Siang ini sengaja membaca web aviahistoria.com dan saya tertarik dengan ulasan pesawat buatan Ukraina yakni Antonov An-12. Antonov An-12 ini pernah menjadi salah satu andalan angkut berat AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) era 1960-an.
Saat itu Indonesia membeli 6 unit untuk persiapan Kampanye Trikora tapi pesanan ini baru tiba pada tahun 1964. Karena sudah berakhir, AURI lantas menggunakan pesawat angkut buatan Ukrania ini untuk Kampanye Dwikora. AURI mengirim empat orang pilot untuk belajar menerbangan An-12 di Pangkalan Udara Setsinskaya, sebelah selatan Moskow, Uni Soviet. Keenam pesawat itu diterbangkan feri ke Indonesia dan dimasukan ke Skadron Angkut Berat 32 di Pangkalan Angkatan Udara Husein Sastranegara, Bandung.
Keenam pesawat itu diberi registrasi T (Transpor)-1201 s/d 1206. Dari seluruh foto dokumentasi yang masih ada, tidak tahu kenapa, kebanyakan justru muncul T-1205. Dari sisi fisik, An-12 ini tidak ada perbedaan dengan yang lainnya kecuali tertera nama hidung (nose name), Ardjuna, salah satu dari pandawa lima.
Keunikan lainnya dari T-1205 adalah pernah diganti registrasinya menjadi PK atau sipil yaitu PK-PUB dan lengkap dengan tulisan Ministry of Air Communication yang berarti digunakan oleh Kementerian Perhubungan Udara.
Menurut buku “Antonov An-12 Cub” karya Yefim Gordon dan Dmitry Komissarov cetakan tahun 2004, menyebut bukan enam unit, melainkan sembilan unit dibeli Indonesia. Lebih lanjut lagi enam unit di antaranya (dimulai dari T-1204) pernah dipakai untuk keperluan sipil dan diberi registrasi PK yaitu PK-PUA s/d PK-PUF.
Apakah benar-benar dipakai murni kepentingan sipil atau ini hanya pengelabuan agar tidak diketahui intelijen Inggris untuk operasi logistik rahasia ? Sayangnya tidak ada informasi lebih lanjut. Yang pasti bersama saingannya dari Barat, Lockheed C-130B Hercules, pesawat ini digunakan sebagai pesawat angkut berat sebelum dipensiunkan pada tahun 1970-an.
Kemampuan angkutnya hampir sama, bedanya Hercules bertekanan udara di seluruh kabin sedangkan An-12 cukup di bagian depan, sekitar kokpit. Keunggulan lainnya dari Hercules adalah An-12 lebih kokoh, dapat membawa kargo tanpa perlu diturunkan dalam waktu lama dan tidak merusak struktur roda
An-12 T-1205 yang menjadi salah satu kekuatan Skuadron Angkut Berat 32 bermarkas di Bandung.
Masih di buku yang sama disebutkan PK-PUA, -PUB, -PUD, dan -PUF mengalami kecelakaan, sisanya sebanyak lima unit dikembalikan ke Uni Soviet. Selain itu, disebutkan pula maskapai penerbangan Mandala Airlines pernah menyewa dua unit An-12 dari Air Sofia untuk usaha kargo udara pada periode tahun 1997-1998 dan dikembalikan pada tahun 2001.
Sebelumnya lagi Penas Air Cargo sebagai anak perusahaan PT. Survei Udara (PENAS) menyewa dua unit An-12 dari Rusia pada tahun 1992. Yang tidak tercantum di buku ini adalah Tri-MG lewat kerjasama dengan Air Mark asal Turki pernah menyewa satu An-12 pada tahun 2004. Pesawat itu beregistrasi LZ-SFA, sama dengan yang pernah disewa Mandala Airlines.
(Sumber: Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)
Saat itu Indonesia membeli 6 unit untuk persiapan Kampanye Trikora tapi pesanan ini baru tiba pada tahun 1964. Karena sudah berakhir, AURI lantas menggunakan pesawat angkut buatan Ukrania ini untuk Kampanye Dwikora. AURI mengirim empat orang pilot untuk belajar menerbangan An-12 di Pangkalan Udara Setsinskaya, sebelah selatan Moskow, Uni Soviet. Keenam pesawat itu diterbangkan feri ke Indonesia dan dimasukan ke Skadron Angkut Berat 32 di Pangkalan Angkatan Udara Husein Sastranegara, Bandung.
Keenam pesawat itu diberi registrasi T (Transpor)-1201 s/d 1206. Dari seluruh foto dokumentasi yang masih ada, tidak tahu kenapa, kebanyakan justru muncul T-1205. Dari sisi fisik, An-12 ini tidak ada perbedaan dengan yang lainnya kecuali tertera nama hidung (nose name), Ardjuna, salah satu dari pandawa lima.
Keunikan lainnya dari T-1205 adalah pernah diganti registrasinya menjadi PK atau sipil yaitu PK-PUB dan lengkap dengan tulisan Ministry of Air Communication yang berarti digunakan oleh Kementerian Perhubungan Udara.
Menurut buku “Antonov An-12 Cub” karya Yefim Gordon dan Dmitry Komissarov cetakan tahun 2004, menyebut bukan enam unit, melainkan sembilan unit dibeli Indonesia. Lebih lanjut lagi enam unit di antaranya (dimulai dari T-1204) pernah dipakai untuk keperluan sipil dan diberi registrasi PK yaitu PK-PUA s/d PK-PUF.
Apakah benar-benar dipakai murni kepentingan sipil atau ini hanya pengelabuan agar tidak diketahui intelijen Inggris untuk operasi logistik rahasia ? Sayangnya tidak ada informasi lebih lanjut. Yang pasti bersama saingannya dari Barat, Lockheed C-130B Hercules, pesawat ini digunakan sebagai pesawat angkut berat sebelum dipensiunkan pada tahun 1970-an.
Kemampuan angkutnya hampir sama, bedanya Hercules bertekanan udara di seluruh kabin sedangkan An-12 cukup di bagian depan, sekitar kokpit. Keunggulan lainnya dari Hercules adalah An-12 lebih kokoh, dapat membawa kargo tanpa perlu diturunkan dalam waktu lama dan tidak merusak struktur roda
An-12 T-1205 yang menjadi salah satu kekuatan Skuadron Angkut Berat 32 bermarkas di Bandung.
Masih di buku yang sama disebutkan PK-PUA, -PUB, -PUD, dan -PUF mengalami kecelakaan, sisanya sebanyak lima unit dikembalikan ke Uni Soviet. Selain itu, disebutkan pula maskapai penerbangan Mandala Airlines pernah menyewa dua unit An-12 dari Air Sofia untuk usaha kargo udara pada periode tahun 1997-1998 dan dikembalikan pada tahun 2001.
Sebelumnya lagi Penas Air Cargo sebagai anak perusahaan PT. Survei Udara (PENAS) menyewa dua unit An-12 dari Rusia pada tahun 1992. Yang tidak tercantum di buku ini adalah Tri-MG lewat kerjasama dengan Air Mark asal Turki pernah menyewa satu An-12 pada tahun 2004. Pesawat itu beregistrasi LZ-SFA, sama dengan yang pernah disewa Mandala Airlines.
(Sumber: Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.