Munculnya beberapa buaya di Kali Bodo yang berlokasi di Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen semakin melengkapi kekayaan jenis satwa yang dimiliki kota berjuluk Beriman ini. Lokasi sungai ini menjadi perbatasan antara Kabupaten Kebumen dengan Cilacap. Kebumen, seperti kita ketahui bersama, mempunyai puluhan goa dan pantai baik yang sudah di eksplore maupun belum. Nah, dengan munculnya buaya ini menambah daya tarik wisatawan untuk datang ke Kebumen dan menurut saya bisa kita manfaatkan sebagai tempat tujuan wisata dan penangkaran buaya. Hasilnya kan lumayan bisa menambah PAD Kebumen juga menambah penghasilan warga sekitar. Apalagi kawasan tersebut dekat dengan kawasan wisata di sekitar kecamatan Ayah.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya dari mana asal buaya tersebut dan dari jenis apa. Berdasarkan pengamatan saya, buaya tersebut merupakan jenis buaya muara (crocodile porosis). Buaya tersebut juga sepertinya asli dari sungai Bodo, bukan karena di taruh sama orang iseng. Buaya jenis ini, kebanyakan hidup di muara atau sungai-sungai di Pulau Jawa. Jenis buaya ini bisa cepat berkembang biak, asalkan daya dukung habitat mereka ada.
Dedi Rusyanto, petugas polisi hutan Balai Konservasi Satwa Daerah (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah menambahkan, sangat mungkin jumlah buaya yang hidup di Kali Bodo itu cukup banyak. “Kalau pengamatan kami, di Kali Bodo ini tersedia daya dukung bagi habitat buaya jenis muara. Jumlahnya bisa lumayan banyak,” tutur Dedi. Jika memang jumlahnya banyak, kata Dedi, mereka cukup nyaman dan karena makanannya di sungai tersebut sangat cukup.
Pihaknya belum bisa memastikan apakah nantinya Kali Bodo akan dijadikan penangkaran buaya jenis muara atau sebaliknya, buaya-buaya tersebut akan ditangkap. “Jika ternyata nantinya setelah dilakukan penelitian dan pengamatan habitat buaya ini sudah terlanjur banyak, bukan tidak mungkin Kali Bodo bisa diusulkan sebagai lokasi pelestarian satwa buaya.
Tentu saja harus didukung dengan sarana prasarana keamanan bagi masyarakat setempat,” beber Dedi. Uniknya, kata Dedi, komentar warga di sekitar Kali Bodo sangat beragam. Ada yang merasa khawatir dan takut jika suatu saat keberadaan buaya-buaya tersebut bisa membahayakan bagi warga sekitar.
“Namun banyak juga warga yang menghendaki agar Kali Bodo dijadikan tempat penangkaran buaya sekaligus sebagai tempat wisata satwa buaya. Kita lihat saja ke depannya nanti,” ujarnya. Meski saat ini keberadaan buaya-buaya itu masih kecukupan daya dukung habitatnya, masyarakat tetap diimbau untuk berhati-hati jika berada di Kali Bodo. “Asal makanannya cukup dan tidak terusik, untuk sementara aman,” tandas Dedi.
Saya pribadi sependapat dengan paparan pak Dedi Rusyanto. Biarkan saja buaya itu hidup di kali Bodo. Masyarakat di sekitar muara Kali Bodo tidak usah mengusik dan mengganggu kawanan buaya muara tersebut. Sikap agresif kawanan buaya biasanya akibat ulah warga yang usil bahkan melukai beberapa di antara mereka.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya dari mana asal buaya tersebut dan dari jenis apa. Berdasarkan pengamatan saya, buaya tersebut merupakan jenis buaya muara (crocodile porosis). Buaya tersebut juga sepertinya asli dari sungai Bodo, bukan karena di taruh sama orang iseng. Buaya jenis ini, kebanyakan hidup di muara atau sungai-sungai di Pulau Jawa. Jenis buaya ini bisa cepat berkembang biak, asalkan daya dukung habitat mereka ada.
Dedi Rusyanto, petugas polisi hutan Balai Konservasi Satwa Daerah (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah menambahkan, sangat mungkin jumlah buaya yang hidup di Kali Bodo itu cukup banyak. “Kalau pengamatan kami, di Kali Bodo ini tersedia daya dukung bagi habitat buaya jenis muara. Jumlahnya bisa lumayan banyak,” tutur Dedi. Jika memang jumlahnya banyak, kata Dedi, mereka cukup nyaman dan karena makanannya di sungai tersebut sangat cukup.
Pihaknya belum bisa memastikan apakah nantinya Kali Bodo akan dijadikan penangkaran buaya jenis muara atau sebaliknya, buaya-buaya tersebut akan ditangkap. “Jika ternyata nantinya setelah dilakukan penelitian dan pengamatan habitat buaya ini sudah terlanjur banyak, bukan tidak mungkin Kali Bodo bisa diusulkan sebagai lokasi pelestarian satwa buaya.
Tentu saja harus didukung dengan sarana prasarana keamanan bagi masyarakat setempat,” beber Dedi. Uniknya, kata Dedi, komentar warga di sekitar Kali Bodo sangat beragam. Ada yang merasa khawatir dan takut jika suatu saat keberadaan buaya-buaya tersebut bisa membahayakan bagi warga sekitar.
“Namun banyak juga warga yang menghendaki agar Kali Bodo dijadikan tempat penangkaran buaya sekaligus sebagai tempat wisata satwa buaya. Kita lihat saja ke depannya nanti,” ujarnya. Meski saat ini keberadaan buaya-buaya itu masih kecukupan daya dukung habitatnya, masyarakat tetap diimbau untuk berhati-hati jika berada di Kali Bodo. “Asal makanannya cukup dan tidak terusik, untuk sementara aman,” tandas Dedi.
Saya pribadi sependapat dengan paparan pak Dedi Rusyanto. Biarkan saja buaya itu hidup di kali Bodo. Masyarakat di sekitar muara Kali Bodo tidak usah mengusik dan mengganggu kawanan buaya muara tersebut. Sikap agresif kawanan buaya biasanya akibat ulah warga yang usil bahkan melukai beberapa di antara mereka.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.