PO Sumber Selamat dan atau PO Sugeng Rahayu sangatlah istimewa di mata saya. Walaupun pernah bercitra buruk di sebagian masyarakat, perusahaan ini tetap memiliki penumpang. Sumber Selamat merupakan nama pengganti Sumber Kencono, yang tercatat beberapa kali mengalami kecelakaan maut, yang mengakibatkan hilangya nyawa (sumber: http://www.tempo.co/read/news/2012/03/19/180391217/Ganti-Nama-Bus-Sumber-Kencono-Tetap-Kecelakaan). Menurut saya, ganti nama Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu tak berarti apapun kalau hanya sekedar ganti nama. Mereka berubah karena mereka bekerja keras untuk berubah. Penggantian nama tersebut hanya sekedar menghapus citra buruk saja agar segera di lupakan sebagian masyarakat, dan yang merubah adalah kemauan untuk berubah.
Seandainya tanpa ganti nama pun mereka tetap memiliki penumpang. Hal tersebut terkait dengan kebutuhan dasar transportasi yaitu untuk memindahkan kita ke tempat yang ingin kita tuju dengan segera (cepat), murah, aman dan nyaman. Dari faktor dasar tersebut kemudian ada berbagai faktor yang kemudian mempengaruhi keputusan untuk memilih perusahaan ini, misalnya kebutuhan waktu terkait trayek/rute yang tersedia di jam tersebut. Jangan lupakan juga faktor fanatisme terhadap bus Sugeng Rahayu, kalau tidak naik bus ini tidak cepat sampai tujuan misalnya.
Dari sini kita belajar dari bus Sumber Kencono ini. Kita bisa melihat bagaimana manajemen bekerja keras memperbaiki citra perusahaan.
Coba sekarang kita lihat hasilnya. PO Sugeng Rahayu tak lagi dikenal karena sopir-sopir ngugalnya. Hal ini karena ada beberapa aspek yang diperbaiki manajemen Sumber Group.
Pertama, aspek teknis dengan mengubah waktu kerja atau shift kerja sopir yang tidak memberatkan.
Kedua, menajemen mengubah aspek financial. Dalam hal ini perubahan sistem pembagian hasil. Bentuk evaluasi yang dilakukan manajemen lebih pada bentuk kepedulian manajemen dengan kru bus dengan meningkatkan upah.
Selain itu, sebagai langkah efisiensi biaya manajemen memerpendek jalur trayek pada jam tertentu dan juga pengalihan jalur untuk trayek Surabaya-Semarang lewat Karangjati tidak lewat Madiun seperti bus lainnya.
Ketiga, aspek manajerial dan administrasi. Aspek ini lebih pada peningkatan kualitas sumber daya manusia perusahaan, khususnya sopir. Pembinaan ini merupakan kerjasama dengan Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur.
Keempat, aspek sosial budaya yang melibatkan kontribusi masyarakat. Bentuknya berupa partisipasi masyarakat sebagai pengawas pelayanan PO Sumber Group. Dengan adanya pengawasan tersebut, pelayanan bisa meningkat dan mempersempit ruang gerak sopir untuk ugal-ugalan di jalan.
Hasilnya, walaupun kecelakaan masih terjadi, jumlah kecelakaan yang melibatkan PO Sumber Group bisa ditekan serendah mungkin. Empat aspek tersebut diatas nyata-nyata berhasil mengangkat citra Sumber Group. Jelas, bukan hanya karena berganti nama menjadi PO Sumber Selamat dan PO Sugeng Rahayu.
Seandainya tanpa ganti nama pun mereka tetap memiliki penumpang. Hal tersebut terkait dengan kebutuhan dasar transportasi yaitu untuk memindahkan kita ke tempat yang ingin kita tuju dengan segera (cepat), murah, aman dan nyaman. Dari faktor dasar tersebut kemudian ada berbagai faktor yang kemudian mempengaruhi keputusan untuk memilih perusahaan ini, misalnya kebutuhan waktu terkait trayek/rute yang tersedia di jam tersebut. Jangan lupakan juga faktor fanatisme terhadap bus Sugeng Rahayu, kalau tidak naik bus ini tidak cepat sampai tujuan misalnya.
Dari sini kita belajar dari bus Sumber Kencono ini. Kita bisa melihat bagaimana manajemen bekerja keras memperbaiki citra perusahaan.
Coba sekarang kita lihat hasilnya. PO Sugeng Rahayu tak lagi dikenal karena sopir-sopir ngugalnya. Hal ini karena ada beberapa aspek yang diperbaiki manajemen Sumber Group.
Pertama, aspek teknis dengan mengubah waktu kerja atau shift kerja sopir yang tidak memberatkan.
Kedua, menajemen mengubah aspek financial. Dalam hal ini perubahan sistem pembagian hasil. Bentuk evaluasi yang dilakukan manajemen lebih pada bentuk kepedulian manajemen dengan kru bus dengan meningkatkan upah.
Selain itu, sebagai langkah efisiensi biaya manajemen memerpendek jalur trayek pada jam tertentu dan juga pengalihan jalur untuk trayek Surabaya-Semarang lewat Karangjati tidak lewat Madiun seperti bus lainnya.
Ketiga, aspek manajerial dan administrasi. Aspek ini lebih pada peningkatan kualitas sumber daya manusia perusahaan, khususnya sopir. Pembinaan ini merupakan kerjasama dengan Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur.
Keempat, aspek sosial budaya yang melibatkan kontribusi masyarakat. Bentuknya berupa partisipasi masyarakat sebagai pengawas pelayanan PO Sumber Group. Dengan adanya pengawasan tersebut, pelayanan bisa meningkat dan mempersempit ruang gerak sopir untuk ugal-ugalan di jalan.
Hasilnya, walaupun kecelakaan masih terjadi, jumlah kecelakaan yang melibatkan PO Sumber Group bisa ditekan serendah mungkin. Empat aspek tersebut diatas nyata-nyata berhasil mengangkat citra Sumber Group. Jelas, bukan hanya karena berganti nama menjadi PO Sumber Selamat dan PO Sugeng Rahayu.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.