Kingdom 0f Saudi Arabia (Kerajaan Arab Saudi) adalah salah satu Negara tujuan para TKI mencari nafkah. Dengan bermodalkan keahlian seadanya dan tekad yang besar, mereka berangkat ke Saudi dengan harapan bisa merubah perekonomian keluarga mereka. Namun sering kita mendengar berita miring mengenai para tkw kaburan yang bekerja di Saudi Arab dikaitkan dengan kelakuannya. Banyak diantara kita tentu kaget melihat fenomena begitu banyak video serta blog yang menulis tentang kehidupan bebas mereka. Mungkin juga bayak yang bertanya Apakah polisi syariah di Saudi Arab tidak melakukan operasi penertiban? Saya yakin mereka tetap bekerja sebagaiman mestinya meski kenyataannya fakta tersebut ada. Sering juga saya membaca di surat kabar, kalau polisi telah merazia beberapa apartemen atau rumah kontrakan yang penghuninya hampir 99 % TKW ilegal asal Indonesia yang hidup serumah dengan para pekerja pria lainnya.
Nah, setelah sekian tahun mencari narasumber, akhirnya saya mendapatkannya dari seorang bernama S yang berasal dari sebuah kota P di utara Jawa Tengah. S ini kebetulan juga pernah menjadi TKW Kaburan di Saudi Arabia. Untungnya dia termasuk TKW kaburan baik, yang tidak pernah menjadi PSK, dan saya percaya itu. S ini sering menceritakan kisah petualangannya selama menjadi TKW kaburan. S sendiri menjadi TKW kaburan karena ada ketidak cocokan dengan majikannya. Selama menjadi TKW kaburan, S mengakui juga kalau pernah menjalani kehidupan bebas. Hal itu terpaksa dia lakukan karena kebutuhan. Selain butuh untuk menyambung hidup juga butuh untuk mencari perlindungan selama menjadi TKW kaburan.
Menurut beberapa sumber, para TKW ilegal di Saudi Arabia jumlahnya hampir sama banyaknya atau mungkin lebih banyak jumlahnya daripada para TKW yang legal. TKW kaburan kebanyakannya bukan karena disiksa majikan atau karena tidak digaji majikan. Tapi banyak TKW yang kabur itu karena keinginannya sendiri. Ada yang alasannya karena mereka ingin mendapatkan gaji yang lebih besar dari gaji yang didapat dari majikan asli. Nah menurut S, bahkan banyak yang jadi TKW kaburan karena mereka ingin bebas hidup bersama pacarnya seperti para pekerja asing dari Pakistan, Bangladesh, India. Dan bukan rahasia lagi kalau disini juga ada sindikat/mafia yang akan menampung TKW kaburan, nah sebagian diarahkan sebagai wanita panggilan.Dan berikut salah satu contoh video TKW kaburan di Arab Saudi:
Memang ada seribu alasan wanita Indonesia menjadi pelacur di negeri orang. Sebagian besar mengaku pada awalnya melarikan diri alias kabur dari majikankarena mengalami pelecehan seksual. Jumlahnya mungkin 60% hendak diperkosa, 20% over time tidak sesuai dengan perjanjian kerja, ada lagi karena gaji tidak dibayar sekitar 20%. Lari dari majikan bagi TKW kita sama dengan masuk ke mulut singa.
Oleh karena pendidikannya rendah, mereka tidak mengetahui prosedur melapor ke perwakilan RI, dan memilih minta tolong kepada sembarang orang. Tragisnya, dari kasus yang sering terjadi, TKW ini tidak dibawa ke KJRI, tapi diboyong ke sebuah flat kemudian di sana dikerjain.
Yang menyedihkan, TKW yang malang tersebut terkenal paling mudah dikerjai oleh para lelaki, sementara mereka sendiri sudah mengetahui persis posisi sulit yang sedang dihadapi TKW tersebut. Semakin terbuka jalan menjadikan TKW tersebut sebagai 'barang simpanannya'. Biasanya, yang paling sering menyimpan stok wanita Indonesia berasal dari bangladesh dan Pakistan, meski tidak sedikit dari negeri sendiri yang tega menjadikan mereka sebagai wanita simpanannya.
Menurut cerita S, orang-orang kaburan ini tinggal di sebuah rumah yang dihuni oleh banyak orang yang sering diistilahkan dengan sebutan “penampungan.” Di dalam 1 kamar bisa di huni oleh 8-10 orang. Bisa dibayangkan, bagaimana sesaknya tinggal disebuah penampuangan. Tapi itu relatif, karena ada juga penampungan yang dihuni oleh beberapa orang, dengan syarat harus membayar sewa rumah yang lebih mahal.
Menyimpan wanita bukan muhrimnya di flat atau apartemen adalah perkara mudah. Sebab, peraturan pemerintah setempat tidak mensyaratkan penyewaan flat harus dengan bukti surat keluarga (Ailah). Terlebih tidak ada kontrol kuat dari pemilik apartemen, mirip rumah susun di Indonesia sehingga para penyewa dapat dengan mudah memasukan orang lain kapan saja tanpa diganggu tetangga sebelah.
Pelacuran TKW Di Saudi Arabia
Ketidaktegasan pihak KBRI ini pulalah, menurut S, yang membuat banyak TKI yang bermasalah dengan majikannya memilih untuk kabur dan tinggal di bawah kolong jembatan di Arab Saudi. Cara seperti ini, diakuinya, terpaksa ditempuh rekan-rekannya sesama TKI di Arab Saudi mengingat mereka tidak memegang uang satu sen pun. Sementara untuk pulang ke tanah air dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Nah, setelah sekian tahun mencari narasumber, akhirnya saya mendapatkannya dari seorang bernama S yang berasal dari sebuah kota P di utara Jawa Tengah. S ini kebetulan juga pernah menjadi TKW Kaburan di Saudi Arabia. Untungnya dia termasuk TKW kaburan baik, yang tidak pernah menjadi PSK, dan saya percaya itu. S ini sering menceritakan kisah petualangannya selama menjadi TKW kaburan. S sendiri menjadi TKW kaburan karena ada ketidak cocokan dengan majikannya. Selama menjadi TKW kaburan, S mengakui juga kalau pernah menjalani kehidupan bebas. Hal itu terpaksa dia lakukan karena kebutuhan. Selain butuh untuk menyambung hidup juga butuh untuk mencari perlindungan selama menjadi TKW kaburan.
Menurut beberapa sumber, para TKW ilegal di Saudi Arabia jumlahnya hampir sama banyaknya atau mungkin lebih banyak jumlahnya daripada para TKW yang legal. TKW kaburan kebanyakannya bukan karena disiksa majikan atau karena tidak digaji majikan. Tapi banyak TKW yang kabur itu karena keinginannya sendiri. Ada yang alasannya karena mereka ingin mendapatkan gaji yang lebih besar dari gaji yang didapat dari majikan asli. Nah menurut S, bahkan banyak yang jadi TKW kaburan karena mereka ingin bebas hidup bersama pacarnya seperti para pekerja asing dari Pakistan, Bangladesh, India. Dan bukan rahasia lagi kalau disini juga ada sindikat/mafia yang akan menampung TKW kaburan, nah sebagian diarahkan sebagai wanita panggilan.Dan berikut salah satu contoh video TKW kaburan di Arab Saudi:
Memang ada seribu alasan wanita Indonesia menjadi pelacur di negeri orang. Sebagian besar mengaku pada awalnya melarikan diri alias kabur dari majikankarena mengalami pelecehan seksual. Jumlahnya mungkin 60% hendak diperkosa, 20% over time tidak sesuai dengan perjanjian kerja, ada lagi karena gaji tidak dibayar sekitar 20%. Lari dari majikan bagi TKW kita sama dengan masuk ke mulut singa.
Oleh karena pendidikannya rendah, mereka tidak mengetahui prosedur melapor ke perwakilan RI, dan memilih minta tolong kepada sembarang orang. Tragisnya, dari kasus yang sering terjadi, TKW ini tidak dibawa ke KJRI, tapi diboyong ke sebuah flat kemudian di sana dikerjain.
Yang menyedihkan, TKW yang malang tersebut terkenal paling mudah dikerjai oleh para lelaki, sementara mereka sendiri sudah mengetahui persis posisi sulit yang sedang dihadapi TKW tersebut. Semakin terbuka jalan menjadikan TKW tersebut sebagai 'barang simpanannya'. Biasanya, yang paling sering menyimpan stok wanita Indonesia berasal dari bangladesh dan Pakistan, meski tidak sedikit dari negeri sendiri yang tega menjadikan mereka sebagai wanita simpanannya.
Menurut cerita S, orang-orang kaburan ini tinggal di sebuah rumah yang dihuni oleh banyak orang yang sering diistilahkan dengan sebutan “penampungan.” Di dalam 1 kamar bisa di huni oleh 8-10 orang. Bisa dibayangkan, bagaimana sesaknya tinggal disebuah penampuangan. Tapi itu relatif, karena ada juga penampungan yang dihuni oleh beberapa orang, dengan syarat harus membayar sewa rumah yang lebih mahal.
Menyimpan wanita bukan muhrimnya di flat atau apartemen adalah perkara mudah. Sebab, peraturan pemerintah setempat tidak mensyaratkan penyewaan flat harus dengan bukti surat keluarga (Ailah). Terlebih tidak ada kontrol kuat dari pemilik apartemen, mirip rumah susun di Indonesia sehingga para penyewa dapat dengan mudah memasukan orang lain kapan saja tanpa diganggu tetangga sebelah.
Aktivitas TKI Kaburan pun tak jauh beda dengan TKI resmi. Mereka bekerja, bersosialisasi dengan yang lain atau bahkan berkeluarga. Tidak sedikit beberapa teman saya yang kaburan memiliki anak padahal ini sungguh sangat beresiko. Betapa tidak, setiap registrasi rumah sakit atau klinik harus disertakan iqomah (kartu domisili). Bayangkan, bagaimana kalau anak atau istrinya sakit! Namun, dengan mudah mereka menjawab : “hidup itu sudah ada yang ngatur.”
S melanjutkan cerita, "Semua aktifitas yang mereka lakukan selalu disertai rasa was-was dan kepasrahan, karena setiap saat mereka bisa saja ditangkap oleh petugas imigrasi atau kepolisian. Saya pun sempat terkejut mendengar bahwa barang siapa jalan atau sedang berada dengan orang kaburan akan di tangkap dan di deportasi sekalipun itu orang resmi. Padahal, banyak teman saya yang menjadi orang kaburan, sungguh sangat disesalkan namun tetap berusaha menjaga tali silaturahmi sesama anak bangsa, tutup S".
Pelacuran TKW Di Saudi Arabia
Menurut penuturan S, nasib tragis yang dialami para TKI tidak terlepas dari sikap Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang dinilainya kurang tegas. ''Misalnya, ada TKI yang diperkosa majikannya. Sebelum TKI tersebut melaporkan kejadian tersebut ke pihak KBRI, si majikan yang memperkosanya sudah terlebih dahulu datang ke KBRI sambil membawa pengacara dan sejumlah uang untuk damai,".
Ketidaktegasan pihak KBRI ini pulalah, menurut S, yang membuat banyak TKI yang bermasalah dengan majikannya memilih untuk kabur dan tinggal di bawah kolong jembatan di Arab Saudi. Cara seperti ini, diakuinya, terpaksa ditempuh rekan-rekannya sesama TKI di Arab Saudi mengingat mereka tidak memegang uang satu sen pun. Sementara untuk pulang ke tanah air dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.
"Dengan menggelandang, harapan mereka cuma satu, yakni ditemukan oleh petugas polisi Arab Saudi dan diserahkan ke pihak KBRI untuk kemudian dideportasi," kata S. Namun, ungkap S, tidak sedikit juga para TKI yang lari dari rumah majikannya ini terjerumus ke dunia prostitusi dan kehidupan malam. ''Ketika menggelandang, mereka secara tidak sengaja ditemukan oleh penyalur tenaga kerja ilegal dan ditawari kerja di bar dan klub malam dengan iming-iming gaji yang besar," ujarnya.
Mengenai kehidupan malam dan dunia prostitusi di kota Jeddah ini, saya jadi ingat pada 2011 lalu Wikileaks pernah merilis bocoran laporan resmi Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Jeddah. Godaan duniawi kini tersedia di Jeddah, Arab Saudi. Alkohol, narkoba, dan seks kini tersedia, tetapi tegas di balik pintu tertutup. Demikian bunyi laporan yang dibocorkan Wikileaks.
Wanita penghibur yang bekerja di bar dan klub malam di Saudi Arabia, menurut S, tidak hanya berasal dari Indonesia saja, namun juga tenaga kerja asal Filipina, Bangladesh, dan Pakistan. ''Kalau yang dari Indonesia biasanya orang Indramayu dan Sukabumi."
Mendegar cerita S, saya hanya bisa menyimpulkan, kisah sedih dan tragis yang dialami para TKI di luar negeri sepertinya tidak akan pernah berkesudahan. Cerita memilukan para buruh migran ini jika dikemas dalam format sinetron mungkin sudah memasuki episode kesekian ratus.
Dan kesimpulan saya, hidup sebagai seorang pelarian bukanlah sebuah pilihan hidup yang tepat, terlebih jika kita berada di Negeri orang. Namun, sepertinya pilihan itu merupakan pilihan yang tepat bagi sebagian orang yang memutuskan untuk menjadi seorang pelarian. Orang kaburan bukanlah penjahat, melainkan orang-orang yang berjuang demi hidup yang lebih baik, siapapun tak ada yang mau menjadi orang kaburan di negari orang lain, namun itu pilihan yang mungkin terbaik daripada harus mati di negeri sendiri karena kelaparan.
Dan kesimpulan saya, hidup sebagai seorang pelarian bukanlah sebuah pilihan hidup yang tepat, terlebih jika kita berada di Negeri orang. Namun, sepertinya pilihan itu merupakan pilihan yang tepat bagi sebagian orang yang memutuskan untuk menjadi seorang pelarian. Orang kaburan bukanlah penjahat, melainkan orang-orang yang berjuang demi hidup yang lebih baik, siapapun tak ada yang mau menjadi orang kaburan di negari orang lain, namun itu pilihan yang mungkin terbaik daripada harus mati di negeri sendiri karena kelaparan.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.