Pernahkan anda mencoba makan sate di warung sate Mbok Galak milik bapak Sudarto (66) saat main ke Solo? Kalau belum cobalah menikmati sajian warung sate Mbok Galak. Oh ya, Sudarto adalah suami dari almarhum Bu Galak yang memiliki nama asli Bu Sakiyem. Nah, saat jalan-jalan ke Solo jangan ragu mencoba kuliner Warung Sate Mbok Galak. Percayalah pelayan di warung tersebut tidak akan memarahi Anda ketika memesan makanan. Jujur, awalnya juga saya pikir orangnya judes pas melayani, tapi pas datang ternyata enggak galak. Justru standar pelayanan di Warung Sate Mbok Galak harus memberikan senyum kepada pelanggan. Sangat bertolak belakang dengan sebutan Mbok Galak. Dan enaknya lagi kalau mampir di Warung Sate Mbok Galak, bus jurusan Semarang dan Surabaya juga truck sering melewati depan warung sate yang terletak di pinggir jalan lintas provinsi tersebut. Suara mesin dan knalpot menjadi hiburan tersendiri bagi saya yang kebetulan penggemar bus dan truck. Dibawah ini saya sertakan foto pemilik Warung Sate Mbok Galak, bapak Sudarto (66) yang memegang sajian sate kambing.
Warung Sate Mbok Galak menyediakan kambing, tengkleng, gule, sate buntel, dan tongseng. Warung sate Mbok Galak beralamat di pinggir Jalan Mangun Sarkoro No. 122, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Pemilik Warung Sate Mbok Galak, Sudarto menjelaskan anggapan pelayan akan marah-marah sudah banyak ditanyakan oleh pengunjung. Ia sendiri hanya tersenyum ketika saya iseng-iseng menanyakan hal tersebut saat makan di Warung Sate Mbok Galak.
"Disebut Mbok Galak ini sebenarnya karena warung sate terletak di jalan besar. Dulu istri saya ngomong-nya kenceng dan keras ketika koordinasi sama pelayan. Jadi supaya kedengaran pesanannya, bukan karena marah-marah”, katanya.
Selain itu, ada kisah lain di balik nama Mbok Galak. Sudarto menceritakan, julukan Mbok Galak diberikan oleh salah satu bos agen salah satu rokok di daerah Singosaren, Solo, Jawa Tengah pada tahun 1983.
“Dia dulu sering pesen sate hingga ribuan tusuk untuk dibawa gudang rokok di daerah Palur, Solo bagian timur. Biasanya dia pesan pada akhir tahun,” ungkap Sudarto.
Ia mengingat, ketika diberikan julukan Mbok Galak, Sudarto bersama almarhum ibu Sakiyem langsung memesan spanduk. Kala itu pada tahun 1983, lokasi Warung Sate Mbok Galak berada di rumah bertingkat di seberang sebuah pom bensin di Jalan Mangun Sarkoro tak jauh dari tempat warung satenya saat ini.
“Warung sate ini kan tiga kali pindah tempat. Pertama dulu di rumah dekat gedung Graha Saba Buana. Kedua pindah di depan pom bensin, lalu terakhir tahun 1990 pindah ke tempat yang sekarang,” katanya mengakhiri cerita.
Warung Sate Mbok Galak menyediakan kambing, tengkleng, gule, sate buntel, dan tongseng. Warung sate Mbok Galak beralamat di pinggir Jalan Mangun Sarkoro No. 122, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Pemilik Warung Sate Mbok Galak, Sudarto menjelaskan anggapan pelayan akan marah-marah sudah banyak ditanyakan oleh pengunjung. Ia sendiri hanya tersenyum ketika saya iseng-iseng menanyakan hal tersebut saat makan di Warung Sate Mbok Galak.
"Disebut Mbok Galak ini sebenarnya karena warung sate terletak di jalan besar. Dulu istri saya ngomong-nya kenceng dan keras ketika koordinasi sama pelayan. Jadi supaya kedengaran pesanannya, bukan karena marah-marah”, katanya.
Selain itu, ada kisah lain di balik nama Mbok Galak. Sudarto menceritakan, julukan Mbok Galak diberikan oleh salah satu bos agen salah satu rokok di daerah Singosaren, Solo, Jawa Tengah pada tahun 1983.
“Dia dulu sering pesen sate hingga ribuan tusuk untuk dibawa gudang rokok di daerah Palur, Solo bagian timur. Biasanya dia pesan pada akhir tahun,” ungkap Sudarto.
Ia mengingat, ketika diberikan julukan Mbok Galak, Sudarto bersama almarhum ibu Sakiyem langsung memesan spanduk. Kala itu pada tahun 1983, lokasi Warung Sate Mbok Galak berada di rumah bertingkat di seberang sebuah pom bensin di Jalan Mangun Sarkoro tak jauh dari tempat warung satenya saat ini.
“Warung sate ini kan tiga kali pindah tempat. Pertama dulu di rumah dekat gedung Graha Saba Buana. Kedua pindah di depan pom bensin, lalu terakhir tahun 1990 pindah ke tempat yang sekarang,” katanya mengakhiri cerita.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.