Netizen dalam beberapa hari ini dihebohkan
dengan adanya video yang diunggah oleh Vito Fitra Iwaniara anggota komunitas motor trail
asal Banda Aceh di kawasan hutan Aceh. Dalam video tersebut, terlihat sosok misterius tanpa pakaian, yang
diduga merupakan sosok Suku Mante yang merupakan cikal bakal penduduk
Aceh. Karena penasaran, saya tanya ke rekan saya om Chandra Yulizar di Grup Sejarah Transportasi di media sosial Facebook karena kebetulan beliau berasal dari Aceh.
Om Chandra menjelaskan Kalau di daerah Pegunungan Leuser memang isunya ada kaum primitif Namanya suku Mantee. Bagi om Chandra di Aceh sudah sering dengar, tapi mereka gak pernah gangguin. Almarhum ayah beliau dulu tahun 70an pernah jumpa saat melakukan survey pengeboran minyak di pedalaman Aceh. Ciri orang dari suku Mante yakni postur mereka kecil², tapi kalo urusan lari & manjat pohon luar biasa. Mudahnya ciri mereka itu manusia normal cuma secara fisik berukuran kecil seperti anak kelas 6 SD. Ayah beliau kaget saat bangun tidur, tiba² beberapac orang suku mantee sudah kerubungin truk besar yang dipakai buat survey dan tiba-tiba mereka bubar lari hilang dalam hutan.
Mengutip Wikipedia, Suku Mante adalah salah satu etnis terawal dan pembentuk etnik-etnik di Aceh. Suku ini bersama suku lainnya, yakni Lanun, Sakai, Jakun, Senoi dan Semang, merupakan cikal bakal suku-suku yang ada saat ini di Aceh. Penampakan Suku Mante baru baru ini bisa anda lihat di video ini.
Sejumlah informasi di internet menyebutkan, manusia kerdil itu adalah Suku Mante, suku yang hampir punah dan tinggal di gua-gua dan pinggir sungai di pedalaman Aceh. Suku Mante hidup di belantara pedalaman Lokop, Kabupaten Aceh Timur. Dia juga pernah terdeteksi di hutan-hutan Oneng, Pintu Rimba, Rikit Gaib di Kabupaten Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Umumnya tinggal di gua-gua, celah gunung. Kalau siang hari berada di alur-alur sungai dalam lembah. Suku Mante ini memiliki ciri-ciri tubuh kerdil dengan ketinggian sekitar satu meter. Rambut terurai panjang hingga pantat. Sebagian dari mereka bertelanjang. Mereka memiliki kulit cerah, tubuh berotot dan kasar serta wajah bersegi dengan dahi sempit. Kedua alis mata mereka bertemu di pangkal hidung yang tampak pesek.
Om Chandra menjelaskan Kalau di daerah Pegunungan Leuser memang isunya ada kaum primitif Namanya suku Mantee. Bagi om Chandra di Aceh sudah sering dengar, tapi mereka gak pernah gangguin. Almarhum ayah beliau dulu tahun 70an pernah jumpa saat melakukan survey pengeboran minyak di pedalaman Aceh. Ciri orang dari suku Mante yakni postur mereka kecil², tapi kalo urusan lari & manjat pohon luar biasa. Mudahnya ciri mereka itu manusia normal cuma secara fisik berukuran kecil seperti anak kelas 6 SD. Ayah beliau kaget saat bangun tidur, tiba² beberapac orang suku mantee sudah kerubungin truk besar yang dipakai buat survey dan tiba-tiba mereka bubar lari hilang dalam hutan.
Mengutip Wikipedia, Suku Mante adalah salah satu etnis terawal dan pembentuk etnik-etnik di Aceh. Suku ini bersama suku lainnya, yakni Lanun, Sakai, Jakun, Senoi dan Semang, merupakan cikal bakal suku-suku yang ada saat ini di Aceh. Penampakan Suku Mante baru baru ini bisa anda lihat di video ini.
Banyak pro dan kontra yang mengomentari video tersebut. Banyak yang tidak percaya bahwa manusia Suku Mante masih ada hingga saat ini. Alasannya, Suku Mante hidup di belantara hutan yang belum terjamah oleh manusia. Sementara hampir seluruh belantara di Aceh sudah dijamah manusia. Ada juga yang masih memercayai akan keberadaan suku tersebut, dengan jumlah yang terbatas dan berada di kawasan hutan di luar Aceh.
Sejumlah informasi di internet menyebutkan, manusia kerdil itu adalah Suku Mante, suku yang hampir punah dan tinggal di gua-gua dan pinggir sungai di pedalaman Aceh. Suku Mante hidup di belantara pedalaman Lokop, Kabupaten Aceh Timur. Dia juga pernah terdeteksi di hutan-hutan Oneng, Pintu Rimba, Rikit Gaib di Kabupaten Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Umumnya tinggal di gua-gua, celah gunung. Kalau siang hari berada di alur-alur sungai dalam lembah. Suku Mante ini memiliki ciri-ciri tubuh kerdil dengan ketinggian sekitar satu meter. Rambut terurai panjang hingga pantat. Sebagian dari mereka bertelanjang. Mereka memiliki kulit cerah, tubuh berotot dan kasar serta wajah bersegi dengan dahi sempit. Kedua alis mata mereka bertemu di pangkal hidung yang tampak pesek.
Mengutip Kompas.com, Sejarawan Aceh, Adli Abdullah mengatakan, keberadaan Suku Mante itu bisa
jadi masih ada, namun dalam jumlah yang sudah sangat berkurang.
Berdasarkan sejarah Aceh yang dituliskan oleh sejarawan asal Belanda KFH van Langen, dalam bukunya yang berjudul Inrichting van Het Atjehsche Staatsbestuur Onder Het Sultanaat, disebutkan bahwa Suku Mante, atau yang juga disebut Suku Mantra atau Suku Mantir, adalah suku Melayu tua yang merupakan suku awal untuk penduduk di Pulau Sumatera. Disebut juga suku ini dulunya berasal dari suku daerah Batak kemudian berdomisili di kawasan pesisir Aceh, tapi lama-kelamaan mereka menjadi terisolir dan tergusur karena banyaknya pendatang yang kemudian bermukim di pesisir Aceh.
Asal Mula Dan Sejarah Mante
Harian Kompas dulu pernah menulis artikel mengenai keberadaan suku tersebut pada 18 Desember 1987 lalu dengan judul Ditemukan Lagi, Suku Mante di Daerah Pedalaman Aceh.
Harian Kompas
menyebutkan, nama Mante pertama kali diperkenalkan oleh Dr Snouck Hurgronje dalam bukunya, De Atjehers. Dia mengartikan Mante adalah istilah untuk tingkah kebodoh-bodohan dan kekanak-kanakan. Snouck sendiri mengaku belum pernah bertemu dengan Suku Mante.
Namun dalam kamus Gayo-Belanda karangan Prof Ibrahim Alfian, Mante dipakai untuk sekelompok masyarakat liar yang tinggal di hutan. Kamus lain, Gayo-Indonesia tulisan antropolog Nelalatua, Mante diartikan kelompok suku terasing.
Snouck dalam bukunya juga menyebut Mante adalah orang Mantran yang tinggal di perbukitan Mukim XXII. Dijelaskan, pada abad XVIII, sepasang warga Suku Mante ditangkap lalu dibawa ke Sultan Aceh. Mereka tidak mau berbicara dan makan ataupun minum. Akhirnya, keduanya mati. Sementara itu, terkait keberadaan Suku Mante di Aceh, hingga hari ini tak ada yang mampu mengonfirmasi kebenaran cerita tersebut. Suku Mante masih tetap misterius.
Saya pribadi berharap pemerintah Aceh juga harusnya bisa melakukan penelitian dan penelusuran tentang keberadaan Suku mante ini, jika masih ditemukan, maka harus dilakukan pembinaan terhadap mereka seperti juga yang dilakukan didaerah lainnya.
"Kalau melihat lokasi dari postingan video tersebut yaitu kawasan hutan Jalin di Jantho Aceh Besar, itu tidak menutup kemungkinan kalau bisa jadi itu memang generasi yang kesekian dari Suku Mante itu. Karena, kalau melihat dari sejarahnya, suku ini dulu memang bermukim di kawasan Seulimum, yakni daerah yang berdekatan dengan Jantho," ucap Adli Abdullah, Senin (27/3/2017).
Berdasarkan sejarah Aceh yang dituliskan oleh sejarawan asal Belanda KFH van Langen, dalam bukunya yang berjudul Inrichting van Het Atjehsche Staatsbestuur Onder Het Sultanaat, disebutkan bahwa Suku Mante, atau yang juga disebut Suku Mantra atau Suku Mantir, adalah suku Melayu tua yang merupakan suku awal untuk penduduk di Pulau Sumatera. Disebut juga suku ini dulunya berasal dari suku daerah Batak kemudian berdomisili di kawasan pesisir Aceh, tapi lama-kelamaan mereka menjadi terisolir dan tergusur karena banyaknya pendatang yang kemudian bermukim di pesisir Aceh.
Asal Mula Dan Sejarah Mante
Harian Kompas dulu pernah menulis artikel mengenai keberadaan suku tersebut pada 18 Desember 1987 lalu dengan judul Ditemukan Lagi, Suku Mante di Daerah Pedalaman Aceh.
Harian Kompas
menyebutkan, nama Mante pertama kali diperkenalkan oleh Dr Snouck Hurgronje dalam bukunya, De Atjehers. Dia mengartikan Mante adalah istilah untuk tingkah kebodoh-bodohan dan kekanak-kanakan. Snouck sendiri mengaku belum pernah bertemu dengan Suku Mante.
Namun dalam kamus Gayo-Belanda karangan Prof Ibrahim Alfian, Mante dipakai untuk sekelompok masyarakat liar yang tinggal di hutan. Kamus lain, Gayo-Indonesia tulisan antropolog Nelalatua, Mante diartikan kelompok suku terasing.
Snouck dalam bukunya juga menyebut Mante adalah orang Mantran yang tinggal di perbukitan Mukim XXII. Dijelaskan, pada abad XVIII, sepasang warga Suku Mante ditangkap lalu dibawa ke Sultan Aceh. Mereka tidak mau berbicara dan makan ataupun minum. Akhirnya, keduanya mati. Sementara itu, terkait keberadaan Suku Mante di Aceh, hingga hari ini tak ada yang mampu mengonfirmasi kebenaran cerita tersebut. Suku Mante masih tetap misterius.
Saya pribadi berharap pemerintah Aceh juga harusnya bisa melakukan penelitian dan penelusuran tentang keberadaan Suku mante ini, jika masih ditemukan, maka harus dilakukan pembinaan terhadap mereka seperti juga yang dilakukan didaerah lainnya.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.