Pada suatu ketika Presiden Joko Widodo beserta istri dan kedua anaknya mengunjungi sebuah kedai kopi Tuku di Jalan Cipete Raya Blok B No.7, RT 6 RW 3 Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan. Andanu Prasetyo, pemilik kedai kopi Tuku menjelaskan, kehadiran RI 1 bersama keluarganya tidak terencana sebelumnya.
Mengutip Kompas.com, Jumat (1/9/2017), suatu ketika di tengah malam dia ditelepon oleh seseorang yang mengaku sebagaj ajudan Jokowi. "Katanya ajudan nyari nomor telepon saya dan baru nemu tengah malam, jadi tengah malam itu ajudan tanya, 'Besok pagi, Tuku buka enggak, kamu (Tyo) ada enggak juga besok?'," kata pria yang akrab disapa Tyo tersebut menirukan percakapannya dengan ajudan Jokowi.
Benar saja, keesokan harinya, Jokowi bersama istrinya, Iriana dan kedua anaknya, Kaesang dan Kahiyang datang ke kedai kopi Tuku. Tyo tak mempersiapkan secara khusus untuk menerima kedatangan Jokowi dan keluarga. Kedai kopi Tuku beroperasi seperti biasa dan tetap dibuka untuk umum selama Jokowi dan keluarga datang.
"Malahan pas (pembeli) lagi ramai, lagi antre semua, nengok ke belakang, eh ada mobil Presiden datang. Paspampres nya juga pakai baju bebas," kata Tyo.
Kemudian Jokowi dan Iriana memesan menu "Kopi Susu Tetangga" panas. Menu tersebut merupakan perpaduan antara latte dengan gula aren. Sedangkan kedua anak Jokowi memesan "Es Kopi Susu Tetangga".
Saat itu, Jokowi juga berpesan kepada Tyo untuk terus mengembangkan usahanya. "Manfaatkan momentumnya, berdayakan kopi lokal," kata Tyo.
Tyo mengaku tak menyangka mendapat apresiasi dari orang nomor satu di Indonesia. Sebab, usaha Tuku ini awalnya hanya diproyeksi untuk warga Cipete dan sekitarnya. Kalaupun usahanya berkembang, lanjut dia, karena dirinya berproses di dalam industri kopi tersebut.
Sejarah Kopi Tuku
Nah, kembali ke Kopi Tuku, dari pengamatan, gerai kopi Tuku yang terletak di Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan, tak pernah sepi dikunjungi pembeli.
Sosok di balik kopi dengan rasa nikmat tersebut adalah Andanu Prasetyo, sang pemilik bisnis Kopi Tuku. Mari kita simak cerita Tyo, sapaan akrabnya, saat meniti tangga sukses memasarkan kopi susu miliknya. Tyo bercerita, dia memulai bisnis kopi Tuku dari tugas penelitian semasa kuliah di Prasetiya Mulia Business School. Saat itu, Tyo yang tengah berbisnis distro bersama sang kakak, banting setir jadi penjual kopi susu.
"Sekitar tahun 2010 atau pas aku kuliah semester 3 membuat riset tentang kopi. Seiring berjalannya waktu, aku jadi ingin mendalami kafe atau kopi terus. Sampai di titik, aku pengin lebih berkontribusi sama sama industri kopi nya," kata Tyo.
Kemudian Tyo mengaku sempat menganalisa budaya konsumsi kopi masyarakat saat dirinya tinggal di luar negeri dan Yogyakarta. Akhirnya dia menemukan fakta bahwa konsumsi masyarakat terhadap kopi, terutama kopi lokal, masih minim.
Melalui temuan inilah, dia mulai berencana membuat toko kopi yang mengangkat biji kopi lokal. Pada suatu kesempatan, sekitar tahun 2015, dia melihat ada sebuah toko kosong di kawasan Cipete.
Saat gerai Tuku dibuka di Cipete, dia bekerja dibantu oleh dua karyawan. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pengunjung yang menyenangi kopi susu Tuku. Andalannya adalah Kopi Susu Tetangga, perpaduan latte dengan gula aren. Tyo bercerita, pernah suatu ketika tokonya ramai pengunjung, tak sedikit masyarakat yang membantunya bekerja di toko.
Contohnya menjadi kasir atau melayani pembeli. Sebab, gerai Tuku dibuka awalnya memang diperuntukkan bagi masyarakat atau tetangga sekitar tempat tinggalnya, di Cipete.
"Momen terenak adalah setahun pertama, meski tidak seramai sekarang. Tapi bagaimana aku hadir di sana di tempat kumpul tetangga sekitar, ngobrol-ngobrol sama tetangga, buat aku jauh lebih menyenangkan," kata pria kelahiran 27 Juli 1989 tersebut.
Kini Kopi Tuku semakin berkembang, karyawan Tuku telah berkembang menjadi 50 orang. Karyawan itu tersebar di gerai Cipete, Pasar Santa, Bintaro, dan head quarter office di Antasari.
Mengutip Kompas.com, Jumat (1/9/2017), suatu ketika di tengah malam dia ditelepon oleh seseorang yang mengaku sebagaj ajudan Jokowi. "Katanya ajudan nyari nomor telepon saya dan baru nemu tengah malam, jadi tengah malam itu ajudan tanya, 'Besok pagi, Tuku buka enggak, kamu (Tyo) ada enggak juga besok?'," kata pria yang akrab disapa Tyo tersebut menirukan percakapannya dengan ajudan Jokowi.
Benar saja, keesokan harinya, Jokowi bersama istrinya, Iriana dan kedua anaknya, Kaesang dan Kahiyang datang ke kedai kopi Tuku. Tyo tak mempersiapkan secara khusus untuk menerima kedatangan Jokowi dan keluarga. Kedai kopi Tuku beroperasi seperti biasa dan tetap dibuka untuk umum selama Jokowi dan keluarga datang.
"Malahan pas (pembeli) lagi ramai, lagi antre semua, nengok ke belakang, eh ada mobil Presiden datang. Paspampres nya juga pakai baju bebas," kata Tyo.
Kemudian Jokowi dan Iriana memesan menu "Kopi Susu Tetangga" panas. Menu tersebut merupakan perpaduan antara latte dengan gula aren. Sedangkan kedua anak Jokowi memesan "Es Kopi Susu Tetangga".
Saat itu, Jokowi juga berpesan kepada Tyo untuk terus mengembangkan usahanya. "Manfaatkan momentumnya, berdayakan kopi lokal," kata Tyo.
Tyo mengaku tak menyangka mendapat apresiasi dari orang nomor satu di Indonesia. Sebab, usaha Tuku ini awalnya hanya diproyeksi untuk warga Cipete dan sekitarnya. Kalaupun usahanya berkembang, lanjut dia, karena dirinya berproses di dalam industri kopi tersebut.
Sejarah Kopi Tuku
Nah, kembali ke Kopi Tuku, dari pengamatan, gerai kopi Tuku yang terletak di Jalan Cipete Raya, Jakarta Selatan, tak pernah sepi dikunjungi pembeli.
Sosok di balik kopi dengan rasa nikmat tersebut adalah Andanu Prasetyo, sang pemilik bisnis Kopi Tuku. Mari kita simak cerita Tyo, sapaan akrabnya, saat meniti tangga sukses memasarkan kopi susu miliknya. Tyo bercerita, dia memulai bisnis kopi Tuku dari tugas penelitian semasa kuliah di Prasetiya Mulia Business School. Saat itu, Tyo yang tengah berbisnis distro bersama sang kakak, banting setir jadi penjual kopi susu.
"Sekitar tahun 2010 atau pas aku kuliah semester 3 membuat riset tentang kopi. Seiring berjalannya waktu, aku jadi ingin mendalami kafe atau kopi terus. Sampai di titik, aku pengin lebih berkontribusi sama sama industri kopi nya," kata Tyo.
Kemudian Tyo mengaku sempat menganalisa budaya konsumsi kopi masyarakat saat dirinya tinggal di luar negeri dan Yogyakarta. Akhirnya dia menemukan fakta bahwa konsumsi masyarakat terhadap kopi, terutama kopi lokal, masih minim.
Melalui temuan inilah, dia mulai berencana membuat toko kopi yang mengangkat biji kopi lokal. Pada suatu kesempatan, sekitar tahun 2015, dia melihat ada sebuah toko kosong di kawasan Cipete.
Saat gerai Tuku dibuka di Cipete, dia bekerja dibantu oleh dua karyawan. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pengunjung yang menyenangi kopi susu Tuku. Andalannya adalah Kopi Susu Tetangga, perpaduan latte dengan gula aren. Tyo bercerita, pernah suatu ketika tokonya ramai pengunjung, tak sedikit masyarakat yang membantunya bekerja di toko.
Contohnya menjadi kasir atau melayani pembeli. Sebab, gerai Tuku dibuka awalnya memang diperuntukkan bagi masyarakat atau tetangga sekitar tempat tinggalnya, di Cipete.
"Momen terenak adalah setahun pertama, meski tidak seramai sekarang. Tapi bagaimana aku hadir di sana di tempat kumpul tetangga sekitar, ngobrol-ngobrol sama tetangga, buat aku jauh lebih menyenangkan," kata pria kelahiran 27 Juli 1989 tersebut.
Kini Kopi Tuku semakin berkembang, karyawan Tuku telah berkembang menjadi 50 orang. Karyawan itu tersebar di gerai Cipete, Pasar Santa, Bintaro, dan head quarter office di Antasari.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.