Saya rasa semua sekolah SMP pada umumnya melarang anak didik mereka membawa atau mengendarai motor ke sekolahnya. Tetapi peraturan sepertinya tinggal lah peraturan. Larangan tampaknya sudah banyak dilanggar. Masih banyaknya siswa SMP yang membawa motor ke sekolah menjadi bukti betapa peraturan mudah sudah diabaikan.
Seperti sebut saja Budi, siswa salah satu SMP Negeri. Kepada saya Budi mengaku dibolehkan oleh orangtuanya untuk membawa motor. "Kalau sama orangtua boleh, buat sekolah". Budi mengatakan setiap membawa motor ke sekolah memarkirkan motornya di salah satu lahan parkir dekat sekolah.
Budi juga mengaku, belum memiliki SIM karena usianya yang belum cukup. "Belum bikin. Kan umurnya masih 16, masih setahun lagi," katanya santai. Ketika saya tanya alasan kenapa membawa motor, Budi berdalih membawa motor karena kalau naik angkot akan terlalu lama akibat tidak memadainya sarana dan prasarana angkutan publik. "Naik angkot ngetem nya terlalu lama," akunya.
Anak SMP Naik Motor Karena Gaya Hidup
Banyak yang berpendapat anak di bawah umur menggunakan sepeda motor pergi ke sekolah diakibatkan tidak memadainya sarana dan prasarana angkutan umum, seperti juga pengakuan Budi diatas.
Menurut saya banyaknya anak SMP mengendarai motor dengan alasan angkutan umum tidak memadai, saya rasa itu tidak tepat. Sekarang setiap sudut ada angkutan umum. Penyebab utama banyaknya anak SMP mengendarai motor akibat pengaruh gaya hidup.
Orang Tua Harusnya Tegas Larang Anak Naik Motor
Perilaku anak SMP yang senang naik motor ke sekolah tidak bisa lepas dari peran orangtua. Sedihnya sering saya temui ada orangtua yang justru senang jika anak mereka yang belum cukup umur bisa mengendarai motornya sendiri.
Seharusnya orang tua tegas dan tega anaknya jangan mengendarai motor dulu sebelum memiliki SIM. Barangkali jika si anak telah cukup umur tentunya tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi pemandangan yang memprihatinkan saat ini adalah para orang tua telah mengajari anak-anaknya untuk membawa motor, meski anak tersebut masih duduk di bangku SD atau SMP. Seolah para orang tua merasa bangga bila melihat anaknya yang masih belum cukup umur sudah lihai membawa motor di jalan raya.
Dan saya rasa tindakan orang tua semacam itu sangat berbahaya, bukan wujud rasa sayang orang tua kepada anaknya. Malah sebaliknya, mencelakakan anak sendiri bahkan orang lain.
Miris Melihat Cara Anak SMP Mengendarai Motor
Saya hampir setiap hari melihat pemandangan miris anak SMP naik motor. Saya sering melihat dengan anak SMP yang mengenarai motor ke sekolah. Miris lagi mereka tidak pakai helm, menghisap rokok, berboncengan 3 dan tidak mengerti etika berkendara di jalan. Misalnya ngebut, menyalip kendaraan lain yang posisi kendaraan lain itu sedang menyalip. Itu semua jelas sangat berbahaya bagi keselamatan.
Semoga tulisan ini bisa mengurangi fenomena ini dan bisa menggugah pihak terkait antara orang tua, sekolah dan kepolisian. Dengan dalih apapun hal ini dominan melanggar aturan, terutama belum punya SIM.
Satu hal lagi yakni menegakkan aturan sekolah tentang tidak diperkenankannya siswa-siswinya mengendarai motor sendiri ke sekolah, dan menyosialisasikan pada orangtua tentang bahayanya anak belum cukup umur naik motor.
Mengizinkan buah hati yang masih di bawah umur membawa dan mengendarai motor di jalan raya, bukanlah wujud kasih sayang orang tua yang benar. Memang, tak ada yang pernah meminta akan datangnya musibah, seandainya musibah itu terjadi pada buah hati kita, siapa yang akan sedih? Sebelum kita menyesali atas apa yang telah terjadi, marilah kita luangkan waktu untuk memberikan kasih sayang yang benar kepada anak kita.
Seperti sebut saja Budi, siswa salah satu SMP Negeri. Kepada saya Budi mengaku dibolehkan oleh orangtuanya untuk membawa motor. "Kalau sama orangtua boleh, buat sekolah". Budi mengatakan setiap membawa motor ke sekolah memarkirkan motornya di salah satu lahan parkir dekat sekolah.
Budi juga mengaku, belum memiliki SIM karena usianya yang belum cukup. "Belum bikin. Kan umurnya masih 16, masih setahun lagi," katanya santai. Ketika saya tanya alasan kenapa membawa motor, Budi berdalih membawa motor karena kalau naik angkot akan terlalu lama akibat tidak memadainya sarana dan prasarana angkutan publik. "Naik angkot ngetem nya terlalu lama," akunya.
Anak SMP Naik Motor Karena Gaya Hidup
Banyak yang berpendapat anak di bawah umur menggunakan sepeda motor pergi ke sekolah diakibatkan tidak memadainya sarana dan prasarana angkutan umum, seperti juga pengakuan Budi diatas.
Menurut saya banyaknya anak SMP mengendarai motor dengan alasan angkutan umum tidak memadai, saya rasa itu tidak tepat. Sekarang setiap sudut ada angkutan umum. Penyebab utama banyaknya anak SMP mengendarai motor akibat pengaruh gaya hidup.
Orang Tua Harusnya Tegas Larang Anak Naik Motor
Perilaku anak SMP yang senang naik motor ke sekolah tidak bisa lepas dari peran orangtua. Sedihnya sering saya temui ada orangtua yang justru senang jika anak mereka yang belum cukup umur bisa mengendarai motornya sendiri.
Seharusnya orang tua tegas dan tega anaknya jangan mengendarai motor dulu sebelum memiliki SIM. Barangkali jika si anak telah cukup umur tentunya tidak akan menjadi masalah. Akan tetapi pemandangan yang memprihatinkan saat ini adalah para orang tua telah mengajari anak-anaknya untuk membawa motor, meski anak tersebut masih duduk di bangku SD atau SMP. Seolah para orang tua merasa bangga bila melihat anaknya yang masih belum cukup umur sudah lihai membawa motor di jalan raya.
Dan saya rasa tindakan orang tua semacam itu sangat berbahaya, bukan wujud rasa sayang orang tua kepada anaknya. Malah sebaliknya, mencelakakan anak sendiri bahkan orang lain.
Miris Melihat Cara Anak SMP Mengendarai Motor
Saya hampir setiap hari melihat pemandangan miris anak SMP naik motor. Saya sering melihat dengan anak SMP yang mengenarai motor ke sekolah. Miris lagi mereka tidak pakai helm, menghisap rokok, berboncengan 3 dan tidak mengerti etika berkendara di jalan. Misalnya ngebut, menyalip kendaraan lain yang posisi kendaraan lain itu sedang menyalip. Itu semua jelas sangat berbahaya bagi keselamatan.
Semoga tulisan ini bisa mengurangi fenomena ini dan bisa menggugah pihak terkait antara orang tua, sekolah dan kepolisian. Dengan dalih apapun hal ini dominan melanggar aturan, terutama belum punya SIM.
Satu hal lagi yakni menegakkan aturan sekolah tentang tidak diperkenankannya siswa-siswinya mengendarai motor sendiri ke sekolah, dan menyosialisasikan pada orangtua tentang bahayanya anak belum cukup umur naik motor.
Mengizinkan buah hati yang masih di bawah umur membawa dan mengendarai motor di jalan raya, bukanlah wujud kasih sayang orang tua yang benar. Memang, tak ada yang pernah meminta akan datangnya musibah, seandainya musibah itu terjadi pada buah hati kita, siapa yang akan sedih? Sebelum kita menyesali atas apa yang telah terjadi, marilah kita luangkan waktu untuk memberikan kasih sayang yang benar kepada anak kita.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.