Kita semua tahu tidaklah penting apa yang kita capai hari ini, atau saat
ini. Yang lebih penting sesungguhnya adalah apa yang bisa kita pelajari
dari sebuah perjalanan itu sendiri. Apalagi perjalanan itu adalah
sebuah proses, bukan penghentian akhir. Kita tak boleh berhenti belajar
walau katanya "sudah tamat" sekolah.
Banyak orang menghindari sesuatu yang namanya kegagalan, kesasar, atau segala hal baru yang bakal menyulitkan hidupnya. Bahkan, menghindari sesuatu kalau ada tantangannya karena takut terlihat kurang pandai karena orang lain bisa melakukannya sedang kita mungkin tidak.
Tak banyak orang yang mengerti bahwa keunggulan yang dicapai manusia sebenarnya tak pernah lepas dari seberapa hebat ia terlatih menghadapi aneka kesulitan dan tantangan kehidupan.
Tanpa kita sadari, sebenarnya kita terperangkap dalam kenyamanan. Persis seperti perjalanan pulang-pergi yang selalu melewati jalan yang sama berulang-ulang, yang sesungguhnya mencerminkan kemalasan berpikir belaka. Kita takut kesasar. Padahal jalan yang buntu itu bukan dead end, tetapi pertanda perlunya putar arah (reroute). Ingatlah, masalah baru terus bermunculan dan pengambilan keputusan tak bisa dihafalkan.
Bepergian ke tempat baru, dengan informasi, uang, waktu dan pengetahuan terbatas sesungguhnya bisa mengubah nasib manusia. Dan keterbatasan itu belum tentu membuat kita tersudut tanpa kemampuan keluar (dari kesulitan) sama sekali. Dan kita, sesungguhnya memiliki kemampuan untuk men-drive diri masing-masing, yang membuat kita mampu mencari dan menemukan "pintu keluar" dari kesulitan sehari-hari.
Ada dua situasi kebatinan yang akan kita hadapi saat tersesat yakni terasing sekaligus tertantang. Dalam keterasingan, kita hanya berbicara dengan diri sendiri, bukan bergantung pada orang lain. Di tengah kesibukan banyak berdialog dengan orang lain dan media sosial, dalam keterasingan, bagus bagi kita untuk membangun diri. Dialog diri ini akan menimbulkan self awareness (kesadaran diri) untuk membentuk karakter yang kuat.
Banyak orang menghindari sesuatu yang namanya kegagalan, kesasar, atau segala hal baru yang bakal menyulitkan hidupnya. Bahkan, menghindari sesuatu kalau ada tantangannya karena takut terlihat kurang pandai karena orang lain bisa melakukannya sedang kita mungkin tidak.
Tak banyak orang yang mengerti bahwa keunggulan yang dicapai manusia sebenarnya tak pernah lepas dari seberapa hebat ia terlatih menghadapi aneka kesulitan dan tantangan kehidupan.
Tanpa kita sadari, sebenarnya kita terperangkap dalam kenyamanan. Persis seperti perjalanan pulang-pergi yang selalu melewati jalan yang sama berulang-ulang, yang sesungguhnya mencerminkan kemalasan berpikir belaka. Kita takut kesasar. Padahal jalan yang buntu itu bukan dead end, tetapi pertanda perlunya putar arah (reroute). Ingatlah, masalah baru terus bermunculan dan pengambilan keputusan tak bisa dihafalkan.
Bepergian ke tempat baru, dengan informasi, uang, waktu dan pengetahuan terbatas sesungguhnya bisa mengubah nasib manusia. Dan keterbatasan itu belum tentu membuat kita tersudut tanpa kemampuan keluar (dari kesulitan) sama sekali. Dan kita, sesungguhnya memiliki kemampuan untuk men-drive diri masing-masing, yang membuat kita mampu mencari dan menemukan "pintu keluar" dari kesulitan sehari-hari.
Ada dua situasi kebatinan yang akan kita hadapi saat tersesat yakni terasing sekaligus tertantang. Dalam keterasingan, kita hanya berbicara dengan diri sendiri, bukan bergantung pada orang lain. Di tengah kesibukan banyak berdialog dengan orang lain dan media sosial, dalam keterasingan, bagus bagi kita untuk membangun diri. Dialog diri ini akan menimbulkan self awareness (kesadaran diri) untuk membentuk karakter yang kuat.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.