Salah satu masalah di sistem transportasi Indonesia adalah banyaknya kita jumpai truck yang bermuatan overload. Masalah muatan berlebih ini para pengusaha truck punya alasan sendiri mengapa muatan barang yang diangkutnya selalu overload. Saya yakin para pengusaha truck menyadari dan mendukung pemerintah dalam hal pembatasan kapasitas muatan truck. Sebenernya mereka tidak ingin melebihi batas maksimal yang ditetapkan. Kenapa? Kalau infrastruktur jalan rusak akibat banyak truk kelebihan muatan lewat, maka semua yang akan menanggung akibatnya, biaya perawatan juga membengkak.
Memang masalah muatan Overload ini susah diatasi, karena ada hal di usulkan para pengusaha truck tapi tidak bisa dimasukkan ke dalam aturan atau perundangan. Hal ini pernah di sampaikan oleh Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan.
Usulan aturan yang dimaksud terkait dengan pembebanan tanggungjawab pengendalian muatan barang. Menurut ketua Aptrindo, selama ini tanggung jawab mengenai muatan barang hanya dibebankan pada perusahaan transportasi. "Harusnya, tanggung jawab ini juga dibebankan ke pemilik barang," sambung dia.
Usulan tersebut masuk akal dan tak berlebihan. Karena menurutnya, pengusaha truck tidak punya pilihan lantaran si pemilik barang dengan sadar menyusun muatan barangnya dengan beban yang lebih dari batas yang diizinkan dengan dalih untuk menekan cost atau biaya.
Misalnya Kita ambil contoh saja semen. Dari pabrik itu, semen-semen disusun pack-nya. Semua barang sudah diset dengan tonase yang melebihi batas. Berdasarkan pengalaman saya, untuk semen dari pabrik itu ada DO 24 ton dan 32 ton, jelas overload kan?
Nah, terpaksa harus ambil oleh para pengusaha truck, karena kalau tidak diambil maka akan diangkut perusahaan angkutan yang lain. Untuk itu, para pengusaha truck mengusulkan agar dibuat aturan yang mengatur pemilik barang tidak lagi memaksakan barang yang dimilikinya diangkut dangan satu kendaraan bila muatannya melebihi kapasitas. Barangkali kalau ada tanggung jawab bersama antara pemilik barang, mau membagi kemasan sesuai dengan batas tonase yang sesuai, maka masalah overload ini bisa diatasi.
Dalam banyak kesempatan para pengusaha truck meminta ada solusi untuk mengatasi persoalan ini dan harus bersifat menyeluruh. Mereka meminta kebijakan itu tidak hanya merugikan pengusaha angkutan maupun pengguna jasa angkutan, serta masyarakat selaku konsumen. Tetapi juga kepentingan nasional terlindungi. Jadi jangan hanya angkutan trucknya saja yang ditindak, tetapi juga pengguna jasa angkutan yang melanggar. Tapi sebelum menerapkan aturan, sebaiknya pemerintah melakukan kajian yang lebih mendalam terlebih dahulu.
Regulator atau pemerintah juga harus melihat dulu apa akar masalah dari semua ini, sehingga memahami kalau pengguna jasa angkutan truck banyak yang minta truck melakukan muatan melebihi batas.
Lalu Lintas Macet Sebab Truck Overload
Kondisi lalu-lintas yang macet juga menjadi salah sebab truck bermuatan overload, sehingga dirasa tak efisien untuk pengiriman barang. Sehingga, jika harus melakukan beberapa kali pengangkutan, selain tak efisien karena biaya membengkak juga mempengaruhi kinerja bisnis.
Usia Pembatasan Usia Truck
Aturan pembatasan diberlakukan secara kaku juga jadi salah satu sebab truck overload, kenapa? Jumlah truck akan banyak berkurang. Sebab, jumlah truk yang berusia di atas 10 tahun apalagi 20 tahun masih banyak. Sebab, pengusaha juga berpikir soal titik optimum masa pakai truck. Dengan biaya leasing 5 tahun dan depresiasi dalam pembukuan itu 8 tahun. Jadi, kalau dibatasi 10 tahun berarti baru 2 tahun cari penghasilan sudah harus diremajakan. Padahal untuk peremajaan juga tak murah.
Kita paham truck yang berusia tua, dalam kondisi lalu-lintas dan utilitas truck pada saat ini, justru menjadi tulang punggung bisnis bagi pengusaha. Sebab, armada yang baru masih dalam proses penyelesaian kredit, sehingga belum menghasilkan. Jadi, kalau truck-truck itu kemudian hilang dari peredaran karena ada pembatasan usia. Dan yang tersisa kemungkinan besar akan mengangkut melebihi batas muatan yang di ijinkan.
Memang masalah muatan Overload ini susah diatasi, karena ada hal di usulkan para pengusaha truck tapi tidak bisa dimasukkan ke dalam aturan atau perundangan. Hal ini pernah di sampaikan oleh Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan.
Usulan aturan yang dimaksud terkait dengan pembebanan tanggungjawab pengendalian muatan barang. Menurut ketua Aptrindo, selama ini tanggung jawab mengenai muatan barang hanya dibebankan pada perusahaan transportasi. "Harusnya, tanggung jawab ini juga dibebankan ke pemilik barang," sambung dia.
Usulan tersebut masuk akal dan tak berlebihan. Karena menurutnya, pengusaha truck tidak punya pilihan lantaran si pemilik barang dengan sadar menyusun muatan barangnya dengan beban yang lebih dari batas yang diizinkan dengan dalih untuk menekan cost atau biaya.
Misalnya Kita ambil contoh saja semen. Dari pabrik itu, semen-semen disusun pack-nya. Semua barang sudah diset dengan tonase yang melebihi batas. Berdasarkan pengalaman saya, untuk semen dari pabrik itu ada DO 24 ton dan 32 ton, jelas overload kan?
Nah, terpaksa harus ambil oleh para pengusaha truck, karena kalau tidak diambil maka akan diangkut perusahaan angkutan yang lain. Untuk itu, para pengusaha truck mengusulkan agar dibuat aturan yang mengatur pemilik barang tidak lagi memaksakan barang yang dimilikinya diangkut dangan satu kendaraan bila muatannya melebihi kapasitas. Barangkali kalau ada tanggung jawab bersama antara pemilik barang, mau membagi kemasan sesuai dengan batas tonase yang sesuai, maka masalah overload ini bisa diatasi.
Dalam banyak kesempatan para pengusaha truck meminta ada solusi untuk mengatasi persoalan ini dan harus bersifat menyeluruh. Mereka meminta kebijakan itu tidak hanya merugikan pengusaha angkutan maupun pengguna jasa angkutan, serta masyarakat selaku konsumen. Tetapi juga kepentingan nasional terlindungi. Jadi jangan hanya angkutan trucknya saja yang ditindak, tetapi juga pengguna jasa angkutan yang melanggar. Tapi sebelum menerapkan aturan, sebaiknya pemerintah melakukan kajian yang lebih mendalam terlebih dahulu.
Regulator atau pemerintah juga harus melihat dulu apa akar masalah dari semua ini, sehingga memahami kalau pengguna jasa angkutan truck banyak yang minta truck melakukan muatan melebihi batas.
Lalu Lintas Macet Sebab Truck Overload
Kondisi lalu-lintas yang macet juga menjadi salah sebab truck bermuatan overload, sehingga dirasa tak efisien untuk pengiriman barang. Sehingga, jika harus melakukan beberapa kali pengangkutan, selain tak efisien karena biaya membengkak juga mempengaruhi kinerja bisnis.
Usia Pembatasan Usia Truck
Aturan pembatasan diberlakukan secara kaku juga jadi salah satu sebab truck overload, kenapa? Jumlah truck akan banyak berkurang. Sebab, jumlah truk yang berusia di atas 10 tahun apalagi 20 tahun masih banyak. Sebab, pengusaha juga berpikir soal titik optimum masa pakai truck. Dengan biaya leasing 5 tahun dan depresiasi dalam pembukuan itu 8 tahun. Jadi, kalau dibatasi 10 tahun berarti baru 2 tahun cari penghasilan sudah harus diremajakan. Padahal untuk peremajaan juga tak murah.
Kita paham truck yang berusia tua, dalam kondisi lalu-lintas dan utilitas truck pada saat ini, justru menjadi tulang punggung bisnis bagi pengusaha. Sebab, armada yang baru masih dalam proses penyelesaian kredit, sehingga belum menghasilkan. Jadi, kalau truck-truck itu kemudian hilang dari peredaran karena ada pembatasan usia. Dan yang tersisa kemungkinan besar akan mengangkut melebihi batas muatan yang di ijinkan.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.