Mudik dan arus balik lebaran tahun 2014 ini menjadi gerutuan
pengendara terutama di Pulau Jawa. Dua jalur utama yang menjadi jalan
para pemudik yakni jalur utara dan selatan tidak lagi dapat dilalui
dengan mulus dan melenggang.
Ada tiga penyebab utama kenapa musim mudik dan arus balik tidak lagi menyenangkan.
- Pertama berita terputusnya jalur utara karena jembatan Sungai Comal di Kabupaten Pemalang, menyebabkan pemudik memenuhi jalur selatan.
- Kedua libur panjang bagi para pekerja hingga sembilan hari.
- Ketiga banyaknya kendaraan karena ekonomi pendatang lebih bagus sehingga dapat membeli atau pun menyewa kendaraan untuk pulang kampung.
Dari ketiga penyebab utama itu, sehingga apa pun jenis kendaraannya, berapa besar CC kendaraan yang digunakan, tidak berpengaruh dengan lamanya pengemudi sampai tujuan, “Pendeknya mobil mewah dan CC gede, sampainya sama dengan mobil odong-odong,” cetus Jaenudin, pemudik asal Tambun tujuan Kuningan, Jawa Barat.
Cerita para pemudik pun selalu soal macet, “Gila, tahun ini Jakarta-Pemalang biasanya 10 jam dalam musim lebaran, kini bisa 20 jam, malah ada yang 24 jam,” kata Agung Daryono, 25, lelaki yang pulang kampung ke Kecamatn Belik, Pemalang. Dia menyebutkan rute yang dilalui pun tidak melintasi jembatan Comal.
Itu cerita para pemudik, yang parah lagi arus balik, ada cerita yang mencengangkan karena sejumlah penumpang bis antarkota antar provinsi, merasakan bengkak pada kakinya, “Dari Kebumen hingga Bekasi, ditempuh 38 jam, “ ujar Ny Restu, warga Mangunjaya, Tambun Selatan, yang mengantar anaknya ke pondok pesantren di Kebumen Jawa Tengah.
Menurut ibu empat anak ini, dari Kebumen hari Jumat pukul 16:00, sampai Bekasi hari Minggu pukul 00:15.
Selama di dalam bis kakinya menggantung peredaran darahnya tidak lancar sehingga menyebabkan kaki bengkak dan pegal. Pembengkakan pada kaki tersebut di sebabkan karena aliran darah tidak mengalir dan hanya menumpuk di bagian kaki.
Kesengsaraan Ny Restu diperparah dengan sulit buang air kecil dan persediaan bekal habis sebelum di tegah perjalanan. “Teleponnya sudah nggak aktif karena baterai habis,” ujar Sutarman, suami Ny Restu yang selalu memantau kondisi perjalanan istrinya itu.
KELELAHAN
Kemacetan yang terjadi di jalur utara adalah mulai dari Pekalongan hingga Brebes, karena kondisi lalu lintas yang padat ditambah suasana jalan yang sebagian dipenuhi penduduk setempat untuk berusaha, sehingga kendaraan yang mestinya dua lajur menjadi satu lajur.
Kondisi ini diperparah saat di pertigaan atau perempatan kendaraan menumpung dan membuat laju baru menjadi empat bahkan lima lajur, “Pengemudinya tidak disiplin dan maen serobot saja,” keluh Aris Sugiyanto, pengendaraan Toyota Rush, yang mudik ke Rembang bersama istri dan adik serta dua anaknya.
Kemacaten di jalur selatan, dimulai dari Purwokerta ke Wangon kemudian ke Cilacap, akibat jalan tidak ada pembatas sehingga kendaraan main masuk ke jalur yang salah, maka kemacetan pun terjadi. Ini hingga ke Tasikmalaya hingga ke Limbangan Garut.
Polisi yang membuat pagar betis agar kendaraan satu lajur saja kewalahan akibat ulah pengendara yang tidak disiplin.
Selepas Garut dan jalur lingkar Nagrek, kendaraan dapat melaju hingga 80 km/jam di sepanjang jalan ini hingga jalur Rancaekek dan Cileunyi dapat dikatakan wajar. Namun setelah di Tol Cipularang, kendaraan mulai penuh dan ini berdampak pada pertemuan di KM 68 Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Cipularang.
Kemacetan di tempat ini, kaena banyak pengendara yang menepikan kendaraannya untuk istirahat atau tidur untuk menghilangkan kantuk setelah mengalami kemacetan di jalan sebelum tol, “Di tempat istirahat sudah penuh, jadi nggak bisa masuk lagi,” ujar Suwanto, 45, pengendara Avanza yang terlihat menghentikan kendaraannya di bahu jalan Tol Jakarta-Cikampek, KM 55 Karawang Timur.
Ada puluhan kendaraan berjajar di sana, sehingga arus lalu lintas sempat tersendat, karena selain di KM 55 jauh sebelumnya Km 60, 41, 38 juga menjadi tempat istirahat dadakan.
Ada tiga penyebab utama kenapa musim mudik dan arus balik tidak lagi menyenangkan.
- Pertama berita terputusnya jalur utara karena jembatan Sungai Comal di Kabupaten Pemalang, menyebabkan pemudik memenuhi jalur selatan.
- Kedua libur panjang bagi para pekerja hingga sembilan hari.
- Ketiga banyaknya kendaraan karena ekonomi pendatang lebih bagus sehingga dapat membeli atau pun menyewa kendaraan untuk pulang kampung.
Dari ketiga penyebab utama itu, sehingga apa pun jenis kendaraannya, berapa besar CC kendaraan yang digunakan, tidak berpengaruh dengan lamanya pengemudi sampai tujuan, “Pendeknya mobil mewah dan CC gede, sampainya sama dengan mobil odong-odong,” cetus Jaenudin, pemudik asal Tambun tujuan Kuningan, Jawa Barat.
Cerita para pemudik pun selalu soal macet, “Gila, tahun ini Jakarta-Pemalang biasanya 10 jam dalam musim lebaran, kini bisa 20 jam, malah ada yang 24 jam,” kata Agung Daryono, 25, lelaki yang pulang kampung ke Kecamatn Belik, Pemalang. Dia menyebutkan rute yang dilalui pun tidak melintasi jembatan Comal.
Itu cerita para pemudik, yang parah lagi arus balik, ada cerita yang mencengangkan karena sejumlah penumpang bis antarkota antar provinsi, merasakan bengkak pada kakinya, “Dari Kebumen hingga Bekasi, ditempuh 38 jam, “ ujar Ny Restu, warga Mangunjaya, Tambun Selatan, yang mengantar anaknya ke pondok pesantren di Kebumen Jawa Tengah.
Menurut ibu empat anak ini, dari Kebumen hari Jumat pukul 16:00, sampai Bekasi hari Minggu pukul 00:15.
Selama di dalam bis kakinya menggantung peredaran darahnya tidak lancar sehingga menyebabkan kaki bengkak dan pegal. Pembengkakan pada kaki tersebut di sebabkan karena aliran darah tidak mengalir dan hanya menumpuk di bagian kaki.
Kesengsaraan Ny Restu diperparah dengan sulit buang air kecil dan persediaan bekal habis sebelum di tegah perjalanan. “Teleponnya sudah nggak aktif karena baterai habis,” ujar Sutarman, suami Ny Restu yang selalu memantau kondisi perjalanan istrinya itu.
KELELAHAN
Kemacetan yang terjadi di jalur utara adalah mulai dari Pekalongan hingga Brebes, karena kondisi lalu lintas yang padat ditambah suasana jalan yang sebagian dipenuhi penduduk setempat untuk berusaha, sehingga kendaraan yang mestinya dua lajur menjadi satu lajur.
Kondisi ini diperparah saat di pertigaan atau perempatan kendaraan menumpung dan membuat laju baru menjadi empat bahkan lima lajur, “Pengemudinya tidak disiplin dan maen serobot saja,” keluh Aris Sugiyanto, pengendaraan Toyota Rush, yang mudik ke Rembang bersama istri dan adik serta dua anaknya.
Kemacaten di jalur selatan, dimulai dari Purwokerta ke Wangon kemudian ke Cilacap, akibat jalan tidak ada pembatas sehingga kendaraan main masuk ke jalur yang salah, maka kemacetan pun terjadi. Ini hingga ke Tasikmalaya hingga ke Limbangan Garut.
Polisi yang membuat pagar betis agar kendaraan satu lajur saja kewalahan akibat ulah pengendara yang tidak disiplin.
Selepas Garut dan jalur lingkar Nagrek, kendaraan dapat melaju hingga 80 km/jam di sepanjang jalan ini hingga jalur Rancaekek dan Cileunyi dapat dikatakan wajar. Namun setelah di Tol Cipularang, kendaraan mulai penuh dan ini berdampak pada pertemuan di KM 68 Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Cipularang.
Kemacetan di tempat ini, kaena banyak pengendara yang menepikan kendaraannya untuk istirahat atau tidur untuk menghilangkan kantuk setelah mengalami kemacetan di jalan sebelum tol, “Di tempat istirahat sudah penuh, jadi nggak bisa masuk lagi,” ujar Suwanto, 45, pengendara Avanza yang terlihat menghentikan kendaraannya di bahu jalan Tol Jakarta-Cikampek, KM 55 Karawang Timur.
Ada puluhan kendaraan berjajar di sana, sehingga arus lalu lintas sempat tersendat, karena selain di KM 55 jauh sebelumnya Km 60, 41, 38 juga menjadi tempat istirahat dadakan.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.