Modal memang sering menjadi hambatan bagi mereka yang baru merintis usaha. Banyak yang mengandalkan roda bisnisnya dengan modal dari pinjaman perbankan, namun ada juga yang sebaliknya, tidak menggunakan pinjaman dari bank sama sekali. Seperti yang dilakukan oleh Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Bahlil Lahadalia.
Bahlil yang berasal dari Fakfak, Papua Barat, kini sedikitnya sudah punya 5 perusahaan. Hebatnya saat membangun awal bisnis kontraktornya ia sama sekali tak meminjam uang dari bank. Ia hanya mendapatkan modal kepercayaan dan jaringan yang terjalin baik, seperti yang ia alami saat memulai jadi pengusaha sebagai kontraktor di daerah. Uniknya lagi ia justru memulai karir sebagai seorang sopir angkot sebelum kemudian banting stir merintis usaha sendiri. Ia mengaku punya alasan tersendiri memandang karakter bank-bank di Indonesia.
“Saya itu dari awal bisnis nggak mau pakai bank, terakhir 2009, bukan saya yang ke bank, bank yang ke saya. Saya nggak pernah merengek,” tegas Bahlil.
Ia mengakui sebagai pengusaha pemula di Indonesia tak mudah, kalangan perbankan umumnya tak gampang percaya memberikan pinjaman untuk memulai usaha. Namun sebaliknya, saat seseorang menjadi pengusaha sukses maka antrean tawaran pinjaman modal pun berdatangan. Ia punya prinsip harus sejajar dengan bank, tak boleh lemah didikte oleh bank.
Bahlil mengatakan karakter bankir di Indonesia memang jauh berbeda dengan di luar negeri. Ia mengatakan bila bank di luar negeri, posisi tawar bank dan pengusaha sejajar.
Mereka juga menganut prinsip memberikan kredit untuk membangun bisnis, ketika pengusaha besar, maka banknya juga ikut besar, sedangkan di Indonesia justru sebaliknya.
Ia mengungkapkan menjadi pengusaha pemula di Indonesia memang tak mudah karena kehadiran negara masih minim untuk mendukung pengusaha pemula. Di India ijazah lulusan S-1 bisa menjadi jaminan pinjaman di bank. Pola semacam ini sebenarnya bisa diterapkan di Indonesia namun tak perlu sama persis yang penting bisa memberikan akses kepada pengusaha pemula.
Bahlil mengkritik soal negara tak banyak hadir dalam mendukung pengusaha pemula di Indonesia. Padahal Indonesia masih kekurangan jumlah pengusaha. Hipmi, sudah sejak lama melakukan pendampingan kepada calon pengusaha sejak di bangku kuliah dengan membentuk Hipmi Perguruan Tinggi (Hipmi PT).
Sumber: DetikFINANCE
Bahlil yang berasal dari Fakfak, Papua Barat, kini sedikitnya sudah punya 5 perusahaan. Hebatnya saat membangun awal bisnis kontraktornya ia sama sekali tak meminjam uang dari bank. Ia hanya mendapatkan modal kepercayaan dan jaringan yang terjalin baik, seperti yang ia alami saat memulai jadi pengusaha sebagai kontraktor di daerah. Uniknya lagi ia justru memulai karir sebagai seorang sopir angkot sebelum kemudian banting stir merintis usaha sendiri. Ia mengaku punya alasan tersendiri memandang karakter bank-bank di Indonesia.
“Saya itu dari awal bisnis nggak mau pakai bank, terakhir 2009, bukan saya yang ke bank, bank yang ke saya. Saya nggak pernah merengek,” tegas Bahlil.
Ia mengakui sebagai pengusaha pemula di Indonesia tak mudah, kalangan perbankan umumnya tak gampang percaya memberikan pinjaman untuk memulai usaha. Namun sebaliknya, saat seseorang menjadi pengusaha sukses maka antrean tawaran pinjaman modal pun berdatangan. Ia punya prinsip harus sejajar dengan bank, tak boleh lemah didikte oleh bank.
Bahlil mengatakan karakter bankir di Indonesia memang jauh berbeda dengan di luar negeri. Ia mengatakan bila bank di luar negeri, posisi tawar bank dan pengusaha sejajar.
Mereka juga menganut prinsip memberikan kredit untuk membangun bisnis, ketika pengusaha besar, maka banknya juga ikut besar, sedangkan di Indonesia justru sebaliknya.
Ia mengungkapkan menjadi pengusaha pemula di Indonesia memang tak mudah karena kehadiran negara masih minim untuk mendukung pengusaha pemula. Di India ijazah lulusan S-1 bisa menjadi jaminan pinjaman di bank. Pola semacam ini sebenarnya bisa diterapkan di Indonesia namun tak perlu sama persis yang penting bisa memberikan akses kepada pengusaha pemula.
Bahlil mengkritik soal negara tak banyak hadir dalam mendukung pengusaha pemula di Indonesia. Padahal Indonesia masih kekurangan jumlah pengusaha. Hipmi, sudah sejak lama melakukan pendampingan kepada calon pengusaha sejak di bangku kuliah dengan membentuk Hipmi Perguruan Tinggi (Hipmi PT).
Sumber: DetikFINANCE
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.