Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Muhadjir Effendy mencetuskan sebuah konsep pendidikan yang dianggap kontroversial, Full Day School namanya. Konsep ini diterapkan untuk siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Baru dicetuskan ide itu langsung mendapat sorotan publik. Saya hanya akan menulis wacana Full Day School bagi para guru honorer.
Saya tertarik mengajak beberapa guru honorer untuk berbincang mengingat kita semua tahu kalau para honorer ini cuma di gaji sesuai kemampuan sekolah tempat mereka mengajar. Dan kebanyakan mereka masih punya pekerjaan lain untuk menambah penghasilan mereka. Dan inilah opini para guru honorer yang sempat saya ajak ngobrol:
1. Bayangkan, eselon III aja gajinya diatas tiga juta, sedangkan kita para honorer kebanyakan sebulan di bawah lima ratus ribu. Kalau diberlakukan full day school, bukan apa-apa, kita itu sehabis ngajar banyak yang kerja serabutan untuk nutupin keperluan, kalau ditambah jamnya terus gimana ?
2. Wacana full day school tidak relevan untuk diterapkan, karena selama ini tenaga honorer di semua sekolah, pada kenyataannya memegang lebih besar pekerjaan dibandingkan tenaga guru yang telah diangkat jadi ASN. Namun soal kesejahteraan, sangat berbanding terbalik. Saya pengennya Pemerintah cek ke lapangan, kita itu justru memegang pekerjaan lebih banyak, tapi jarang diperhatikan.
3. Rata-rata dari mereka menuntut adanya pelegalan profesi bagi para honorer oleh Pemkab, yang nantinya, diharapkan minimal setiap bulan ada sumbangsih Pemkab untuk meningkatkan kesejahteraan para tenaga honorer tingkat II. “Ya minimal kalau tidak UMK kita dapat tunjangan transport, dan gaji yang agak layak dari dari Pemerintah" kata mereka.
Saya tertarik mengajak beberapa guru honorer untuk berbincang mengingat kita semua tahu kalau para honorer ini cuma di gaji sesuai kemampuan sekolah tempat mereka mengajar. Dan kebanyakan mereka masih punya pekerjaan lain untuk menambah penghasilan mereka. Dan inilah opini para guru honorer yang sempat saya ajak ngobrol:
1. Bayangkan, eselon III aja gajinya diatas tiga juta, sedangkan kita para honorer kebanyakan sebulan di bawah lima ratus ribu. Kalau diberlakukan full day school, bukan apa-apa, kita itu sehabis ngajar banyak yang kerja serabutan untuk nutupin keperluan, kalau ditambah jamnya terus gimana ?
2. Wacana full day school tidak relevan untuk diterapkan, karena selama ini tenaga honorer di semua sekolah, pada kenyataannya memegang lebih besar pekerjaan dibandingkan tenaga guru yang telah diangkat jadi ASN. Namun soal kesejahteraan, sangat berbanding terbalik. Saya pengennya Pemerintah cek ke lapangan, kita itu justru memegang pekerjaan lebih banyak, tapi jarang diperhatikan.
3. Rata-rata dari mereka menuntut adanya pelegalan profesi bagi para honorer oleh Pemkab, yang nantinya, diharapkan minimal setiap bulan ada sumbangsih Pemkab untuk meningkatkan kesejahteraan para tenaga honorer tingkat II. “Ya minimal kalau tidak UMK kita dapat tunjangan transport, dan gaji yang agak layak dari dari Pemerintah" kata mereka.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.