Kenapa saya begitu antusias mengabadikan perjalanan potongan badan pesawat hercules C-130B A1301 dari Bandung menuju Jogja menggunakan truck? Hal itu karena pesawat tersebut sangat bersejarah bagi negara kita dan bukti betapa negara kita begitu di segani Amerika saat itu. Indonesia tercatat sebagai negara pertama di luar Amerika Serikat yang mengoperasikan Hercules C-130. Pesawat angkut modern ini sebelumnya hanya diperuntukkan bagi militer AS dan belum pernah diberikan atau dijual kepada negara lain sejak diproduksi pertama kali tahun 1954.
Latar belakangnya adalah Allan Pope, pilot swasta Amerika Serikat, yang ditembak jatuh dan ditangkap PRRI/Permesta pada 1958. Dalam buku Skuadron Udara 31 Hercules Sang Penjelajah terbitan TNI AU menyebutkan, pesawat ini diberikan secara cuma-cuma oleh Presiden AS John F Kennedy pada akhir 1959. Di hadapan Soekarno, Kennedy merasa berhutang atas pembebasan Pope yang ditembak jatuh dalam pertempuran udara dengan Kapten Udara Pnb Dewanto. Presiden Amerika Serikat John F Kennedy pada akhir 1959 berterima kasih atas kesediaan Indonesia melepas Pope, pilot CIA berstatus sipil yang memperkuat AUREV-Permesta.
Ini juga merupakan satu-satunya "dog fight" bersenjata dan dimenangi oleh penerbang tempur TNI AU hingga kini. Kennedy menawarkan "pengganti" Pope kepada Soekarno. Berdasarkan "keperluan" dari Panglima AU, Laksamana Madya Udara Suryadarma, AURI memerlukan pengganti pesawat transportasi de Havilland Canada DHC-4 Caribou. Pilihan kemudian jatuh kepada Hercules C-130B, dalam kunjungan Soekarno ke pabriknya, Lockheed (belum bergabung dengan Martin).
Akhirnya, 10 unit C-130B bisa diterbangkan dengan proses melalui feri ke Tanah Air. Yang membanggakan, penerbangan-penerbangan itu dilakukan langsung oleh pilot dan awak AURI. Saat itu, delapan C-130B kargo dan dua C-130B tanker bisa dibawa ke Pelabuhan Udara Kemayoran, Jakarta. Tak seperti biasanya, penerbangan pesawat-pesawat ini murni dilakukan para pilot dan awak dari TNI AU, bukan produsen maupun personel USAF. Hal ini menunjukkan bangsa Indonesia disegani dan memiliki posisi tawar yang kuat di mata Amerika Serikat.
Fakta menyatakan, pendaratan pertama C-130B Hercules ke Tanah Air dilakukan Mayor Udara Penerbang S Tjokroadiredjo, Letnan Muda Udara II A Cargua, Sersan Mayor Udara S Wijono, dan Kapten Udara Navigator The Hing Ho. Selain itu, ada juga Sersan Mayor Udara M Smith, Kapten Udara Penerbang Pribadi, Letnan Muda Udara II Alex Telelepta, Sersan Mayor Udara Ali Nursjamsu, Letnan Muda Udara I Basjir, Letnan Muda Udara I Sukarno, Letnan Muda Udara I Arifin Sarodja, dan Kapten Muda Udara Sasmito Notokusumo.
Fakta selanjutnya, itulah pertama kalinya terjadi penerbangan feri terjauh untuk semua jenis pesawat terbang. C-130B AURI terbang sejauh 13.000 mil laut melintasi tiga samudra dari pabrikan ke negara operatornya. Itu juga merupakan penerbangan internasional pertama yang 100 persen diawaki personel aktif AURI dan belum pernah terjadi pada militer lain di dunia saat itu. Fakta pada penerbangan 18 Maret 1960 itu menjadikan Indonesia sebagai operator terbanyak Hercules C-130 di belahan selatan dunia pada kemudian hari.
Saat menerima pesawat tersebut, pesawat ini termasuk kendaraan multiengine modern dengan berteknologi turboprop. Tanpa melalui proses pelatihan yang melelahkan, teknologi ini dengan cepat dikuasai para penerbang TNI AU. Keberhasilan ini mendapat pujian dari Menteri Keamanan Nasional, Jenderal AH Nasution, dan beberapa petinggi Lockheed.
Latar belakangnya adalah Allan Pope, pilot swasta Amerika Serikat, yang ditembak jatuh dan ditangkap PRRI/Permesta pada 1958. Dalam buku Skuadron Udara 31 Hercules Sang Penjelajah terbitan TNI AU menyebutkan, pesawat ini diberikan secara cuma-cuma oleh Presiden AS John F Kennedy pada akhir 1959. Di hadapan Soekarno, Kennedy merasa berhutang atas pembebasan Pope yang ditembak jatuh dalam pertempuran udara dengan Kapten Udara Pnb Dewanto. Presiden Amerika Serikat John F Kennedy pada akhir 1959 berterima kasih atas kesediaan Indonesia melepas Pope, pilot CIA berstatus sipil yang memperkuat AUREV-Permesta.
Ini juga merupakan satu-satunya "dog fight" bersenjata dan dimenangi oleh penerbang tempur TNI AU hingga kini. Kennedy menawarkan "pengganti" Pope kepada Soekarno. Berdasarkan "keperluan" dari Panglima AU, Laksamana Madya Udara Suryadarma, AURI memerlukan pengganti pesawat transportasi de Havilland Canada DHC-4 Caribou. Pilihan kemudian jatuh kepada Hercules C-130B, dalam kunjungan Soekarno ke pabriknya, Lockheed (belum bergabung dengan Martin).
Akhirnya, 10 unit C-130B bisa diterbangkan dengan proses melalui feri ke Tanah Air. Yang membanggakan, penerbangan-penerbangan itu dilakukan langsung oleh pilot dan awak AURI. Saat itu, delapan C-130B kargo dan dua C-130B tanker bisa dibawa ke Pelabuhan Udara Kemayoran, Jakarta. Tak seperti biasanya, penerbangan pesawat-pesawat ini murni dilakukan para pilot dan awak dari TNI AU, bukan produsen maupun personel USAF. Hal ini menunjukkan bangsa Indonesia disegani dan memiliki posisi tawar yang kuat di mata Amerika Serikat.
Fakta menyatakan, pendaratan pertama C-130B Hercules ke Tanah Air dilakukan Mayor Udara Penerbang S Tjokroadiredjo, Letnan Muda Udara II A Cargua, Sersan Mayor Udara S Wijono, dan Kapten Udara Navigator The Hing Ho. Selain itu, ada juga Sersan Mayor Udara M Smith, Kapten Udara Penerbang Pribadi, Letnan Muda Udara II Alex Telelepta, Sersan Mayor Udara Ali Nursjamsu, Letnan Muda Udara I Basjir, Letnan Muda Udara I Sukarno, Letnan Muda Udara I Arifin Sarodja, dan Kapten Muda Udara Sasmito Notokusumo.
Fakta selanjutnya, itulah pertama kalinya terjadi penerbangan feri terjauh untuk semua jenis pesawat terbang. C-130B AURI terbang sejauh 13.000 mil laut melintasi tiga samudra dari pabrikan ke negara operatornya. Itu juga merupakan penerbangan internasional pertama yang 100 persen diawaki personel aktif AURI dan belum pernah terjadi pada militer lain di dunia saat itu. Fakta pada penerbangan 18 Maret 1960 itu menjadikan Indonesia sebagai operator terbanyak Hercules C-130 di belahan selatan dunia pada kemudian hari.
Saat menerima pesawat tersebut, pesawat ini termasuk kendaraan multiengine modern dengan berteknologi turboprop. Tanpa melalui proses pelatihan yang melelahkan, teknologi ini dengan cepat dikuasai para penerbang TNI AU. Keberhasilan ini mendapat pujian dari Menteri Keamanan Nasional, Jenderal AH Nasution, dan beberapa petinggi Lockheed.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.