Dalam tulisan kali ini sengaja saya akan mengenang kota Boyolali. Bagi saya, bila mengingat kota ini rasanya sesuatu banget. Di kabupaten Boyolali anakku Kenzie Aditya Atmojo lahir pada subuh hari 20 April 2013 jam 05.07 dan tepatnya di Ngembat, Sempu, Andong, Boyolali. Di Boyolali pula aku mengenal dunia pertanian dan peternakan yang sebelumnya sama sekali tidak aku kenal. Namun sebelum aku cerita lebih jauh, aku akan mengenalkan terlebih dahulu mengenai Boyolali. Kabupaten Boyolali terdiri atas 19 kecamatan, yang dibagi lagi atas 260 desa dan 7 kelurahan.
Pusat pemerintahan berada di kecamatan Boyolali. Di samping Boyolali, kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Sambi Ampel, Banyudono, Sawit, Mojosongo, Simo, Karanggede, Andong, Musuk, Cepogo, dan Selo. Kawasan Ngemplak yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta, kini telah dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan Solo Raya ke arah barat.
Sejarah Boyolali
Untuk sejarah serta asal mula nama Boyolali saya sendiri kurang begitu menguasai, begitu juga menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal. Menurut legenda nama Boyolali berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI.
Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara dia dirampok oleh tiga orang yang mengira dia membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Salatiga. Perjalanan diteruskan hingga sampailah disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali. Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri.
Sambil menunggu mereka, Ki Ageng beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng berucap "Baya wis lali wong iki" yang dalam bahasa indonesia artinya "Sudah lupakah orang ini". Dari kata Baya Wis Lali maka jadilah nama Boyolali. Batu besar yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini. Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalah tempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon, masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani mengusiknya.
Sempu, Andong, Boyolali
Nah, sekarang beralih ke desa Sempu kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali tempat lahir anakku. Tidak banyak yang bisa digali dari desa Sempu maupun kecamatan Andong ini. Yang jelas, Andong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia. Andong terletak di jalan antara Klego dan Salam/Gemolong. Jarak dengan ibu kota Kabupaten Boyolali ± 40 Km. Terletak pada ketinggian ± 300 mdpl.
Dan ini foo Kenzie Aditya Atmojo ketika masih bayi
Dan ini Kenzie Aditya Atmojo bersama mbah Uty ketika ibu saya berkunjung ke Boyolali menjenguk cucu lelakinya bersama om Dhidhi (adik saya).
Dan sekarang anakku Kenzie Aditya Atmojo sudah besar, sudah usia 4 tahun. Eh ternyata anakku seperti juga saya yang menyukai truck. Dia mainannya truck-truckan.
Nah setelah bercerita tentang anak saya, sekarang saya akan bercerita mengenai keunikan desa Sempu, Andong, Boyolali yang selalu saya ingat. Salah satu kenangan yang tak terlupakan adalah ketika di sini saya mengenal dunia pertanian. Saya harus pegang cangkul juga mencari pupuk kandang dari kotoran sapi dirumah Fai.
Adalah acara rutin setahun sekali yang diadakan di sekitar pekarangan pemakaman. Acara di dalamnya hampir sama dengan pengajian tiap jum’at, hanya saja ini dilakukan sepuluh hari menjelang ramadhan. Acaranya lumayan ramai, karena penduduk yang datang dari luar desa Sempu juga.
Pusat pemerintahan berada di kecamatan Boyolali. Di samping Boyolali, kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Sambi Ampel, Banyudono, Sawit, Mojosongo, Simo, Karanggede, Andong, Musuk, Cepogo, dan Selo. Kawasan Ngemplak yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta, kini telah dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan Solo Raya ke arah barat.
Sejarah Boyolali
Untuk sejarah serta asal mula nama Boyolali saya sendiri kurang begitu menguasai, begitu juga menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal. Menurut legenda nama Boyolali berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI.
Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara dia dirampok oleh tiga orang yang mengira dia membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Salatiga. Perjalanan diteruskan hingga sampailah disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali. Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri.
Sambil menunggu mereka, Ki Ageng beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng berucap "Baya wis lali wong iki" yang dalam bahasa indonesia artinya "Sudah lupakah orang ini". Dari kata Baya Wis Lali maka jadilah nama Boyolali. Batu besar yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini. Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalah tempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon, masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani mengusiknya.
Sempu, Andong, Boyolali
Nah, sekarang beralih ke desa Sempu kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali tempat lahir anakku. Tidak banyak yang bisa digali dari desa Sempu maupun kecamatan Andong ini. Yang jelas, Andong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia. Andong terletak di jalan antara Klego dan Salam/Gemolong. Jarak dengan ibu kota Kabupaten Boyolali ± 40 Km. Terletak pada ketinggian ± 300 mdpl.
Batas-batas wilayah Andong yakni:
- Utara : Kecamatan Kemusu, Boyolali
- Selatan: Kecamatan Nogosari, Boyolali dan Kecamatan Simo, Boyolali
- Timur : Kecamatan Miri, Sragen
- Barat : Kecamatan Klego, Boyolali
Nah di desa Sempu, Kecamatan Andong ini anakku Kenzie Aditya Atmojo lahir. Dan ini video saat anakku usia 1 bulan yang sempat saya abadikan
Dan ini foo Kenzie Aditya Atmojo ketika masih bayi
Dan ini Kenzie Aditya Atmojo bersama mbah Uty ketika ibu saya berkunjung ke Boyolali menjenguk cucu lelakinya bersama om Dhidhi (adik saya).
Dan sekarang anakku Kenzie Aditya Atmojo sudah besar, sudah usia 4 tahun. Eh ternyata anakku seperti juga saya yang menyukai truck. Dia mainannya truck-truckan.
Nah setelah bercerita tentang anak saya, sekarang saya akan bercerita mengenai keunikan desa Sempu, Andong, Boyolali yang selalu saya ingat. Salah satu kenangan yang tak terlupakan adalah ketika di sini saya mengenal dunia pertanian. Saya harus pegang cangkul juga mencari pupuk kandang dari kotoran sapi dirumah Fai.
Dalam kehidupan
kesehariannya, masyarakat desa Sempu, Andong, Boyolali tidaklah vakum acara. Ada kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan. Umumnya didominasi oleh
kegiatan keagamaan. Misalnya:
Pengajian rutin untuk umum tiap hari jum’at wage dan pon
Pengajian rutin untuk umum tiap hari jum’at wage dan pon
Merupakan
pengajian rutin tiap hari jum’at wage dan pon yang umumnya diikuti oleh kaum
hawa, terutama ibu-ibu. Kegiatan ini lokasinya berpindah-pindah bergilir dari
rumah satu ke rumah lain secara acak. Penentuan lokasi lewat seperti arisan.
Acara didalamnya adalah tadarus Al-Qur’an dan tausyiah yang diisi oleh pemuka
agama lokal.
Sadranan Desa Sempu
Adalah acara rutin setahun sekali yang diadakan di sekitar pekarangan pemakaman. Acara di dalamnya hampir sama dengan pengajian tiap jum’at, hanya saja ini dilakukan sepuluh hari menjelang ramadhan. Acaranya lumayan ramai, karena penduduk yang datang dari luar desa Sempu juga.
Kerja Bakti
Acara
yang satu ini hanya dilaksanakan ketika ada acara pembangunan sarana sarana
umum. Misalnya membangun jalan, mesjid, mushola, dan sebagainya. Kebeulan saya sempat ikut saat ada kerja baktti perbaikan jalan desa.Saat itttu saya selalu sama mas Slamet dan mas Giar hehehe...
Setelah acara kerja bakti kita bakar ikan lele yang diambil oleh mas Slamet, eh ikan lelenya gede banget jadi mau makan malah males hehehe.....
Mungkin ada
beberapa kegiatan yang belum tertulis diatas karena saya sendiri kemudian meninggalkan Boyolali.
Kegiatan-kegiatan tersebut bagi saya merupakan suatu momen yang akan selalu
menjadi kenangan manis yang takkan mudah dilupakan. Selagi bisa dijalani, mari
jalani. Karena kenangannya akan terasa indah saat kita sudah tidak bisa
melakukannya lagi.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.