Sering dalam sebuah pergaulan tiba-tiba kita merasa tersinggung atau teraniaya oleh omongan teman atau lawan bicara entah karena masalah perbedaan pandangan agama, politik, keilmuan, organisasi, profesi pekerjaan dan lain-lain. Kemudian kita mengumpat dalam hati dengan penuh kebencian.
Manusia yang hidup dengan penuh kebencian justru tidak berhak untuk menyebut dirinya sebagai teraniaya. Belajar menjadi manusia yang baik adalah tugas semua manusia yang dilahirkan di bumi ini, jadi jangan terjebak pada intimidasi orang lain, apalagi sampai merasa teraniaya.
Teraniaya atau tidak, tergantung pada perspekstif yang kita pakai sendiri-sendiri. Sering kita merasa bahwa diri kita adalah pihak yang dirugikan, sementara bersama dengan itu sebenarnya kita juga menyakiti hati orang lain.
Teraniaya sebenarnya mengacu pada keadaan pada saat seseorang benar-benar tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi dirinya saat ditekan oleh orang lain. Seorang teraniaya yang tangguh adalah, manusia yang tidak merasa dirinya sedang terzalimi meskipun sebenarnya dalam keadaan seperti itu. Orang-orang seperti ini hanyalah mereka yang mampu mengendalikan rasa sakit sedemikian rupa, bahkan mengubah perspektif masalah yang sedang dia hadapi agar tidak sampai mempengaruhi keadaan dalam jiwanya.
Maka siapa yang pertama kali mampu membuka kembali hubungan tali komunikasi adalah pemenangnya. Iya, karena selain berhasil melewati emosi, juga telah berhasil mengendalikan diri untuk mengabaikan rasa sakit yang dirasakan. Namun memang pada kenyataannya, keberadaan orang semacam ini tidak bisa ditemukan dengan mudah. Bisa jadi diantara seribu manusia hanya ada satu orang yang mampu melakukannya. Teraniaya adalah keadaan, dan dengan mengendalikan keadaan kita bisa melewatinya.
Manusia yang hidup dengan penuh kebencian justru tidak berhak untuk menyebut dirinya sebagai teraniaya. Belajar menjadi manusia yang baik adalah tugas semua manusia yang dilahirkan di bumi ini, jadi jangan terjebak pada intimidasi orang lain, apalagi sampai merasa teraniaya.
Teraniaya atau tidak, tergantung pada perspekstif yang kita pakai sendiri-sendiri. Sering kita merasa bahwa diri kita adalah pihak yang dirugikan, sementara bersama dengan itu sebenarnya kita juga menyakiti hati orang lain.
Teraniaya sebenarnya mengacu pada keadaan pada saat seseorang benar-benar tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi dirinya saat ditekan oleh orang lain. Seorang teraniaya yang tangguh adalah, manusia yang tidak merasa dirinya sedang terzalimi meskipun sebenarnya dalam keadaan seperti itu. Orang-orang seperti ini hanyalah mereka yang mampu mengendalikan rasa sakit sedemikian rupa, bahkan mengubah perspektif masalah yang sedang dia hadapi agar tidak sampai mempengaruhi keadaan dalam jiwanya.
Maka siapa yang pertama kali mampu membuka kembali hubungan tali komunikasi adalah pemenangnya. Iya, karena selain berhasil melewati emosi, juga telah berhasil mengendalikan diri untuk mengabaikan rasa sakit yang dirasakan. Namun memang pada kenyataannya, keberadaan orang semacam ini tidak bisa ditemukan dengan mudah. Bisa jadi diantara seribu manusia hanya ada satu orang yang mampu melakukannya. Teraniaya adalah keadaan, dan dengan mengendalikan keadaan kita bisa melewatinya.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.