Kali ini saya akan berbagi sebuah hal sebagai bahan renungan kita semua terutama bagi mereka yang sering mengendarai kendaraan khususnya truck. Ya, Banyak hal dalam hidup ini yang membuat kita dipaksa untuk merenung,
karena begitu banyak kejadian yang akhirnya tidak mampu kita olah dengan
nalar, tapi realitasnya itu benar-benar terjadi dan mereka adalah tukang ban.Tulisan ini adalah hasil dari apa yang saya alami tiap kali jalan menggunakan truck tronton. Ya, bukan rahasia lagi kalau tidak semua truck tronton dibekali ban yang bagus oleh perusahaan. Akibat buruknya ban, maka tak heran bila truck sering mengalami pecah ban maupun bocor. Seperti pernah saya alami, dalam perjalanan Pati - Jakarta ngalamin 6X nambal ban.
Bantuan seorang Tukang Tambal Ban memang begitu besar menyelamatkan dan memberikan kenyamanan pada kita. Namun sayangnya, kadangkala banyak yang memandang sebelah mata terhadap pekerjaan mulia ini. Kita melihatya sebagai tugas dan rutinitas kesehariannya saja. Padahal, di luar itu jerih payah dan ketelatenan Tukang Tambal Ban menjadi hal yang luar biasa dan lebih dari sekedar sebagai tanggungjawab profesi pelakunya. Saya merasa heran terkadang banyak yang kurang menghargai, dengan ucapan yang menyinggung dan merendahkan pekerjannya sebagai tukang tambal ban.
Bekerja sebagai tukang tambal ban bukanlah satu pekerjaan yang bisa dikatakan menguntungkan secara ekonomi, karena pelanggannya pasti tidak seperti orang yang membutuhkan sembako, setiap saat bisa datang berbelanja, tapi rezeki masing-masing orang memang sudah di atur dengan rapi oleh Sang pemilik hidup sehingga apapun yang mereka kerjakan tetap saja sebagai upaya menjemput rezeki yang telah di persiapkan bagi mereka. Dan faktanya berdasarkan pengamatan saya terhadap seorang tukang tambal ban, dari usaha yang dimulai di bedeng yang kecil sekaligus merangkap tempat tinggal itulah pelan-pelan usahanya berkembang, ditandai dengan semakin besarnya tempat usaha tambal bannya.
Akhirnya aku terpikir bahwa masalahnya bukan di pekerjaannya itu apa? tapi bagaimana seseorang bersungguh-sungguh dengan apa yang dia kerjakan, karena terbukti bahwa hanya dengan bekerja sebagai tukang tambal ban sekaligus menjadi juru selamat pejalan yang mengalami musibah dengan ban kendaraannya dia masih tetap bisa survive, anggota keluarganya semua sehat, bisa bersekolah dsb. Artinya bahwa masing-masing kita sudah diberi peran sesuai dengan porsinya masing-masing, tinggal kemudian bagaimana setiap orang yang diberikan peran-peran tersebut dapat memainkan peran mereka sebaik-baiknya. Fakta itu sekali lagi membuatku yakin bahwa rezeki memang bukan otoritas manusia. Porsi rezeki sudah diatur dengan Adil oleh yang Maha Kuasa, sedangkan bagaimana cara menjemput kita diberikan separuh kewenangan oleh Allah untuk memikirkannya.
Nah itulah tukang tambal ban, tukang merupakan sebutan penghargaan dari suatu profesi,walaupun profesi itu tergolong pekerjaan yang agak kasar namun yang sebenarnya tukang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan dari berbagai sisi kehidupan. Tukang tambal ban, akhirnya membuka mata kita tentang berbagai hal dalam hidup ini bahwa jika kita ingin hidup tenang, maka hindari hal-hal yang tidak menjadi wewenang kita, fokus pada hal yang menjadi tugas kita.
Terakhir, sebagai pengingat, saat kita dalam perjalanan ditengah malam dan kita terpaksa harus menghentikan kendaraan karena ada rasa yang berbeda seperti ban kempis atau orang Jawa menyebutnya, Kebanan. Apa yang akan dilakukan jika ternyata berada di lokasi yang sepi? Suasana kesal bercampur gusar, dongkol, atau khawatir kalau-kalau ada orang yang iseng berbuat tidak baik di tengah perjalanan pasti kita rasakan. Maka di sinilah juru selamat dunianya adalah hanyalah seorang Tukang Tambal Ban.
Bantuan seorang Tukang Tambal Ban memang begitu besar menyelamatkan dan memberikan kenyamanan pada kita. Namun sayangnya, kadangkala banyak yang memandang sebelah mata terhadap pekerjaan mulia ini. Kita melihatya sebagai tugas dan rutinitas kesehariannya saja. Padahal, di luar itu jerih payah dan ketelatenan Tukang Tambal Ban menjadi hal yang luar biasa dan lebih dari sekedar sebagai tanggungjawab profesi pelakunya. Saya merasa heran terkadang banyak yang kurang menghargai, dengan ucapan yang menyinggung dan merendahkan pekerjannya sebagai tukang tambal ban.
Bekerja sebagai tukang tambal ban bukanlah satu pekerjaan yang bisa dikatakan menguntungkan secara ekonomi, karena pelanggannya pasti tidak seperti orang yang membutuhkan sembako, setiap saat bisa datang berbelanja, tapi rezeki masing-masing orang memang sudah di atur dengan rapi oleh Sang pemilik hidup sehingga apapun yang mereka kerjakan tetap saja sebagai upaya menjemput rezeki yang telah di persiapkan bagi mereka. Dan faktanya berdasarkan pengamatan saya terhadap seorang tukang tambal ban, dari usaha yang dimulai di bedeng yang kecil sekaligus merangkap tempat tinggal itulah pelan-pelan usahanya berkembang, ditandai dengan semakin besarnya tempat usaha tambal bannya.
Akhirnya aku terpikir bahwa masalahnya bukan di pekerjaannya itu apa? tapi bagaimana seseorang bersungguh-sungguh dengan apa yang dia kerjakan, karena terbukti bahwa hanya dengan bekerja sebagai tukang tambal ban sekaligus menjadi juru selamat pejalan yang mengalami musibah dengan ban kendaraannya dia masih tetap bisa survive, anggota keluarganya semua sehat, bisa bersekolah dsb. Artinya bahwa masing-masing kita sudah diberi peran sesuai dengan porsinya masing-masing, tinggal kemudian bagaimana setiap orang yang diberikan peran-peran tersebut dapat memainkan peran mereka sebaik-baiknya. Fakta itu sekali lagi membuatku yakin bahwa rezeki memang bukan otoritas manusia. Porsi rezeki sudah diatur dengan Adil oleh yang Maha Kuasa, sedangkan bagaimana cara menjemput kita diberikan separuh kewenangan oleh Allah untuk memikirkannya.
Nah itulah tukang tambal ban, tukang merupakan sebutan penghargaan dari suatu profesi,walaupun profesi itu tergolong pekerjaan yang agak kasar namun yang sebenarnya tukang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan dari berbagai sisi kehidupan. Tukang tambal ban, akhirnya membuka mata kita tentang berbagai hal dalam hidup ini bahwa jika kita ingin hidup tenang, maka hindari hal-hal yang tidak menjadi wewenang kita, fokus pada hal yang menjadi tugas kita.
Terakhir, sebagai pengingat, saat kita dalam perjalanan ditengah malam dan kita terpaksa harus menghentikan kendaraan karena ada rasa yang berbeda seperti ban kempis atau orang Jawa menyebutnya, Kebanan. Apa yang akan dilakukan jika ternyata berada di lokasi yang sepi? Suasana kesal bercampur gusar, dongkol, atau khawatir kalau-kalau ada orang yang iseng berbuat tidak baik di tengah perjalanan pasti kita rasakan. Maka di sinilah juru selamat dunianya adalah hanyalah seorang Tukang Tambal Ban.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.