Percayalah kalau uang itu aneh. Orang yang tidak punya uang berupaya keras untuk mendapatkannya. Sedangkan orang yang memilikinya selalu penuh dengan masalah. Kutipan tersebut muncul dari idola saya, mendiang bintang Formula 1 (F1) Ayrton Senna. Itu kutipan yang mungkin sederhana, tapi bisa lebih dipahami kalau kita sadar dari mana seorang Senna berasal.
Senna lahir dari keluarga kaya di Brasil, yang mampu membiayai kariernya sehingga bisa masuk F1. Ketika di F1, dia menjadi kaya sendiri tanpa orang tuanya, menjadi salah satu bintang terbesar di dunia. Jadi, Senna mungkin berada dalam posisi unik. Di satu sisi, dia mungkin tidak harus berupaya keras untuk mendapatkan uang. Di sisi lain, dia harus bekerja keras untuk meraih juara dan menjadi bintang besar, yang kemudian mendatangkan banyak uang.
Entah berapa persentasenya, anak orang kaya yang ”berhasil” dan anak orang kaya yang ”tidak berhasil”. Mengapa saya taruh dalam tanda kutip, karena definisi ”berhasil”-nya macam-macam. Ada yang dianggap ”berhasil” karena mampu mendapatkan uang lebih banyak daripada orang tuanya. Ada yang dianggap ”berhasil” karena mampu berkarya/berprestasi mengalahkan orang tuanya, walau mungkin tidak menghasilkan uang sebanyak orang tuanya.
Apa pun definisinya, yang penting ”berhasil”. Nah, yang ”tidak berhasil”? Banyak orang bilang, apel jatuh tidak jauh dari pohonnya. Banyak juga yang bilang, like father like son. Jadi, itu mungkin termasuk generalisasi. Mungkin apel tertiup angin jatuh di tempat yang jauh. Mungkin gen ayahnya loncat bukan ke anak, melainkan ke cucu.
Selama ini, kita banyak dicekoki cerita-cerita orang sukses. Cerita-cerita anak orang sukses yang juga sukses. Walau mungkin ceritanya tidak detail, karena mungkin banyak juga hal-hal yang tidak bisa diceritakan. Jarang ada cerita orang tidak sukses. Kadang kita kenal banyak orang yang tidak sukses, tapi tidak tega mau menuliskan ceritanya untuk disebarluaskan, menjadi pelajaran bagi banyak orang. Seandainya kita tega, dan cerita-cerita gagal itu banyak dituliskan, toko-toko buku mungkin akan berubah. Dinding yang berisi buku-buku orang ”gagal” akan jauh lebih lebar daripada yang ”sukses”. Apalagi, ada banyak sekali anak muda yang butuh cerita-cerita itu. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi supaya bisa terus ”menginjak bumi”. Yang paling butuh? Mungkin anak-anak yang orang tuanya sudah ”berduit”.
Ini kan jadi nyambung kalau uang itu juga mendatangkan masalah. Ini yang saya lihat dari anak-anak orang berduit. Mereka ini punya peluang lebih banyak untuk melakukan apa saja. Mereka ini punya kesempatan lebih mudah untuk membeli apa saja. Dan mereka lebih rentan mengalami perasaan ”invincibility” alias perasaan ”tidak bisa terkalahkan”. Bagaimana bisa begitu? Mau salah beli, uang hilang bukan masalah. Mau salah berbuat, ada uang untuk mengatasi masalahnya, atau ada orang yang bisa membantu menyelesaikan masalahnya.
Senna lahir dari keluarga kaya di Brasil, yang mampu membiayai kariernya sehingga bisa masuk F1. Ketika di F1, dia menjadi kaya sendiri tanpa orang tuanya, menjadi salah satu bintang terbesar di dunia. Jadi, Senna mungkin berada dalam posisi unik. Di satu sisi, dia mungkin tidak harus berupaya keras untuk mendapatkan uang. Di sisi lain, dia harus bekerja keras untuk meraih juara dan menjadi bintang besar, yang kemudian mendatangkan banyak uang.
Entah berapa persentasenya, anak orang kaya yang ”berhasil” dan anak orang kaya yang ”tidak berhasil”. Mengapa saya taruh dalam tanda kutip, karena definisi ”berhasil”-nya macam-macam. Ada yang dianggap ”berhasil” karena mampu mendapatkan uang lebih banyak daripada orang tuanya. Ada yang dianggap ”berhasil” karena mampu berkarya/berprestasi mengalahkan orang tuanya, walau mungkin tidak menghasilkan uang sebanyak orang tuanya.
Apa pun definisinya, yang penting ”berhasil”. Nah, yang ”tidak berhasil”? Banyak orang bilang, apel jatuh tidak jauh dari pohonnya. Banyak juga yang bilang, like father like son. Jadi, itu mungkin termasuk generalisasi. Mungkin apel tertiup angin jatuh di tempat yang jauh. Mungkin gen ayahnya loncat bukan ke anak, melainkan ke cucu.
Selama ini, kita banyak dicekoki cerita-cerita orang sukses. Cerita-cerita anak orang sukses yang juga sukses. Walau mungkin ceritanya tidak detail, karena mungkin banyak juga hal-hal yang tidak bisa diceritakan. Jarang ada cerita orang tidak sukses. Kadang kita kenal banyak orang yang tidak sukses, tapi tidak tega mau menuliskan ceritanya untuk disebarluaskan, menjadi pelajaran bagi banyak orang. Seandainya kita tega, dan cerita-cerita gagal itu banyak dituliskan, toko-toko buku mungkin akan berubah. Dinding yang berisi buku-buku orang ”gagal” akan jauh lebih lebar daripada yang ”sukses”. Apalagi, ada banyak sekali anak muda yang butuh cerita-cerita itu. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi supaya bisa terus ”menginjak bumi”. Yang paling butuh? Mungkin anak-anak yang orang tuanya sudah ”berduit”.
Ini kan jadi nyambung kalau uang itu juga mendatangkan masalah. Ini yang saya lihat dari anak-anak orang berduit. Mereka ini punya peluang lebih banyak untuk melakukan apa saja. Mereka ini punya kesempatan lebih mudah untuk membeli apa saja. Dan mereka lebih rentan mengalami perasaan ”invincibility” alias perasaan ”tidak bisa terkalahkan”. Bagaimana bisa begitu? Mau salah beli, uang hilang bukan masalah. Mau salah berbuat, ada uang untuk mengatasi masalahnya, atau ada orang yang bisa membantu menyelesaikan masalahnya.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.