Jika
kita melintas di jalan raya dari Kebumen ke arah Kutoarjo dan sebaliknya akan melewati
Rumah Makan Ijo. Rumah Makan yang dirintis sejak tahun 2001 lalu ini mudah
dikenali karena temboknya dominan warna hijau. Berada di sebelah
selatan jalan raya di Kutowinangun ini siang malam selalu ramai
pengunjung. Rumah makan ini merekrut 50 tenaga kerja yang siap melayani
selama 24 jam.
Rumah Makan Ijo Kutowinangun |
Drs. H. Tongat Karim AG |
Adalah Drs. H. Tongat Karim Ag
yang memiliki inisiatip membuka warung 13 tahun lalu. Ia melihat ada
potensi di lahan miliknya yang berada di pinggir jalan raya ini. H. Tongat, demikian panggilan akrabnya menuturkan cikal
bakalnya membangun usaha rumah makan ini. Sebelumnya
ia menekuni usaha jualan es lilin keliling dari desa ke desa. Dalam
perjalanan waktu kemudian ada keinginan untuk mencoba usaha lain. Lahan
miliknya yang berada di pinggir jalan raya Kutowinangun Kebumen, saat
itu masih berupa sawah sehingga untuk didirikan bangunan harus diuruk.
Sepulang
jualan es ia dengan telaten menguruk sawah tersebut agar sama tingginya
dengan jalan raya. Bahkan untuk membuat bangunan itu batu batanya ia
buat sendiri. Usaha yang didasari dengan serius itu dari tahun ke tahun
mengalami perkembangan yang signifikan. Berawal dari 12 bangku kayu kini
berkembang menjadi 360 seat (tempat duduk).
“Perkembangan
ini merupakan kenikmatan yang harus disukuri,” ujar Haji Tongat yang
tahun 1995-1996 melaksanakan ibadah haji dan hingga kini 7 kali umroh
ini.
Rumah
makan Ijo yang dikenal dengan masakan Jawa itu pelanggannya bersifat
umum. Diantaranya para pengemudi angkutan umum, truk, travel, maupun
pelancong yang tengah bepergian. Pelayanan yang bagus, rasa dan harga
yang wajar, dampaknya pelanggan menyampaikan informasi itu dari mulut
kemulut. Bahkan saking populernya, nama Rumah Makan Ijo kini banyak
ditiru sejumlah rumah makan di berbagai daerah. Apakah
tidak dibuatkan hak patennya? “Enggaklah. Soal rezeki adalah urusan
Tuhan,” ujar pria yang kini di BPC PHRI Kebumen mendapat mandat
menangani Bidang Sosial dan Budaya ini.
Dalam
menjalani usaha ini H Tongat berjalan apa adanya dan tidak berambisi
untuk melebarkan sayapnya dengan membuka cabang di lain tempat. Ia telah
mensyukuri rejeki yang dilimpahkan kepadanya.
Saya
selalu mensukuri nikmat Allah. Dulu saya rekoso, sekarang sudah bisa
hidup seperti ini merupakan kenikmatan yang luar biasa. Kini waktunya
juga banyak dihabiskan untuk berkeliling ceramah dalam rangka menularkan
pendidikan akidah yakni ajaran agama yang diyakininya sebagai seorang
muslim. Ayah tiga anak ini
bersyukur pula bahwa anak ke dua dan ketiganya menuruni hoby ayaknya di
bidang kuliner. Sedang yang pertama tinggal di Borobudur Magelang untuk
mengelola usaha pariwisata di sana.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.