Kabar gembira buat para pelanggan setia taksi online khusunya Uber. Perusahaan layanan transportasi berbasis online Uber baru saja meluncurkan sejumlah fitur baru pada hari ini Rabu (7/9/2016). Fitur baru ini membuat aplikasi Uber bisa mendeteksi sopir saat mengendarai mobil, mengukur kecepatan serta membaca pola pengereman kendaraan. Tidak hanya itu, Uber juga mampu mendeteksi apakah pengemudi memegang ponsel saat mengemudi yang akan membahayakan penumpang mereka.
Namun untuk sementara, fitur tersebut baru diterapkan pada mobil saja, belum sampai ke layanan ojek motor UberMoto. Selain itu, fitur ini baru terlihat dari aplikasi pengemudi dan belum muncul di aplikasi penumpang.
Uber memanfaatkan data yang dikumpulkan dari sensor pada ponsel pengguna, antara lain proximity sensor dan GPS. Dari data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui perbedaan antara pergerakan ponsel saat dipegang oleh pengemudi dan saat diletakkan pada wadah (mounting) ponsel di dashboard mobil.
Jika aplikasi mendeteksi ponsel tersebut terindikasi berada di tangan pengemudi, maka akan muncul peringatan dan meminta pengemudi meletakkannya ke wadah di dashboard. Selain peringatan tersebut, sensor dan GPS pada ponsel pengemudi juga dipakai untuk menganalisis kecepatan kendaraan. Fungsinya, bila pengemudi memacu kendaraan terlalu cepat, maka aplikasi akan memunculkan peringatan.
Agar bisa memberikan peringatan kecepatan dengan efektif, Uber mempelajari dan menerapkan peraturan mengenai batas kecepatan tertinggi dan terendah dalam suatu kota. Pasalnya, masing-masing kota dan negara punya peraturan dan perilaku berbeda terkait hal ini.
Namun fitur canggih ini baru dijalankan sebagai pilot project. Tujuannya memetakan perilaku berkendara pengemudi Uber dan mengarahkannya supaya lebih aman. Perusahaan ride sharing tersebut sudah melaksanakan proyek ini sejak awal tahun 2016 di San Francisco dan kini berniat mengimplementasikannya ke berbagai negara lain. Khusus untuk Rabu (7/9/2016) ini, fitur tersebut akan dirilis ke dalam aplikasi pengemudi di Jakarta, Indonesia; Bangalore, India; serta Singapura.
Dari data sensor dan GPS, Uber pun menyusun sebuah statistik untuk menganalisis perilaku mengemudi di suatu kota tertentu. Dalam statistik ini antara lain diperlihatan cara pengereman kendaraan, apakah kasar atau halus.
Inti dari semua pengumpulan data, statistik dan fitur tersebut adalah berusaha untuk membuat pengemudi Uber berkendara dengan cara yang aman. Tujuan utama fitur ini adalah memprediksi dan mengurangi kecelakaan di jalan. Namun saat ini belum ada efek tertentu pada akun pengemudi yang melanggar peringatan dari aplikasi.
Fitur ini bekerja dengan mengumpulkan data dan memahami mana yang normal dan tidak normal di jalanan kota tertentu. Apa yang mestinya dilakukan driver Uber dan apa yang tidak boleh dilakukan pengemudi. Aplikasi ini juga akan mendefinisikan cara mengerem yang kasar dan bagaimana rem yang halus, lalu behaviour seperti apa yang aman.
Namun untuk sementara, fitur tersebut baru diterapkan pada mobil saja, belum sampai ke layanan ojek motor UberMoto. Selain itu, fitur ini baru terlihat dari aplikasi pengemudi dan belum muncul di aplikasi penumpang.
Uber memanfaatkan data yang dikumpulkan dari sensor pada ponsel pengguna, antara lain proximity sensor dan GPS. Dari data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui perbedaan antara pergerakan ponsel saat dipegang oleh pengemudi dan saat diletakkan pada wadah (mounting) ponsel di dashboard mobil.
Jika aplikasi mendeteksi ponsel tersebut terindikasi berada di tangan pengemudi, maka akan muncul peringatan dan meminta pengemudi meletakkannya ke wadah di dashboard. Selain peringatan tersebut, sensor dan GPS pada ponsel pengemudi juga dipakai untuk menganalisis kecepatan kendaraan. Fungsinya, bila pengemudi memacu kendaraan terlalu cepat, maka aplikasi akan memunculkan peringatan.
Agar bisa memberikan peringatan kecepatan dengan efektif, Uber mempelajari dan menerapkan peraturan mengenai batas kecepatan tertinggi dan terendah dalam suatu kota. Pasalnya, masing-masing kota dan negara punya peraturan dan perilaku berbeda terkait hal ini.
Namun fitur canggih ini baru dijalankan sebagai pilot project. Tujuannya memetakan perilaku berkendara pengemudi Uber dan mengarahkannya supaya lebih aman. Perusahaan ride sharing tersebut sudah melaksanakan proyek ini sejak awal tahun 2016 di San Francisco dan kini berniat mengimplementasikannya ke berbagai negara lain. Khusus untuk Rabu (7/9/2016) ini, fitur tersebut akan dirilis ke dalam aplikasi pengemudi di Jakarta, Indonesia; Bangalore, India; serta Singapura.
Dari data sensor dan GPS, Uber pun menyusun sebuah statistik untuk menganalisis perilaku mengemudi di suatu kota tertentu. Dalam statistik ini antara lain diperlihatan cara pengereman kendaraan, apakah kasar atau halus.
Inti dari semua pengumpulan data, statistik dan fitur tersebut adalah berusaha untuk membuat pengemudi Uber berkendara dengan cara yang aman. Tujuan utama fitur ini adalah memprediksi dan mengurangi kecelakaan di jalan. Namun saat ini belum ada efek tertentu pada akun pengemudi yang melanggar peringatan dari aplikasi.
Fitur ini bekerja dengan mengumpulkan data dan memahami mana yang normal dan tidak normal di jalanan kota tertentu. Apa yang mestinya dilakukan driver Uber dan apa yang tidak boleh dilakukan pengemudi. Aplikasi ini juga akan mendefinisikan cara mengerem yang kasar dan bagaimana rem yang halus, lalu behaviour seperti apa yang aman.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.