Setelah beberapa kali menulis tentang Boyolali, kali ini saya mau cerita salah satu kawasan yang berpotensi sebagai obyek wisata paling menarik di Boyolali yakni tikungan Irung Petruk yang tepatnya berada di Desa Genting, Kecamatan Cepogo, Boyolali. Bila kita berdiri di tikungan Irung Petruk ini kita bisa melihat Kota Boyolali, Kartosuro, dan Solo. Bahkan apabila cuaca mendukung, kita bisa melihat Gunung Lawu di kejauhan. Sisi menarik lain adalah Jalur di sepanjang Irung Petruk penuh dengan tikungan tajam di sepanjang jalur wisata Solo-Selo- Borobudur atau Sosebo yang diresmikan oleh Presiden Megawati pada tahun 2004 setelah New Selo selesai dibangun. Anda idak perlu khawatir melewati Jalur ini meski menanjak dan penuh tikungan namun jalan lebar dan mulus.
Untuk anda yang baru pertama kali lewat melintasi jalur menuju kawasan Wisata Selo nanti akan bertemu dengan Patung Petruk yang berada tepat ditepi tingkungan melengkung. Nah tikungan Irung Petruk jaraknya hanya sekitar 2,5 Km dari Pasar Cepogo. Sebagai penanda, ada sebuah gasebo bulat di tengah tikungan serta ada beberapa warung di sana.
Pemandangan yang disuguhkan di lokasi ini sangat menarik. Lanskap Karisidenan Solo serta puncak gunung Merapi yang terkadang mengepulkan asap putih sangat menarik untuk kita abadikan dengan kamera kita. Selain itu, lokasi ini sebenarnya juga dilengkapi dengan fasilitas flying fox. Panjang lintasannya sekitar 150 meter melintasi jurang yang lumayan curam. Sayangnya seperinya wahana flying fox ini sudah tidak aktif lagi.
Sepanjang jalan dari Cepogo ke arah Kawasan wisata Selo kita melintasi tikungan tajam dan berkelok sehingga banyak orang menyebut tikungan tersebut dengan sebutan ”irung Petruk”. Nah, kini pemerintah daerah telah membangun patung petruk sebagai penanda.
Irung Petruk ini merupakan sebuah landmark yang terletak di salah satu tikungan tajam dan berkelok di jalur kawasan wisata Selo. Karena penasaran, saya pun menanyakan ke warga setempat mengenai asal usul nama Irung Petruk. Ternyata dinamakan Irung Petruk, karena tikungannya yang sangat tajam dan dilihat dari peta bentuknya menyerupai hidung Petruk yang mancung. Petruk sendiri merupakan salah satu tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa. Selain itu, pemberian nama Irung Petruk ini dihubungkan dengan adanya seorang kiai sakti yang memiliki hidung sangat mancung dan berperawakan tinggi sehingga dipanggil dengan Kyai Petruk. Namun cerita sejarah Irung Petruk ini akan saya ceritakan di akhir tulisan dan di sini saya masih akan menulis potensi wisata di kawasan Irung Petruk ini.
Potensi Wisata Irung Petruk Boyolali
Pemkab Boyolali sendiri berencana mengembangkan kawasan tikungan Irung Petruk, di jalur Solo-Selo-Borobudur di Desa Genting, Kecamatan Cepogo menjadi destinasi wisata andalan dengan konsep desa wisata yang akan dikelola melalui Badan Usaha Milik Desa. Diharapkan, pengembangan destinasi wisata tersebut akan menjadi salah satu pendapatan desa setempat. Memang dalam pengamatan saya, selama ini kawasan Irung Petruk belum digarap secara maksimal sebagai tujuan wisata. Padahal kawasan ini cukup terkenal dan sering didatangi wisatawan. Tak hanya itu, di kawasan ini juga sudah dilengkapi ikon patung Petruk, yang sering dijadikan ajang wisata selfie pengunjung seperti yang saya lihat saat saya berada di sana.
Dalam penglihatan saya sebenarnya potensinya cukup besar karena menjadi salah satu destinasi wisata yang jauh lebih menarik pengunjung. Hal ini karena kawasan Irung Petruk merupakan tikungan tajam, berkelok seperti halnya hidung tokoh pewayangan itu namun memiliki panorama yang sangat cantik. Dari Irung Petruk, wisatawan yang datang bisa mendapat view luas hamparan dataran rendah Boyolali hingga Solo dan sekitarnya. Saat ini saja, banyak wisatawan, yang sengaja datang atau pengendara yang melintas, berhenti sejenak untuk menikmati panorama di Irung Petruk.
Sejarah Tikungan Irung Petruk Cepogo, Boyolali
Nah sesuai janji diatas, sekarang saya akan bercerita mengenai sejarah dan asal usul Irung Petruk di Cepogo, Boyolali. Saat saya berada disana, saya sempat berbincang dengan beberapa warga setempat mengenai awal mula nama Irung Petruk ini. Menurut warga setempat, cerita tentang jalur Irung Petruk di Desa Genting, Kecamatan Cepogo, Boyolali, tak lepas dari sejarah penyebaran agama Islam di wilayah Cepogo dan Selo. Saat Islam mulai menyebar di Jawa, ada seorang Kiai dari keturunan Sunan Kalijaga yang datang ke kawasan lereng Gunung Merapi itu. Orang tersebut bertubuh sangat tinggi, dan hidungnya sangat mancung menyerupai warga keturunan Arab. Nah, warga masyarakat saat itu memanggil tokoh tersebu dengan sebutan Mbah Petruk.
Setelah menyebarkan agama Islam di Cepogo dan Selo, Mbah Petruk melakukan perjalanan sampai ke Gunung Bibi yang ada di sisi timur Gunung Merapi. Lama tidak ada kabar dari Mbah Petruk, maka warga saat itu mengira Mbah Petruk meninggal dunia di Gunung Bibi. Setelah lama tak ada kabar, terdengar sejarah dan cerita bahwa Mbah Petruk itu sebenarnya Kyai Rohaji yang kemudian mendapat julukan Empu Permadi. Dulunya, dia sering jalan-jalan di gardu pandang dan membuat jalan menanjak serta menikung mirip dengan hidung Petruk.
Jalan itu hingga kini masih ada dan dikenal dengan tikungan Irung Petruk. Warga Cepogo hingga saat ini masih percaya Mbah Petruk selamanya akan menjadi penyelamat bagi orang Cepogo. Menurut warga setempat, setiap Gunung Merapi menunjukkan aktivitasnya warga Cepogo bisa melihat tanda-tanda itu dari arah Gunung Bibi yang dikirim oleh mbah Petruk. Tanda itu seperti petir meloncat ke atas. Kalau belum ada tanda itu, warga Cepogo masih tenang-tenang saja. Nah sebagai tetenger atau pertanda, maka sebuah patung Petruk dibangun tepat di tikungan Irung Petruk.
Untuk anda yang baru pertama kali lewat melintasi jalur menuju kawasan Wisata Selo nanti akan bertemu dengan Patung Petruk yang berada tepat ditepi tingkungan melengkung. Nah tikungan Irung Petruk jaraknya hanya sekitar 2,5 Km dari Pasar Cepogo. Sebagai penanda, ada sebuah gasebo bulat di tengah tikungan serta ada beberapa warung di sana.
Pemandangan yang disuguhkan di lokasi ini sangat menarik. Lanskap Karisidenan Solo serta puncak gunung Merapi yang terkadang mengepulkan asap putih sangat menarik untuk kita abadikan dengan kamera kita. Selain itu, lokasi ini sebenarnya juga dilengkapi dengan fasilitas flying fox. Panjang lintasannya sekitar 150 meter melintasi jurang yang lumayan curam. Sayangnya seperinya wahana flying fox ini sudah tidak aktif lagi.
Sepanjang jalan dari Cepogo ke arah Kawasan wisata Selo kita melintasi tikungan tajam dan berkelok sehingga banyak orang menyebut tikungan tersebut dengan sebutan ”irung Petruk”. Nah, kini pemerintah daerah telah membangun patung petruk sebagai penanda.
Irung Petruk ini merupakan sebuah landmark yang terletak di salah satu tikungan tajam dan berkelok di jalur kawasan wisata Selo. Karena penasaran, saya pun menanyakan ke warga setempat mengenai asal usul nama Irung Petruk. Ternyata dinamakan Irung Petruk, karena tikungannya yang sangat tajam dan dilihat dari peta bentuknya menyerupai hidung Petruk yang mancung. Petruk sendiri merupakan salah satu tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa. Selain itu, pemberian nama Irung Petruk ini dihubungkan dengan adanya seorang kiai sakti yang memiliki hidung sangat mancung dan berperawakan tinggi sehingga dipanggil dengan Kyai Petruk. Namun cerita sejarah Irung Petruk ini akan saya ceritakan di akhir tulisan dan di sini saya masih akan menulis potensi wisata di kawasan Irung Petruk ini.
Potensi Wisata Irung Petruk Boyolali
Pemkab Boyolali sendiri berencana mengembangkan kawasan tikungan Irung Petruk, di jalur Solo-Selo-Borobudur di Desa Genting, Kecamatan Cepogo menjadi destinasi wisata andalan dengan konsep desa wisata yang akan dikelola melalui Badan Usaha Milik Desa. Diharapkan, pengembangan destinasi wisata tersebut akan menjadi salah satu pendapatan desa setempat. Memang dalam pengamatan saya, selama ini kawasan Irung Petruk belum digarap secara maksimal sebagai tujuan wisata. Padahal kawasan ini cukup terkenal dan sering didatangi wisatawan. Tak hanya itu, di kawasan ini juga sudah dilengkapi ikon patung Petruk, yang sering dijadikan ajang wisata selfie pengunjung seperti yang saya lihat saat saya berada di sana.
Dalam penglihatan saya sebenarnya potensinya cukup besar karena menjadi salah satu destinasi wisata yang jauh lebih menarik pengunjung. Hal ini karena kawasan Irung Petruk merupakan tikungan tajam, berkelok seperti halnya hidung tokoh pewayangan itu namun memiliki panorama yang sangat cantik. Dari Irung Petruk, wisatawan yang datang bisa mendapat view luas hamparan dataran rendah Boyolali hingga Solo dan sekitarnya. Saat ini saja, banyak wisatawan, yang sengaja datang atau pengendara yang melintas, berhenti sejenak untuk menikmati panorama di Irung Petruk.
Sejarah Tikungan Irung Petruk Cepogo, Boyolali
Nah sesuai janji diatas, sekarang saya akan bercerita mengenai sejarah dan asal usul Irung Petruk di Cepogo, Boyolali. Saat saya berada disana, saya sempat berbincang dengan beberapa warga setempat mengenai awal mula nama Irung Petruk ini. Menurut warga setempat, cerita tentang jalur Irung Petruk di Desa Genting, Kecamatan Cepogo, Boyolali, tak lepas dari sejarah penyebaran agama Islam di wilayah Cepogo dan Selo. Saat Islam mulai menyebar di Jawa, ada seorang Kiai dari keturunan Sunan Kalijaga yang datang ke kawasan lereng Gunung Merapi itu. Orang tersebut bertubuh sangat tinggi, dan hidungnya sangat mancung menyerupai warga keturunan Arab. Nah, warga masyarakat saat itu memanggil tokoh tersebu dengan sebutan Mbah Petruk.
Setelah menyebarkan agama Islam di Cepogo dan Selo, Mbah Petruk melakukan perjalanan sampai ke Gunung Bibi yang ada di sisi timur Gunung Merapi. Lama tidak ada kabar dari Mbah Petruk, maka warga saat itu mengira Mbah Petruk meninggal dunia di Gunung Bibi. Setelah lama tak ada kabar, terdengar sejarah dan cerita bahwa Mbah Petruk itu sebenarnya Kyai Rohaji yang kemudian mendapat julukan Empu Permadi. Dulunya, dia sering jalan-jalan di gardu pandang dan membuat jalan menanjak serta menikung mirip dengan hidung Petruk.
Jalan itu hingga kini masih ada dan dikenal dengan tikungan Irung Petruk. Warga Cepogo hingga saat ini masih percaya Mbah Petruk selamanya akan menjadi penyelamat bagi orang Cepogo. Menurut warga setempat, setiap Gunung Merapi menunjukkan aktivitasnya warga Cepogo bisa melihat tanda-tanda itu dari arah Gunung Bibi yang dikirim oleh mbah Petruk. Tanda itu seperti petir meloncat ke atas. Kalau belum ada tanda itu, warga Cepogo masih tenang-tenang saja. Nah sebagai tetenger atau pertanda, maka sebuah patung Petruk dibangun tepat di tikungan Irung Petruk.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.