Jika mendengar nama His Excelency (HE) Soewarto Moestadja, kebanyakan orang Indonesia pasti berpikir itu adalah orang Jawa. Namun, Soewarto adalah Menteri Dalam Negeri Suriname, sebuah negara di Amerika Selatan. Jamak diketahui, Suriname mempunyai warga negara keturunan Jawa. Begitu juga Soewarto, kakeknya adalah orang Kebumen, Jawa Tengah.
”Awakku kelahiran Suriname. Bapak dari Desa Kalirancang ing Kebumen,” kata Soewarto saat mengunjungi Kebumen. Baca Juga: Menteri Dalam Negeri Suriname Keturunan Alian Kebumen
Leluhurnya dibawa pihak penjajah Belanda ke Suriname.
”Simbah saya, Simbah Mustadja, karo bojone, mbok Nasiyem, karo bapak saya ke Suriname, wektu umure bapak telung tahun,” tambahnya dalam bahasa Jawa.
Soewarto menuturkan, Kakeknya sempat kembali ke Desa Kalirancang Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen, pada tahun 1950-an atas tawaran Belanda.
Namun ternyata itu hanya muslihat Belanda. Kakeknya harus kembali lagi ke Suriname dan membayar biaya pulang kampungnya kepada pemerintah Belanda.
Tapi sang kakek, akhirnya bisa pulang ke Jawa tahun 1963 beserta sang isteri. Semula ayah Soewarto akan ikut serta. Tapi karena saat itu telah beristeri dan isterinya yang meski berdarah Jawa keberatan diajak pulang ke negeri leluhurnya, akhirnya batal ikut.
”Ibu saya ngomong, nek aku ora melu, aku kelahiran Suriname. Akhire ora sido budal. Nek embahe wis budal, bali. Saiki keramatane (makam) neng Kebumen,” jelasnya.
Sekalipun telah menjadi warga negara Suriname, ia merasa warga Desa Kalirancang masih menjadi kerabatnya dan Indonesia sebagai keluarganya. Maka setiap kali berkesempatan berkunjung ke Indonesia Soewarto selalu meluangkan untuk mampir ke tanah leluhurnya itu. ”Nek aku mrene, mampir nyekar simbah neng Kalirancang,” jelasnya.
Soewarto yang lebih sering berbicara dengan Bahasa Inggris menyatakan, lama-kelamaan orang-orang Suriname kangen dan penasaran dengan tanah leluhurnya. " Suwe-suwe awake dhewe ning Suriname ambendino ngimpi kapan iso mulih ning Jowo,'' kisah dia.
”Awakku kelahiran Suriname. Bapak dari Desa Kalirancang ing Kebumen,” kata Soewarto saat mengunjungi Kebumen. Baca Juga: Menteri Dalam Negeri Suriname Keturunan Alian Kebumen
Leluhurnya dibawa pihak penjajah Belanda ke Suriname.
”Simbah saya, Simbah Mustadja, karo bojone, mbok Nasiyem, karo bapak saya ke Suriname, wektu umure bapak telung tahun,” tambahnya dalam bahasa Jawa.
Soewarto menuturkan, Kakeknya sempat kembali ke Desa Kalirancang Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen, pada tahun 1950-an atas tawaran Belanda.
Namun ternyata itu hanya muslihat Belanda. Kakeknya harus kembali lagi ke Suriname dan membayar biaya pulang kampungnya kepada pemerintah Belanda.
Tapi sang kakek, akhirnya bisa pulang ke Jawa tahun 1963 beserta sang isteri. Semula ayah Soewarto akan ikut serta. Tapi karena saat itu telah beristeri dan isterinya yang meski berdarah Jawa keberatan diajak pulang ke negeri leluhurnya, akhirnya batal ikut.
”Ibu saya ngomong, nek aku ora melu, aku kelahiran Suriname. Akhire ora sido budal. Nek embahe wis budal, bali. Saiki keramatane (makam) neng Kebumen,” jelasnya.
Sekalipun telah menjadi warga negara Suriname, ia merasa warga Desa Kalirancang masih menjadi kerabatnya dan Indonesia sebagai keluarganya. Maka setiap kali berkesempatan berkunjung ke Indonesia Soewarto selalu meluangkan untuk mampir ke tanah leluhurnya itu. ”Nek aku mrene, mampir nyekar simbah neng Kalirancang,” jelasnya.
Soewarto yang lebih sering berbicara dengan Bahasa Inggris menyatakan, lama-kelamaan orang-orang Suriname kangen dan penasaran dengan tanah leluhurnya. " Suwe-suwe awake dhewe ning Suriname ambendino ngimpi kapan iso mulih ning Jowo,'' kisah dia.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.