Kecelakaan nahas kembali terjadi di Tanjakan Emen, Ciater, Subang, Jawa Barat pukul 17.00 WIB, Sabtu 10 Februari 2018. Insiden yang melibatkan sebuah bus pariwisata dan satu sepeda motor Honda Beat ini menyebabkan 27 korban meninggal dunia. Tanjakan Emen memang terkenal rawan kecelakaan, karena kerap kali menelan korban jiwa. Anehnya, semua kecelakaan selalu di kaitkan dengan arwah Emen. Saya bukannya anti hal-hal gaib, saya hanya mengajak anda berpikir rasional. Saya percaya gaib itu ada, tetapi hanya saya simpan dalam ranah pribadi saya sebagai umat Tuhan.
Siapa Emen?
Lalu, siapa Emen? Emen adalah seorang sopir oplet Subang – Bandung. Nahas bagi Emen ketika itu tahun 1964 oplet yang dikendarainya kecelakaan dan terbakar. Banyak orang mengatakan Emen tewas di tempat kejadian, dan sejak saat itu semakin sering terjadi kecelakaan di sana untuk balas dendam. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan banyak pengendara yang percaya dengan melempar koin, rokok atau menyalakan klakson maka mereka akan terhindar dari bahaya saat melewati tanjakan Emen.
Berdasarkan hasil penelusuran laman KotaSubang.com ke keluarga Emen dapat diketahui ternyata mitos itu tidak benar. Wahyu, putra dari Emen membenarkan peristiwa itu, namun ia menepis berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi di sana diakibatkan oleh arwah Emen yang gentayangan.
“Lagi pula waktu itu bapak saya tidak meninggal di sana, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak,” ujar Wahyu yang juga berprofesi sebagai sopir angkot di daerah Lembang.
“Waktu itu saya berusia kira-kira 8 tahun. Bapak saya memang sopir oplet Subang – Bandung, ketika itu kemungkinan remnya blong, kemudian opletnya nabrak tebing, terbalik kemudian terbakar. Seingat saya cuma 2 orang yang selamat waktu itu,” lanjutnya.
Setelah wafat di Rumah Sakit kemudian jenazah Emen dimakamkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.
Di luar mitos yang beredar, sebenarnya kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di tanjakan Emen bisa dijelaskan dengan nalar. Kecelakaan yang terjadi di sana sering kali diakibatkan rem kendaraan yang blong atau tidak fungsi dan kurang sigapnya sopir melewati tanjakan atau turunan tersebut, terutama bagi mereka yang baru pertama kali melewatinya.
Kondisi tanjakan emen sepanjang 2-3 km ini sangatlah ekstrim dan memiliki tikungan-tikungan tajam, hal ini tentunya akan menyulitkan bagi para pengemudi.
Oleh karena itu sebenarnya yang harus diperhatikan ketika melewati tanjakan / turunan Emen hanyalah kewaspadaan dan pastikan kendaraan dalam kondisi laik jalan.
Kemudian kita lihat kondisi jalan beraspal bagus menikung dan menurun dari arah Bandung menuju arah Subang. Di mana, jalan terbagi menjadi dua jalur dipisahkan oleh marka jalan garis putih tunggal tidak terputus. Sedangkan jalur dari arah Subang menuju Bandung terbagi menjadi dua lajur dipisahkan oleh garis marka jalan putih tunggal terputus-putus, permukaan jalan aspal hotmix bagus, arus lalu lintas sedang, dan sebelah timur jalan kebun teh dan sebelah barat jalan tebing. Normalnya ya, saat kondisi jalan seperti itu, pengemudi cenderung mengemudikan bus sedikit kencang. Untuk itu perlu kondisi kendaraan dan pengemudi yang prima.
Faktor Penyebab Kecelakaan
Kembali ke bahasan kecelakaan, sebenernya ada banyak faktor yang menjadi penyebab kecelakaan diantaranya faktor lingkungan, kontur jalan dan manusia atau human error terakhir mitos, tapi faktor terakhir sulit dibuktikan. Karena faktor mitos sulit dibuktikan saya lebih cenderung mengedepankan faktor human error pada kecelakaan ini selain faktor hilang traksi seperti penjelasan diatas. Jadi menurut saya pengemudi bus mengalami Out of Control (OC) saat menurun di Emen arah ke Subang. Saya menduga fisik dari pengemudi bus sedikit lelah dan kurang konsentrasi. Akibatnya, konsentrasi saat mengemudi, ditambah cuaca sejuk dan kontur jalan yang cenderung menurun tajam serta belokan membuat kecelakaan maut itu tak bisa terhindarkan. Selain faktor teknis, jalan yang menurun membuat sopir bus yang lelah dan kurang prima penurunan konsentrasi.
Nah, itulah catatan saya mengenai seringnya terjadi kecelakaan maut di turunan atau tanjakan Emen. Catat, Arwah Emen Menuntut Balas Bukan Faktor Penyebab Kecelakaan - Emen Sendiri Meninggal Di Rumah Sakit Ranca Badak Pada 1964 Bukan Di TKP.
Siapa Emen?
Lalu, siapa Emen? Emen adalah seorang sopir oplet Subang – Bandung. Nahas bagi Emen ketika itu tahun 1964 oplet yang dikendarainya kecelakaan dan terbakar. Banyak orang mengatakan Emen tewas di tempat kejadian, dan sejak saat itu semakin sering terjadi kecelakaan di sana untuk balas dendam. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan banyak pengendara yang percaya dengan melempar koin, rokok atau menyalakan klakson maka mereka akan terhindar dari bahaya saat melewati tanjakan Emen.
Berdasarkan hasil penelusuran laman KotaSubang.com ke keluarga Emen dapat diketahui ternyata mitos itu tidak benar. Wahyu, putra dari Emen membenarkan peristiwa itu, namun ia menepis berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi di sana diakibatkan oleh arwah Emen yang gentayangan.
“Lagi pula waktu itu bapak saya tidak meninggal di sana, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak,” ujar Wahyu yang juga berprofesi sebagai sopir angkot di daerah Lembang.
“Waktu itu saya berusia kira-kira 8 tahun. Bapak saya memang sopir oplet Subang – Bandung, ketika itu kemungkinan remnya blong, kemudian opletnya nabrak tebing, terbalik kemudian terbakar. Seingat saya cuma 2 orang yang selamat waktu itu,” lanjutnya.
Setelah wafat di Rumah Sakit kemudian jenazah Emen dimakamkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.
Di luar mitos yang beredar, sebenarnya kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di tanjakan Emen bisa dijelaskan dengan nalar. Kecelakaan yang terjadi di sana sering kali diakibatkan rem kendaraan yang blong atau tidak fungsi dan kurang sigapnya sopir melewati tanjakan atau turunan tersebut, terutama bagi mereka yang baru pertama kali melewatinya.
Kondisi tanjakan emen sepanjang 2-3 km ini sangatlah ekstrim dan memiliki tikungan-tikungan tajam, hal ini tentunya akan menyulitkan bagi para pengemudi.
Oleh karena itu sebenarnya yang harus diperhatikan ketika melewati tanjakan / turunan Emen hanyalah kewaspadaan dan pastikan kendaraan dalam kondisi laik jalan.
Kemudian kita lihat kondisi jalan beraspal bagus menikung dan menurun dari arah Bandung menuju arah Subang. Di mana, jalan terbagi menjadi dua jalur dipisahkan oleh marka jalan garis putih tunggal tidak terputus. Sedangkan jalur dari arah Subang menuju Bandung terbagi menjadi dua lajur dipisahkan oleh garis marka jalan putih tunggal terputus-putus, permukaan jalan aspal hotmix bagus, arus lalu lintas sedang, dan sebelah timur jalan kebun teh dan sebelah barat jalan tebing. Normalnya ya, saat kondisi jalan seperti itu, pengemudi cenderung mengemudikan bus sedikit kencang. Untuk itu perlu kondisi kendaraan dan pengemudi yang prima.
Faktor Penyebab Kecelakaan
Kembali ke bahasan kecelakaan, sebenernya ada banyak faktor yang menjadi penyebab kecelakaan diantaranya faktor lingkungan, kontur jalan dan manusia atau human error terakhir mitos, tapi faktor terakhir sulit dibuktikan. Karena faktor mitos sulit dibuktikan saya lebih cenderung mengedepankan faktor human error pada kecelakaan ini selain faktor hilang traksi seperti penjelasan diatas. Jadi menurut saya pengemudi bus mengalami Out of Control (OC) saat menurun di Emen arah ke Subang. Saya menduga fisik dari pengemudi bus sedikit lelah dan kurang konsentrasi. Akibatnya, konsentrasi saat mengemudi, ditambah cuaca sejuk dan kontur jalan yang cenderung menurun tajam serta belokan membuat kecelakaan maut itu tak bisa terhindarkan. Selain faktor teknis, jalan yang menurun membuat sopir bus yang lelah dan kurang prima penurunan konsentrasi.
Nah, itulah catatan saya mengenai seringnya terjadi kecelakaan maut di turunan atau tanjakan Emen. Catat, Arwah Emen Menuntut Balas Bukan Faktor Penyebab Kecelakaan - Emen Sendiri Meninggal Di Rumah Sakit Ranca Badak Pada 1964 Bukan Di TKP.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.