Akhir-akhir ini kita mengalami krisis keyakinan dan sesuatu yang beda menjadi sesuatu yang serius. Ini akibat hilangnya kesadaran. Maka saya coba bungkus perbedaan itu dengan banyak sudut pandang. Sebab saya ingin berinteraksi dengan banyak kalangan yang sangat beragam, maka saya mengapresiasi nilai diluar keyakinan saya. Hal ini membuat saya yakin bahwa sebetulnya kalan kita memang lain-lain. Setiap orang itu beda dan tidak bisa kita menyatukan keyakinan tersebut. Tapi dari perbedaan itu kita bisa saling mencintai. Seperti yang telah di sampaikan Gus Dur yakni "Tidak penting apa agamamu, kalau kamu berbuat baik orang lain tidak akan menanyakan agamamu".....
Nah, dari perbedaan ini saya juga sering merasa heran dengan mereka yang suka mengkafirkan orang lain hanya karena beda pandangan. Mengapa setiap keyakinan yang kamu nilai tidak sejalan dengan keyakinanmu, harus kamu anggap itu salah dan sesat? Kenapa seolah-olah kamu tampil sebagai Tuhan yang memiliki kuasa penuh untuk memutuskan mana pihak yang salah dan mana pihak yang benar? Sampai kamu lupa bahwa Tuhan pun tidak demikian terhadap hamba-NYA, sekalipun terhadap manusia-manusia yang secara terang-terangan mengingkari kesucian-Nya.
Sejak kapan kamu belajar memahami bentuk perbedaan sebagai tembok besar yang wajib diruntuhkan. Padahal tanpa perbedaan, kamu tidak akan pernah tahu mana yang dinamakan manusia dan mana yang dinamakan binatang. Tidaj bisa membedakan mana lelaki mana perempuan.
Jadi jangan lagi berkata: "Jika kamu sepaham denganku, maka kamu akan jadi sahabatku. Namun jika kamu berselisih denganku, kamu akan menjadi musuhku". Karena pernyataan itu tak ubahnya kamu menilai dirimu yang paling benar sedang yang lainnya paling bersalah. Artinya sama halnya kamu merasa bahwa pihakmu adalah satu-satunya yang bersama Tuhan. Sedang mereka yang berlainan arah denganmu secara gegabah kamu adili sebagai manusia-manusia yang sesat. Gambaran semacam ini bukan saja telah menolak kodrat kehidupan yang dikemas dalam bentuk perbedaan, namun sikap ini tak ubahnya bentuk kesombongan yang luar biasa.
Cobalah bertanya pada dirimu sendiri, pendapatmukah yang paling realistis atau tulisan sayakah yang terlihat idealis? Ingat, setahu saya TUHAN tidak pernah menciptakan produk gagal. Yang gagal justru produk pemahaman manusia yang seringkali membuat manusia lainnya gagal paham lalu ujung-ujungnya salah paham.
Perbedaan inilah yang memicu saya untuk mendalami berbagai tradisi luhur dalam peradaban manusia. Saya menggunakan istilah apresiasi, bukan sekedar toleransi. Saya tahu banyak perbedaan, tapi saya mengapresiasi perbedaan itu. Jika kita saling menghormati, niscaya perbedaan itu jadi rahmat.
Nah, dari perbedaan ini saya juga sering merasa heran dengan mereka yang suka mengkafirkan orang lain hanya karena beda pandangan. Mengapa setiap keyakinan yang kamu nilai tidak sejalan dengan keyakinanmu, harus kamu anggap itu salah dan sesat? Kenapa seolah-olah kamu tampil sebagai Tuhan yang memiliki kuasa penuh untuk memutuskan mana pihak yang salah dan mana pihak yang benar? Sampai kamu lupa bahwa Tuhan pun tidak demikian terhadap hamba-NYA, sekalipun terhadap manusia-manusia yang secara terang-terangan mengingkari kesucian-Nya.
Sejak kapan kamu belajar memahami bentuk perbedaan sebagai tembok besar yang wajib diruntuhkan. Padahal tanpa perbedaan, kamu tidak akan pernah tahu mana yang dinamakan manusia dan mana yang dinamakan binatang. Tidaj bisa membedakan mana lelaki mana perempuan.
Jadi jangan lagi berkata: "Jika kamu sepaham denganku, maka kamu akan jadi sahabatku. Namun jika kamu berselisih denganku, kamu akan menjadi musuhku". Karena pernyataan itu tak ubahnya kamu menilai dirimu yang paling benar sedang yang lainnya paling bersalah. Artinya sama halnya kamu merasa bahwa pihakmu adalah satu-satunya yang bersama Tuhan. Sedang mereka yang berlainan arah denganmu secara gegabah kamu adili sebagai manusia-manusia yang sesat. Gambaran semacam ini bukan saja telah menolak kodrat kehidupan yang dikemas dalam bentuk perbedaan, namun sikap ini tak ubahnya bentuk kesombongan yang luar biasa.
Cobalah bertanya pada dirimu sendiri, pendapatmukah yang paling realistis atau tulisan sayakah yang terlihat idealis? Ingat, setahu saya TUHAN tidak pernah menciptakan produk gagal. Yang gagal justru produk pemahaman manusia yang seringkali membuat manusia lainnya gagal paham lalu ujung-ujungnya salah paham.
Perbedaan inilah yang memicu saya untuk mendalami berbagai tradisi luhur dalam peradaban manusia. Saya menggunakan istilah apresiasi, bukan sekedar toleransi. Saya tahu banyak perbedaan, tapi saya mengapresiasi perbedaan itu. Jika kita saling menghormati, niscaya perbedaan itu jadi rahmat.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.