Batu Lava Bantal
Lazimnya, lava bantal terbentuk akibat dari erupsi atau lelehan lava (eruptions with relatively low effusion rates) yang bersentuhan langsung dengan media air laut. Proses pembekuan yang tiba-tiba akibat kontak langsung dengan masa air laut ini, menyebabkan bentukan mineral-mineralnya tidak terpilah dengan baik, namun tubuh lavanya membentuk geometri mirip bantal sehingga disebut lava bantal (pillow lava). Proses terbentuknya lava bantal adalah saat mengalir dan mengalami pendinginan serentak oleh air laut, selanjutnya bagian kulitnya langsung membeku dan tertahan tekanan hidrostatis sehingga membentuk batuan beku membulat atau melonjong. Bentuknya bulat lonjong inilah yang disebut lava bantal dan pada umumnya berkomposisi basalt yang bersifat asam.
Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, lava bantal ini terbentuk pada zona pemekaran lantai samudera (sea floor spreading) sebagai bagian kegiatan vulkanik bawah laut. Ciri fisik batuan ini adalah membentuk pola bantal, berwarna hitam, keras, bertekstur afanitik. Saat ini, singkapan batuan lava bantal di kali Muncar berwujud dinding lava hampir tegak karena telah mengalami pengangkatan dan pensesaran yang dicirikan adanya kekar dan cermin sesar sebagai konsekuensi dari aktifitas tektonik yang cukup kuat.
Menurut pakar geologi Prof. Emmy Suparka (1988), berdasarkan pentarikhan penentuan umur absolut menggunakan metoda radiometrik K/Ar, batuan ini berumur 81 juta tahun atau terbentuk pada zaman Kapur Akhir. Batuan ini lebih muda dari batuan tertua yang ditemukan di pulau Jawa yaitu batuan metamorfik batu sekis mika di Kompleks Melange Luk Ulo yang berumur 117 juta tahun atau terbentuk pada zaman Kapur Awal (Ketner, dkk, 1976).
Batu Rijang dan Lempung Merah Karbonatan
Batuan sedimen laut berwarna merah ditemukan melampar selaras di atas batuan lava bantal. Batuan sedimen ini merupakan perlapisan selang-seling antara rijang (chert) dan lempung merah karbonatan. Batuan rijang lazimnya diendapkan pada lantai samudera (laut dalam), sedangkan lapisan lempung merah gampingan lazim diendapkan pada laut dangkal.
Batu rijang yaitu sedimen pelagik laut dalam ini terbentuk di bawah batas lapisan Carbonate Compensation Depth (CCD), atau pada kedalaman laut lebih dari 4200 meter, karena pada kedalaman ini bahan kimia yang mengandung karbonat atau kalsit (CaCO3) akan terlarut seluruhnya sehingga batuan sedimen yang terbentuk tidak bersifat karbonatan. Umumnya, sedimen yang terbentuk pada kedalaman di bawah CCD ini bersifat silikaan (SiO2).
Rijang yang ditemukan ini umumnya berwarna merah gelap karena mengandung unsur besi dan dominan berisi fosil radiolaria, diperkirakan berumur 80 juta tahun atau terbentuk pada zaman Kapur Akhir. Sebetulnya, batuan lantai samudera ini pada saat terbentuknya melampar horizontal, tetapi karena telah mengalami pengangkatan dan pensesaran akibat kompresi gaya tektonik yang cukup kuat maka posisinya saat ini membentuk dinding tegak (vertikal).
Batu lempung karbonatan berwarna merah terang tersusun oleh dominan cangkang radiolaria, bersifat karbonatan, keras dan memperlihatkan struktur laminasi. Kedua batuan sedimen ini memiliki struktur yang berbeda: batu lempung merah karbonatan berbutir klastik halus, sedangkan batu rijang kenampakannya lebih merah-mengkilap.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.