Cara berkendara sangat memengaruhi konsumsi bahan bakar. Terlalu banyak memainkan gas dan melaju tidak konstan adalah beberapa gaya yang membuat mobil menghabiskan lebih banyak bahan bakar dibanding biasanya. Sebaliknya, cara berkendara tertentu juga bisa membuat BBM lebih hemat. Pada akhirnya, tak terlalu banyak keluar uang untuk membeli bahan bakar. Cara berkendara seperti hemat bahan bakar dalam dunia otomotif dikenal dengan nama eco driving. Eco driving untuk truck besar macam truck tronton pun sama saja yakni menjaga kecepatan maksimal truck dengan tidak menggunakan putaran mesin tinggi, sebisa mungkin menggunakan gigi yang lebih tinggi, menggunakan Engine Brake yang efektif, mengendarai truck dengan konstan, dan meminimalkan idling kendaraan.
Sederhananya, eco driving adalah cara berkendara dengan tujuan mendapatkan penggunaan energi yang efisien. Namun selain cara berkendara, eco driving juga dipengaruhi beberapa hal misalnya, menggunakan bahan bakar dan tekanan ban yang sesuai standar pabrikan, menghindari kelebihan beban, serta perawatan berkala. Setidaknya ada 10 aspek dalam eco driving yakni:
1. Akselerasi secara halus
Injak gas dengan halus, tak perlu langsung tekan. Sementara kalau mobil manual, usahakan untuk secepat mungkin ganti gigi dari posisi 1.
2. Menjaga RPM
Rpm atau rotasi per menit yang rendah membuat konsumsi bahan bakar semakin sedikit. Dalam hal ini, artinya, pengemudi harus tetap menjaga kendaraannya agar mesin tidak berputar terlalu cepat. Usahakan tahan rpm sekira 2.000 (mobil).
3. Antisipasi lalu lintas
Ternyata, gaya stop n go saat macet membuat kendaraan semakin banyak mengonsumsi bensin.
4. Jangan main setengah kopling.
Main setengah kopling adalah hal yang sia-sia. Bahan bakar justru lebih banyak tersedot.
5. Engine brake.
Engine brake adalah teknik menggunakan mesin untuk mengurangi kecepatan mobil.
6. Kecepatan konstan.
Menjaga kecepatan tetap konstan juga bisa membuat bahan bakar lebih hemat. Semakin konstan, bahan bakar lebih efisien.
7. Jangan idle terlalu lama
Idle atau langsam adalah keadaan di mana mesin kurang bergerak atau pelan, atau penggunaan tenaga yang sedikit.
8. Nyalakan AC jangan terlalu dingin
Pendingin ruangan yang maksimal membuat mesin bekerja lebih berat. Oleh karena itu disarankan menyalakan AC tak terlalu kencang. Bahkan pada teknik eco driving ekstrem, AC dimatikan sama sekali.
9. Tutup jendela
Dengan jendela yang terbuka, angin bisa masuk, dan pada akhirnya bisa menghambat laju mobil. Kalaupun mau tetap membuka jendela, maka usahakan tidak terlalu besar, atau dengan terlebih dulu menjaga mobil di kecepatan rendah.
10. Jangan agresif.
Poin ke-10 inilah yang paling berat dilakukan. Padahal, eco driving adalah tentang mindset, atau mengendalikan emosi.
Nah, itulah 10 aspek eco driving dalam mengendarai kendaraan. Namun, yang paling perlu Anda pahami adalah soal gaya mengemudi. Sebab, faktor ini ternyata punya pengaruh besar terhadap efisiensi bahan bakar.
Sebuah laporan dari Insurer Direct Line melakukan analisis data terhadap sejumlah pengendara yang bergabung dengan Driver Plus. Laporan ini saya kutip dari Dailymail pada Jumat (13/1/2017).
Direct Line menggunakan piranti lunak telematika yang tersemat pada mobil. Sistem membaca akselerasi, kecepatan saat menikung, dan seberapa dalam pengendara menginjak rem. Dari sinilah mereka bisa mengetahui karakter mengemudi. Dari data yang berhasil membaca lebih dari 319 ribu perjalanan, pengemudi yang agresif ternyata bisa menghabiskan biaya 67 sen lebih banyak untuk membeli bahan bakar.
Lebih lanjut, data 2.000 pengemudi Drive Plus selama dua bulan juga ditinjau. Ditemukan bahwa mengemudi secara benar dan santun memungkinkan mereka menghemat biaya bahan bakar sebesar 560 pound sterling setahun.
Kesimpulannya, pengemudi agresif harus membayar rata-rata 1.398 pound sterling atau setara Rp 23,5 juta setahun untuk membeli bensin. Sementara mereka yang mengemudikan mobil secara santun hanya menghabiskan 836 pound sterling atau sekira Rp 14 juta. Nah, Anda mau pilih gaya berkendara seperti apa?
Sederhananya, eco driving adalah cara berkendara dengan tujuan mendapatkan penggunaan energi yang efisien. Namun selain cara berkendara, eco driving juga dipengaruhi beberapa hal misalnya, menggunakan bahan bakar dan tekanan ban yang sesuai standar pabrikan, menghindari kelebihan beban, serta perawatan berkala. Setidaknya ada 10 aspek dalam eco driving yakni:
1. Akselerasi secara halus
Injak gas dengan halus, tak perlu langsung tekan. Sementara kalau mobil manual, usahakan untuk secepat mungkin ganti gigi dari posisi 1.
2. Menjaga RPM
Rpm atau rotasi per menit yang rendah membuat konsumsi bahan bakar semakin sedikit. Dalam hal ini, artinya, pengemudi harus tetap menjaga kendaraannya agar mesin tidak berputar terlalu cepat. Usahakan tahan rpm sekira 2.000 (mobil).
3. Antisipasi lalu lintas
Ternyata, gaya stop n go saat macet membuat kendaraan semakin banyak mengonsumsi bensin.
4. Jangan main setengah kopling.
Main setengah kopling adalah hal yang sia-sia. Bahan bakar justru lebih banyak tersedot.
5. Engine brake.
Engine brake adalah teknik menggunakan mesin untuk mengurangi kecepatan mobil.
6. Kecepatan konstan.
Menjaga kecepatan tetap konstan juga bisa membuat bahan bakar lebih hemat. Semakin konstan, bahan bakar lebih efisien.
7. Jangan idle terlalu lama
Idle atau langsam adalah keadaan di mana mesin kurang bergerak atau pelan, atau penggunaan tenaga yang sedikit.
8. Nyalakan AC jangan terlalu dingin
Pendingin ruangan yang maksimal membuat mesin bekerja lebih berat. Oleh karena itu disarankan menyalakan AC tak terlalu kencang. Bahkan pada teknik eco driving ekstrem, AC dimatikan sama sekali.
9. Tutup jendela
Dengan jendela yang terbuka, angin bisa masuk, dan pada akhirnya bisa menghambat laju mobil. Kalaupun mau tetap membuka jendela, maka usahakan tidak terlalu besar, atau dengan terlebih dulu menjaga mobil di kecepatan rendah.
10. Jangan agresif.
Poin ke-10 inilah yang paling berat dilakukan. Padahal, eco driving adalah tentang mindset, atau mengendalikan emosi.
Nah, itulah 10 aspek eco driving dalam mengendarai kendaraan. Namun, yang paling perlu Anda pahami adalah soal gaya mengemudi. Sebab, faktor ini ternyata punya pengaruh besar terhadap efisiensi bahan bakar.
Sebuah laporan dari Insurer Direct Line melakukan analisis data terhadap sejumlah pengendara yang bergabung dengan Driver Plus. Laporan ini saya kutip dari Dailymail pada Jumat (13/1/2017).
Direct Line menggunakan piranti lunak telematika yang tersemat pada mobil. Sistem membaca akselerasi, kecepatan saat menikung, dan seberapa dalam pengendara menginjak rem. Dari sinilah mereka bisa mengetahui karakter mengemudi. Dari data yang berhasil membaca lebih dari 319 ribu perjalanan, pengemudi yang agresif ternyata bisa menghabiskan biaya 67 sen lebih banyak untuk membeli bahan bakar.
Lebih lanjut, data 2.000 pengemudi Drive Plus selama dua bulan juga ditinjau. Ditemukan bahwa mengemudi secara benar dan santun memungkinkan mereka menghemat biaya bahan bakar sebesar 560 pound sterling setahun.
Kesimpulannya, pengemudi agresif harus membayar rata-rata 1.398 pound sterling atau setara Rp 23,5 juta setahun untuk membeli bensin. Sementara mereka yang mengemudikan mobil secara santun hanya menghabiskan 836 pound sterling atau sekira Rp 14 juta. Nah, Anda mau pilih gaya berkendara seperti apa?
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.