi EPS harus dilakukan oleh bengkel yang menguasai sistem elektrik mobil.
Sistem power steering semi elektrik ini juga dipakai oleh pada Chevrolet Zafira dan Mercedes Benz A-Class. Perangkat power steering semi elektrik ini masih mengandalkan minyak untuk meringankan gerak setir. Biasanya perangkat ini juga masih menggunakan slang tekan dan slang balik dari minyak. Dinamo masih harus meneruskan oli untuk membuat tekanan dalam racksteer. Hadirnya sistem ini memang sebagai penyempurna sistem Power Steering konvensional.
Cara Kerja Electrick Power Steering
Pada umumnya sistem Electric Power Steering (EPS) menggunakan beberapa perangkat sensor elektronik sebagai komputer untuk mengatur kerja EPS. Sensor elektrik ini terletak pada beberapa bagian yakni:
- Sensor di girboks dan bertugas memberitahu control module tentang kecepatan mobil.
- Sensor di kolom setir dengan tugas memberi informasi ke control module jika setir mulai diputar oleh pengemudi.
- Terdapat juga sensor indikator di panel instrumen yang akan menyala jika ada masalah dengan sistem EPS.
Jadi dalam rangkaian perangkat ini terdapat sensor gerak (torque sensor), dinamo berarus DC, gir reduksi, modul EPS dan peranti pendukung ECU lainnya. Kerja dinamo dalam meringankan putaran kemudi dideteksi pertama kali oleh sensor yang letaknya pada poros batang kemudi (steering column). Gerakan kiri-kanan setir diterima oleh sensor untuk diatur modul sebagai otaknya.
Setelah ada gerakan setir yang cepat ataupun lambat, akan dideteksi juga disesuaikan menurut laju kendaraan. Semakin lambat laju mobil, artinya akan semakin besar juga kebutuhan daya oleh motor eletrik. Hasil perhitungan modul EPS akan mengatur besaran arus yang sesuai dengan kebutuhannya.
Nah ini dia pada semi electric cenderung lebih repot. Karena komponen yang digunakan juga lebih banyak dibanding model fully electric. Adanya tekanan hidraulik dalam sistem ini berarti kerja simultan mulai dari sensor, modul dan dinamo masih diteruskan ke hidrolis lagi. Sehingga kerja power steering secara elektrik hanya pada tahap awal saja. Selanjutnya setelah dinamo menciptakan tekanan minyak untuk meringankan rangkaian racksteer akan kembali ke cara kerja Power Steering konvensional.
Masalah Pada Electronic Power Steering
Permasalahan yang ditemukan dalam Electric Power Steering tentu macam-macam. Jika stir terasa berat, biasanya disebabkan karena suplai arus ke dinamo yang tidak normal. Sebagai tanda ada problem, lampu indikator EPS akan menyala. Setelah lampu menyala, sistem EPS secara otomatis tidak berfungsi dan terasa berat saat stir diputar.
Mendeteksi problem bisa dilakukan sendiri dengan cara memeriksa kondisi sekring. Pastikan kondisi sekring tidak longgar, korosi hingga putus dalam boks sekring pusat yang letaknya dalam ruang mesin. Kemungkinan kerusakan terjadi pada komponen lain harus diperiksa oleh bengkel untuk di scan. Baik pada bagian soket penghubung, modul, dinamo ataupun sensor setir dan sensor kecepatan. Begitu juga untuk kalibrasi EPS harus dilakukan oleh bengkel yang menguasai sistem elektrik mobil.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.