Sore ini agak kaget juga dengan kembali ngetrendnya kamera analog dengan roll film dengan hashtag #indo35mm di Instagram. Ternyata masih ada orang yang masih rindu dengan proses ruwet nan lawas dalam memproses sebuah foto. Mereka adalah para penggemar kamera analog dengan roll film.
Beredarnya foto dari penggemar kamera analog ini bisa di lihat di Instagram, dengan memasukkan tanda pagar alias hashtag #indo35mm, #35mm, #35mmfilm, #35mmfilmphotography, #filmisnotdead, dan masih banyak lagi. Yang mengejutkan adalah beberapa public figure ikut terseret tren kamera analog di Instagram. Para selebritis tersebut diantaranya penyanyi, dokter dan fotografer, Tompi; pemain film dan presenter, Gading Marten; hingga YouTuber kawakan Fathia Izzati atau dikenal dengan nama "Kittendust".
Jika Anda ingin menengok hasil jepretan kamera analog khusus dari pehobi Tanah Air, bisa menengok hashtag #indo35mm. Pantauan saya di hari ini, Rabu 2 Agustus 2017 tak kurang dari 150.000 foto dengan hashtag #indo35mm bertebaran di Instagram. Apa maksud tagar #35mm? 35mm merujuk pada jenis film paling umum yang digunakan pada kamera analog.
Seni Menikmati Proses Foto Kamera Analog
Warna-warna foto yang dihasilkan jepretan kamera analog sejatinya mirip dengan preset pada aplikasi pengeditan foto digital semacam VSCO, SnapSeed, dan sebagainya. Efek-efek umum dari kamera analog semacam flare atau burn pun tersedia pada beberapa aplikasi pengeditan foto digital. Namun, ini bukan cuma soal hasil tapi lebih ke proses. Ada beberapa langkah dasar yang perlu dilewati pehobi kamera analog dari mulai menjepret hingga melihat hasil jepretan.
Pertama-tama, mereka tentu harus memiliki kamera analog yang sekarang mulai langka, kemudian mengisinya dengan roll film yang juga terhitung jarang di pasaran. Dalam proses penjepretan, mereka tak bisa langsung melihat hasilnya seperti ketika menjepret foto menggunakan smartphone atau kamera digital. Setelah semua roll film habis dipakai untuk mengabadikan momen, barulah bisa dicuci dan dilihat hasilnya. Sebelum di unggah ke Instagram pun, hasil cuci foto perlu di scan terlebih dahulu. Nah, itulah seninya kamera analog dengan proses panjangnya. Proses panjang sebuah foto itulah letak kemewahan kamera analog. Dan serunya ketika lihat hasil cucinya, bisa sesuai ekspektasi, melebihi ekspektasi, atau nggak sesuai.
Saat cuci foto juga perlu perjuangan. Kita harus terlebih dahulu mencari dan meriset tempat cuci foto mana yang bisa diandalkan. Soalnya kalau di sembarang hasilnya kadang mengecewakan. Untuk biaya cuci cetak foto setidaknya harus merogoh kocek sekitar Rp 50.000 untuk mencuci satu roll film dan menunggu hasil cucinya selama 14 hari. Nah, itulah seninya kamera analog, hanya untuk melihat sebuah foto saja harus melalui proses panjang nan mendebarkan.
Beredarnya foto dari penggemar kamera analog ini bisa di lihat di Instagram, dengan memasukkan tanda pagar alias hashtag #indo35mm, #35mm, #35mmfilm, #35mmfilmphotography, #filmisnotdead, dan masih banyak lagi. Yang mengejutkan adalah beberapa public figure ikut terseret tren kamera analog di Instagram. Para selebritis tersebut diantaranya penyanyi, dokter dan fotografer, Tompi; pemain film dan presenter, Gading Marten; hingga YouTuber kawakan Fathia Izzati atau dikenal dengan nama "Kittendust".
Jika Anda ingin menengok hasil jepretan kamera analog khusus dari pehobi Tanah Air, bisa menengok hashtag #indo35mm. Pantauan saya di hari ini, Rabu 2 Agustus 2017 tak kurang dari 150.000 foto dengan hashtag #indo35mm bertebaran di Instagram. Apa maksud tagar #35mm? 35mm merujuk pada jenis film paling umum yang digunakan pada kamera analog.
Seni Menikmati Proses Foto Kamera Analog
Warna-warna foto yang dihasilkan jepretan kamera analog sejatinya mirip dengan preset pada aplikasi pengeditan foto digital semacam VSCO, SnapSeed, dan sebagainya. Efek-efek umum dari kamera analog semacam flare atau burn pun tersedia pada beberapa aplikasi pengeditan foto digital. Namun, ini bukan cuma soal hasil tapi lebih ke proses. Ada beberapa langkah dasar yang perlu dilewati pehobi kamera analog dari mulai menjepret hingga melihat hasil jepretan.
Pertama-tama, mereka tentu harus memiliki kamera analog yang sekarang mulai langka, kemudian mengisinya dengan roll film yang juga terhitung jarang di pasaran. Dalam proses penjepretan, mereka tak bisa langsung melihat hasilnya seperti ketika menjepret foto menggunakan smartphone atau kamera digital. Setelah semua roll film habis dipakai untuk mengabadikan momen, barulah bisa dicuci dan dilihat hasilnya. Sebelum di unggah ke Instagram pun, hasil cuci foto perlu di scan terlebih dahulu. Nah, itulah seninya kamera analog dengan proses panjangnya. Proses panjang sebuah foto itulah letak kemewahan kamera analog. Dan serunya ketika lihat hasil cucinya, bisa sesuai ekspektasi, melebihi ekspektasi, atau nggak sesuai.
Saat cuci foto juga perlu perjuangan. Kita harus terlebih dahulu mencari dan meriset tempat cuci foto mana yang bisa diandalkan. Soalnya kalau di sembarang hasilnya kadang mengecewakan. Untuk biaya cuci cetak foto setidaknya harus merogoh kocek sekitar Rp 50.000 untuk mencuci satu roll film dan menunggu hasil cucinya selama 14 hari. Nah, itulah seninya kamera analog, hanya untuk melihat sebuah foto saja harus melalui proses panjang nan mendebarkan.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.