Sebenernya saya sudah lama ingin menulis mengenai salah satu band favorit saya yakni Superman Is Dead atau kita sebut saja SID. Namun baru sekarang ini ada waktu yang tepat untuk menulis band punk asal Bali ini. Ternyata, di balik nama besarnya, tiga personil SID hidup sederhana. Jauh dari gemerlap musisi dengan jutaan penggemar. Nah, untuk tulisan kali ini saya akan fokus pada salah satu personilnya yakni sang frontman SID, Jerinx aka JRX. Lewat status di Facebook ataupun cuitan twitter, Jerinx paling sering mengangkat isu yang bagi banyak orang mungkin kontroversial. Misalnya, reklamasi tanjung Benoa, radikalisme, LGBT dan isu sosial lainnya. Jerinx terlihat paling keras kalau ngomong. Dalam tulisan kali ini saya akan fokus pada hal totally different dari sosok paling gahar dan sangar di SID yang bisa jadi inspirasi kita semua.
Hal yang membuat saya salut pada Jerinx adalah kendaraannya. Dia masih naik motor Honda Supra Vit dengan nomor polisi yang sudah memutih. Motornya juga agak dekil, seperti foto Jerinx dengan motor Honda Supra Vit diatas. Di balik nama besarnya sebagai frontman SID, band dengan fans mencapai 1,8 juta, penampilan Jerinx di luar panggung biasa saja. Dia lebih mirip tukang ojek daripada frontman band sejuta umat. Seiring suksesnya karier bersama band SID, Jerinx juga mengelola clothing sendiri dengan label Rumble. Toko ini berkantor pusat di Kuta. Kini dia membuka cabang di Ubud persinya samping pintu gerbang Museum Antonio Blanco di dekat jembatan Tukad Campuhan.
Dalam berbagai liputan, Jerinx juga tercatat pernah jadi vegetarian antara 1997-2007. “Tidak tega saja lihat binatang disembelih,” katanya. Tapi, kini Jerinx sudah makan daging lagi. “Tidak kuat juga kalau harus selalu menghindari daging, terutama saat konser,” katanya.
Toh, Jerinx masih menghindari makan daging dari hewan berkaki empat, seperti kambing, babi, dan sapi. Pantangan semacam ini biasanya dilakukan oleh pemimpin agama Hindu di Bali, seperti pemangku dan pedanda. Tapi, Jerinx mengaku mengikuti pantangan ini bukan karena alasan religiusitas. Lebih karena alasan itu tadi, kasihan.
Alasan Jerinx itu kian menguatkan pendapat saya tentang SID dan para personilnya. Di balik gemerlapnya, di belakang jutaan penggemarnya para personil SID ini orang-orang yang amat bersahaja.
Makan Nasi Bungkus
Kesederhanaan SID juga terasa ketika saya membaca postingan BalaiBengong yang saat itu sang admin bertemu SID di Radio Hard Rock, Kuta. Pagi itu SID siaran di radio sebagai bintang tamu konser Outloud di Central Parkir Kuta. Pas siaran sudah berjalan, Eka baru datang. Dia juga bawa sarapan. Sederhana banget yang dia bawa: nasi bungkus! Tepatnya nasi dengan bungkus plastik. Sepertinya ini nasi bungkus beli di pantai Kuta.
Dengan tarif manggung antara Rp 30 juta hingga Rp 50 juta, meski juga kadang gratis kalau teman sendiri, personil SID masih mau makan nasi bungkus seharga Rp 5.000. Salut....
Nasi bungkus pula yang mereka makan ketika pada sesi foto bersama teman blogger, Den Widhana, seorang blogger yang juga web designer dan fotografer. Dan kebetulan hari itu juga ada perayaan ulang tahun dua personil SID, Eka yang lahir 8 Februari dan Jerinx yang lahir 10 Februari. Jadi, kita pikir pasti akan ada makanan berlimpah dan mewah. Tapi, walah, ternyata mereka hanya makan nasi bungkus hehehehe...
Hal yang membuat saya salut pada Jerinx adalah kendaraannya. Dia masih naik motor Honda Supra Vit dengan nomor polisi yang sudah memutih. Motornya juga agak dekil, seperti foto Jerinx dengan motor Honda Supra Vit diatas. Di balik nama besarnya sebagai frontman SID, band dengan fans mencapai 1,8 juta, penampilan Jerinx di luar panggung biasa saja. Dia lebih mirip tukang ojek daripada frontman band sejuta umat. Seiring suksesnya karier bersama band SID, Jerinx juga mengelola clothing sendiri dengan label Rumble. Toko ini berkantor pusat di Kuta. Kini dia membuka cabang di Ubud persinya samping pintu gerbang Museum Antonio Blanco di dekat jembatan Tukad Campuhan.
Dalam berbagai liputan, Jerinx juga tercatat pernah jadi vegetarian antara 1997-2007. “Tidak tega saja lihat binatang disembelih,” katanya. Tapi, kini Jerinx sudah makan daging lagi. “Tidak kuat juga kalau harus selalu menghindari daging, terutama saat konser,” katanya.
Toh, Jerinx masih menghindari makan daging dari hewan berkaki empat, seperti kambing, babi, dan sapi. Pantangan semacam ini biasanya dilakukan oleh pemimpin agama Hindu di Bali, seperti pemangku dan pedanda. Tapi, Jerinx mengaku mengikuti pantangan ini bukan karena alasan religiusitas. Lebih karena alasan itu tadi, kasihan.
Alasan Jerinx itu kian menguatkan pendapat saya tentang SID dan para personilnya. Di balik gemerlapnya, di belakang jutaan penggemarnya para personil SID ini orang-orang yang amat bersahaja.
Makan Nasi Bungkus
Kesederhanaan SID juga terasa ketika saya membaca postingan BalaiBengong yang saat itu sang admin bertemu SID di Radio Hard Rock, Kuta. Pagi itu SID siaran di radio sebagai bintang tamu konser Outloud di Central Parkir Kuta. Pas siaran sudah berjalan, Eka baru datang. Dia juga bawa sarapan. Sederhana banget yang dia bawa: nasi bungkus! Tepatnya nasi dengan bungkus plastik. Sepertinya ini nasi bungkus beli di pantai Kuta.
Dengan tarif manggung antara Rp 30 juta hingga Rp 50 juta, meski juga kadang gratis kalau teman sendiri, personil SID masih mau makan nasi bungkus seharga Rp 5.000. Salut....
Nasi bungkus pula yang mereka makan ketika pada sesi foto bersama teman blogger, Den Widhana, seorang blogger yang juga web designer dan fotografer. Dan kebetulan hari itu juga ada perayaan ulang tahun dua personil SID, Eka yang lahir 8 Februari dan Jerinx yang lahir 10 Februari. Jadi, kita pikir pasti akan ada makanan berlimpah dan mewah. Tapi, walah, ternyata mereka hanya makan nasi bungkus hehehehe...
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.