Fenomena Telolet kini mendunia. Tak hanya linimasa Twitter presiden Jokowi, telolet bahkan menjamah akun milik tokoh-tokoh dunia. Padahal awal pengguna telolet pertama adalah PO Bus Efisiensi dari Kebumen beberapa tahun lalu. Si pemilik PO Efisiensi awalnya menyebut bunyi klakson khas itu sebagai tolelot, bukan telolet.
Awal mula penggunaan klakson telolet terinspirasi dari bus di Arab Saudi yang pertama didengar pemilik PO Efisiensi Teuku Eri Rubiansah. Saat pulang, pak Eri memasangnya di bus miliknya dengan trayek Purwokerto-Yogyakarta.
Dan 'Om Telolet Om' mengguncang dunia dan mencapai puncaknya pada Rabu 21 Desember 2016 lalu dengan 1800 tweet per menit adalah sebagai kemenangan sesaat budaya global Indonesia. 'Om Telolet Om' berhasil mengangkat Indonesia di mata dunia dari konteks budaya.
Fenomena tersebut merupakan hasil konstruksi realitas sosial kreatifitas anak bangsa yang kemudian meluas ke seluruh penjuru dunia dengan bantuan media sosial. Ini merupakan fakta nyata akan kekuatan teknologi komunikasi media dengan karakter khasnya yang menengahkan prosumer. Semua orang bisa menjadi produsen pesan berupa ungkapan kreativitas tentang realita sosial yang dihadapinya sehari-hari.
Ribuan Netizen Amerika dan Inggris Demam Telolet
Fenomena 'Om Telolet Om' merambah dunia mulai sejak 19 Desember 2016. Hingga Jumat 23 Desember 2016, tercatat netizen Amerika dan Inggris yang ikut memperbincangkan fenomena klakson bustersebut mencapai ribuan. Hal ini diketahui berdasarkan pemantauan yang dilakukan Perusahaan yang bergerak di media intelligence asal Australia, Isentia. Mereka memonitor pembicaraan istilah populer tersebut di semua kanal media sosial sejak 19 Desember 2016 lalu.
Berdasarkan pantauan, netizen lokal yang membicarakan isu ini di berbagai media sosial mencapai titik terbanyak pada tanggal 21 Desember 2016. Karena netizen luar juga memperbincangkan, dari pantauan pembicaraan dari Amerika dan Inggris dengan jumlah pergerakannya mencapai ribuan per harinya.
Secara umum, total pembicaraan mengenai fenomena 'Telolet' mencapai 176.984 (96.81%) buzz selama lima hari ini untuk netizen lokal. Sementara untuk netizen Inggris, total buzz yang dihasilkan adalah 1968 (1.07%) dan netizen Amerika mencapai 5.766 (3.12%). Namun netizen Amerika lebih banyak daripada Inggris karena salah satu faktor penyebabnya karena Presiden Obama sempat membahas telolet di akun twitter-nya.
Pemerintah Tak Larang Klakson Telolet
Kita patut bersyukur karena akhirnya pemerintah tak melarang telolet, hal ini disampaikan langsung oleh Menhub yang mengatakan bahwa fenomena "bus telolet" merupakan kreativitas dan bisa menjadi daya tarik masyarakat menyenangi kembali bus angkutan umum. Untuk lebih mendorong daya tarik tersebut, nantinya akan dibuat suatu kontes sehingga dapat menghibur masyarakat.
Awal mula penggunaan klakson telolet terinspirasi dari bus di Arab Saudi yang pertama didengar pemilik PO Efisiensi Teuku Eri Rubiansah. Saat pulang, pak Eri memasangnya di bus miliknya dengan trayek Purwokerto-Yogyakarta.
Dan 'Om Telolet Om' mengguncang dunia dan mencapai puncaknya pada Rabu 21 Desember 2016 lalu dengan 1800 tweet per menit adalah sebagai kemenangan sesaat budaya global Indonesia. 'Om Telolet Om' berhasil mengangkat Indonesia di mata dunia dari konteks budaya.
Fenomena tersebut merupakan hasil konstruksi realitas sosial kreatifitas anak bangsa yang kemudian meluas ke seluruh penjuru dunia dengan bantuan media sosial. Ini merupakan fakta nyata akan kekuatan teknologi komunikasi media dengan karakter khasnya yang menengahkan prosumer. Semua orang bisa menjadi produsen pesan berupa ungkapan kreativitas tentang realita sosial yang dihadapinya sehari-hari.
Ribuan Netizen Amerika dan Inggris Demam Telolet
Fenomena 'Om Telolet Om' merambah dunia mulai sejak 19 Desember 2016. Hingga Jumat 23 Desember 2016, tercatat netizen Amerika dan Inggris yang ikut memperbincangkan fenomena klakson bustersebut mencapai ribuan. Hal ini diketahui berdasarkan pemantauan yang dilakukan Perusahaan yang bergerak di media intelligence asal Australia, Isentia. Mereka memonitor pembicaraan istilah populer tersebut di semua kanal media sosial sejak 19 Desember 2016 lalu.
Berdasarkan pantauan, netizen lokal yang membicarakan isu ini di berbagai media sosial mencapai titik terbanyak pada tanggal 21 Desember 2016. Karena netizen luar juga memperbincangkan, dari pantauan pembicaraan dari Amerika dan Inggris dengan jumlah pergerakannya mencapai ribuan per harinya.
Secara umum, total pembicaraan mengenai fenomena 'Telolet' mencapai 176.984 (96.81%) buzz selama lima hari ini untuk netizen lokal. Sementara untuk netizen Inggris, total buzz yang dihasilkan adalah 1968 (1.07%) dan netizen Amerika mencapai 5.766 (3.12%). Namun netizen Amerika lebih banyak daripada Inggris karena salah satu faktor penyebabnya karena Presiden Obama sempat membahas telolet di akun twitter-nya.
Pemerintah Tak Larang Klakson Telolet
Kita patut bersyukur karena akhirnya pemerintah tak melarang telolet, hal ini disampaikan langsung oleh Menhub yang mengatakan bahwa fenomena "bus telolet" merupakan kreativitas dan bisa menjadi daya tarik masyarakat menyenangi kembali bus angkutan umum. Untuk lebih mendorong daya tarik tersebut, nantinya akan dibuat suatu kontes sehingga dapat menghibur masyarakat.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.