Sebagai penggemar balap motor, kita semua pasti sering menyaksikan siaran langsung balapan MotoGP di tv. Nonton balapan MotoGP di TV memang sangat mengasyikkan. Melihat teknik menikung mereka yang memiringkan tubuh saat melibas tikungan demi tikungan dengan kecepatan tinggi terasa seperti melihat tarian yang amat indah. Posisi badan para pembalap MotoGP saat menikung dengan kecepatan super tinggi, sambil bergelantungan disisi motor hingga lutut kaki dan siku tangan menyentuh lintasan benar-benar merupakan atraksi yang seru untuk dilihat.
Mengutip Motogp.com, dengan kecepatan maksimal motor motogp mencapai 350 km/jam di trek lurus, oleh karena itu kita akan melihat mereka memiringkan motor saat menikung. Para pebalap kelas dunia ini mampu melewati tikungan dengan sudut kemiringan motor hingga 64 derajat. Sudut kemiringan yang paling besar jika dibandingkan dengan kemampuan menikung motor-motor lain, termasuk motor Superbike (WSBK). Menurut hitungan, motor MotoGP bisa lebih miring 13 derajat ketimbang Superbike.
Menyaksikan para pebalap menikung memang menjadi salah satu yang mengundang decak kagum penonton, terutama jika mereka melewati tikungan beruntun (chicane) yang tajam. Kombinasi antara kecanggihan motor dan keahlian para pebalap, menurut Motogp.net.au, adalah elemen hiburan terbesar yang menarik orang untuk datang ke sirkuit atau terpaku di TV menyaksikan MotoGP.
Dalam sejarahnya, gaya membelok ekstrem mulai diperkenalkan pada 1950-an ketika John Surtees dikritik karena bergantung pada motor MV Agusta empat silindernya ketika menikung. Surtees menyatakan bahwa ia melakukannya "untuk membuat mesin setegak lurus mungkin guna mendapatkan traksi yang maksimal."
Kemudian pebalap Amerika Serikat Kenny Roberts Sr. adalah yang pertama memperkenalkan cara menikung ekstrem hingga lutut menyentuh trek pada akhir era 1970-an. Gaya tersebut kemudian dikenal dengan sebutan knee dragging (menyeret lutut) dan akhirnya diadaptasi oleh hampir semua pebalap.
Kemudian pada akhir 1980-an, seorang pebalap kelas 250cc dari Prancis Jean-Phillipe Ruggia memperkenalkan gaya menikung yang lebih ekstrem lagi yaitu menggesekkan sikut ke lintasan. Gaya Ruggia itulah yang kini diadopsi dan dibuat semakin populer di MotoGP oleh Marc Marquez, juara dunia kelas premium ini dua kali (2013 dan 2014). Marquez, kepada Cycle World, menyatakan bahwa ia menyukai gaya menikung itu karena "kalau sikut saya sudah menyentuh lintasan, saya merasa bisa membelok lebih tajam lagi." Ia juga menyatakan gaya tersebut membuatnya merasa bisa lebih mengontrol motornya. Alpinestars, produsen perlengkapan berkendara yang menjadi salah satu sponsor Marquez, bahkan sampai harus menciptakan baju balap khusus untuk pebalap asal Spanyol itu agar bagian sikut tangannya tidak cepat rusak.
Para pengamat berkata bahwa gaya membalap seorang juara, seperti Rossi dan Marquez, akan selalu ditiru oleh pebalap lainnya, terutama yang lebih muda.
Mengutip Motogp.com, dengan kecepatan maksimal motor motogp mencapai 350 km/jam di trek lurus, oleh karena itu kita akan melihat mereka memiringkan motor saat menikung. Para pebalap kelas dunia ini mampu melewati tikungan dengan sudut kemiringan motor hingga 64 derajat. Sudut kemiringan yang paling besar jika dibandingkan dengan kemampuan menikung motor-motor lain, termasuk motor Superbike (WSBK). Menurut hitungan, motor MotoGP bisa lebih miring 13 derajat ketimbang Superbike.
Menyaksikan para pebalap menikung memang menjadi salah satu yang mengundang decak kagum penonton, terutama jika mereka melewati tikungan beruntun (chicane) yang tajam. Kombinasi antara kecanggihan motor dan keahlian para pebalap, menurut Motogp.net.au, adalah elemen hiburan terbesar yang menarik orang untuk datang ke sirkuit atau terpaku di TV menyaksikan MotoGP.
Dalam sejarahnya, gaya membelok ekstrem mulai diperkenalkan pada 1950-an ketika John Surtees dikritik karena bergantung pada motor MV Agusta empat silindernya ketika menikung. Surtees menyatakan bahwa ia melakukannya "untuk membuat mesin setegak lurus mungkin guna mendapatkan traksi yang maksimal."
Kemudian pebalap Amerika Serikat Kenny Roberts Sr. adalah yang pertama memperkenalkan cara menikung ekstrem hingga lutut menyentuh trek pada akhir era 1970-an. Gaya tersebut kemudian dikenal dengan sebutan knee dragging (menyeret lutut) dan akhirnya diadaptasi oleh hampir semua pebalap.
Kemudian pada akhir 1980-an, seorang pebalap kelas 250cc dari Prancis Jean-Phillipe Ruggia memperkenalkan gaya menikung yang lebih ekstrem lagi yaitu menggesekkan sikut ke lintasan. Gaya Ruggia itulah yang kini diadopsi dan dibuat semakin populer di MotoGP oleh Marc Marquez, juara dunia kelas premium ini dua kali (2013 dan 2014). Marquez, kepada Cycle World, menyatakan bahwa ia menyukai gaya menikung itu karena "kalau sikut saya sudah menyentuh lintasan, saya merasa bisa membelok lebih tajam lagi." Ia juga menyatakan gaya tersebut membuatnya merasa bisa lebih mengontrol motornya. Alpinestars, produsen perlengkapan berkendara yang menjadi salah satu sponsor Marquez, bahkan sampai harus menciptakan baju balap khusus untuk pebalap asal Spanyol itu agar bagian sikut tangannya tidak cepat rusak.
Para pengamat berkata bahwa gaya membalap seorang juara, seperti Rossi dan Marquez, akan selalu ditiru oleh pebalap lainnya, terutama yang lebih muda.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.