Sudah kesekian kalinya saya menulis tentang Purwakarta dan bupatinya, Dedi Mulyadi. Ya, saya mengagumi konsep pemikiran beliau mengenai Desa Budaya. Selain itu Purwakarta juga kota keduaku setelah Kebumen dan saya 5 Tahun pegang KTP Purwakarta. Saya sangat mengagumi terobosan nyata yang dilakukan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, yang berhasil membawa wilayahnya lebih berkarakter. Berkat tangan dinginnya, daerah yang khas dengan sate maranggi ini telah menjadi kabupaten yang cukup diperhitungkan di Jawa Barat.
Langkah nyata Dedi dalam membangun desa sangat mengesankan. Bahkan, sejak mencetuskan program 9 Tangga Cinta Purwakarta Istimewa yang pada hakikatnya adalah membangun desa itu sendiri. Membangun desa pun tak sekadar mendirikan bangunan atau akses jalan semata, namun membangun seluruh aspek kehidupan. Mulai dari infrastruktur, membentuk sumberdaya masyarakat desa, hingga norma dan hukum yang berlaku di masyarakat desa.
Pada hakikatnya, desa menjadi akar pembangunan suatu Negara. Bila pembangunan di desa kuat, maka negara pun akan kuat. Sehingga maju dan berkembangnya suatu negara bergantung pada keberhasilan membangun desa. Bahkan, peradaban dunia pun berawal dari peradaban masyarakat desa.
Desa Budaya
Pemerintah Kabupaten Purwakarta membangun masyarakat melalui sistem berbasiskan budaya, di mana desa dibangun dengan kekuatan tradisi lokal yang kuat. Desa Budaya adalah revolusi mental ala Bupati Purwakarta untuk menata kehidupan desa agar lebih baik dan teratur. Kebijakannya sangat aplikatif, di antaranya menginstruksikan kepala desa untuk membuat Peraturan Desa secara otonom.
Desa Budaya juga mengatur perilaku masyarakatnya, yakni larangan membuang sampah sembarangan dengan sanksi bila ada yang melanggar maka Pemkab akan mencabut subsidi pendidikan dan kesehatan. Bahkan, masyarakat desa yang tidak ikut keluarga berencana, akan dicabut subsidinya.
Tak mengherankan bila Dedi adalah pertama kali seorang bupati mewakili Indonesia berbicara tentang budaya Sunda di forum PBB di New York.
Agustusan di Purwakarta Padukan Seni Budaya dan Militer
Tata-cara prosesi upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 71 di Purwakarta, Jawa Barat, juga memadukan unsur seni budaya tradisional Sunda dengan militer. Aroma itu terasa pada saat penyerahan bendera Merah Putih.
Upacara dilakukan di Pasanggrahan Pajajaran, Purwakarta. Pembawa bendera langsung menaiki sebuah kereta kencana yang diberi nama Nyi Malati yang ditarik dua ekor kuda, seorang joki dan empat anggota TNI dan tiga badega (petugas adat). Ada pun barisan Paskibraka, mengawalnya di belakang kereta kencana Nyi Malati.
Kereta kencana dengan kawalan Paskibraka dan militer itu, terus menyusuri ruas jalan Singawinata-Martadinata-Kusumahatmadja untuk disambut barisan inti Paskibraka dan memasuki Pasanggrahan Pajajaran atau alun-alun Kiansantang.
Dari situ, seorang anggota Paskibraka pembawa bendera pusaka Merah Putih langsung menyerahkannya kepada Sekretaris Daerah Dadan Koswara, selaku penanggung jawab pelaksanaan upacara peringatan HUT RI ke 71 Kabupaten Purwakarta.
Langkah nyata Dedi dalam membangun desa sangat mengesankan. Bahkan, sejak mencetuskan program 9 Tangga Cinta Purwakarta Istimewa yang pada hakikatnya adalah membangun desa itu sendiri. Membangun desa pun tak sekadar mendirikan bangunan atau akses jalan semata, namun membangun seluruh aspek kehidupan. Mulai dari infrastruktur, membentuk sumberdaya masyarakat desa, hingga norma dan hukum yang berlaku di masyarakat desa.
Pada hakikatnya, desa menjadi akar pembangunan suatu Negara. Bila pembangunan di desa kuat, maka negara pun akan kuat. Sehingga maju dan berkembangnya suatu negara bergantung pada keberhasilan membangun desa. Bahkan, peradaban dunia pun berawal dari peradaban masyarakat desa.
Desa Budaya
Pemerintah Kabupaten Purwakarta membangun masyarakat melalui sistem berbasiskan budaya, di mana desa dibangun dengan kekuatan tradisi lokal yang kuat. Desa Budaya adalah revolusi mental ala Bupati Purwakarta untuk menata kehidupan desa agar lebih baik dan teratur. Kebijakannya sangat aplikatif, di antaranya menginstruksikan kepala desa untuk membuat Peraturan Desa secara otonom.
Desa Budaya juga mengatur perilaku masyarakatnya, yakni larangan membuang sampah sembarangan dengan sanksi bila ada yang melanggar maka Pemkab akan mencabut subsidi pendidikan dan kesehatan. Bahkan, masyarakat desa yang tidak ikut keluarga berencana, akan dicabut subsidinya.
Tak mengherankan bila Dedi adalah pertama kali seorang bupati mewakili Indonesia berbicara tentang budaya Sunda di forum PBB di New York.
Agustusan di Purwakarta Padukan Seni Budaya dan Militer
Tata-cara prosesi upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia Ke 71 di Purwakarta, Jawa Barat, juga memadukan unsur seni budaya tradisional Sunda dengan militer. Aroma itu terasa pada saat penyerahan bendera Merah Putih.
Upacara dilakukan di Pasanggrahan Pajajaran, Purwakarta. Pembawa bendera langsung menaiki sebuah kereta kencana yang diberi nama Nyi Malati yang ditarik dua ekor kuda, seorang joki dan empat anggota TNI dan tiga badega (petugas adat). Ada pun barisan Paskibraka, mengawalnya di belakang kereta kencana Nyi Malati.
Kereta kencana dengan kawalan Paskibraka dan militer itu, terus menyusuri ruas jalan Singawinata-Martadinata-Kusumahatmadja untuk disambut barisan inti Paskibraka dan memasuki Pasanggrahan Pajajaran atau alun-alun Kiansantang.
Dari situ, seorang anggota Paskibraka pembawa bendera pusaka Merah Putih langsung menyerahkannya kepada Sekretaris Daerah Dadan Koswara, selaku penanggung jawab pelaksanaan upacara peringatan HUT RI ke 71 Kabupaten Purwakarta.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.