Oleh John Kurtz dan James Van Zorge
Gubernur Jakarta, Joko Widodo, didapuk oleh banyak pengamat politik sebagai kandidat unggulan dalam pemilihan umum presiden, Juli mendatang. Namun sejumlah pihak akan dibuat kaget nanti, terutama mereka yang menganggap jalan Jokowi ke kursi presiden akan mulus.
Tidak ada yang meragukan popularitas dan kompetensi Jokowi. Setelah menjadi pengusaha perabotan kayu jati dengan gelar sarjana kehutanan, Jokowi bergabung dalam Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Sukarnoputri pada 2005. Ia pun menang dalam pemilihan walikota Surakarta. Jokowi lalu dipilih langsung oleh Megawati sebagai calon Gubernur Jakarta pada pemilu 2012 dan menang.
Dalam kedua jabatannya ini, Jokowi memiliki reputasi sebagai politikus yang jujur, pragmatis, dan tidak sungkan terjun langsung untuk mendengar keluhan rakyat. Jokowi adalah tokoh yang sangat menarik bagi warga Indonesia yang telah muak dengan politikus senior yang itu-itu saja. Survei nasional menunjukkan Jokowi mendapat dukungan rakyat hingga 45%, jauh lebih besar dibandingkan calon terpopuler kedua di bawahnya yang hanya meraih 12%.
Jajak pendapat juga menunjukkan bagaimana popularitas mantan presiden
era 2000-2004, Megawati, anjlok ke satu digit. Megawati kalah dalam
pemilu 2004 dan 2009 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tahun
ini dirasa sebagai waktu yang tepat bagi Jokowi untuk memanfaatkan
dukungan PDI-P melaju ke kursi presiden.
Namun Jokowi belum membuktikan diri sebagai politikus nasional. Kota metropolis yang luas seperti Jakarta masih bukan tandingan bagi kerumitan yang dihadapi seorang presiden. Pengalaman sebagai gubernur DKI bukan jaminan kesuksesan dalam mengelola tentara dan polisi, ataupun menangani anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang agresif dan lantang.
Jokowi juga masih terhambat oleh masalah yang lebih mendasar. Meski sebagian besar pengamat berasumsi Megawati akan mundur sebelum pemilu tahun ini, Megawati dikenal menjalankan PDI-P seperti bisnis keluarga dan kecil kemungkinan ia tidak akan mencalonkan diri nanti. Megawati sangat meyakini menjadi presiden Indonesia adalah takdirnya. Kabar dari sumber yang sangat dipercaya menyatakan dalam sebuah pertemuan mereka baru-baru ini, Megawati mengatakan kepada Jokowi bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai presiden. Megawati pun meminta Jokowi mendampinginya sebagai wakil presiden.
Megawati tampaknya berharap popularitas Jokowi dapat membawanya ke kursi presiden. Ia berpendapat pengaturan ini tidak akan membatasi sayap politik Jokowi dan justru membuka jalan bagi Jokowi untuk menjadi kandidat presiden PDI-P pada 2019.
Situasi ini membuat Jokowi tak memiliki banyak pilihan. Ia harus bisa menunjukkan sikap setia kepada pemimpin partai, sambil berharap orang lain dapat membujuk Megawati untuk tidak mencalonkan diri. Citra Jokowi sebagai kader yang setia dan penganut tradisi Jawa berarti Jokowi tidak dapat keluar dari PDI-P jika tidak mau dianggap sebagai pengkhianat. Apabila tidak ada satu orang pun tokoh senior PDI-P yang mampu membujuk Megawati, PDI-P diprediksi akan kalah dengan menyakitkan pada pemilu nanti.
Strategi Megawati ini akan menguntungkan Prabowo Subianto, mantan jenderal dan mantan menantu almarhum Presiden Suharto. Meski tertinggal jauh di peringkat kedua dalam jajak pendapat, Prabowo merupakan kandidat favorit pemilih yang mendambakan karakter yang kuat dan tegas. Prabowo dianggap memiliki kapasitas untuk memukul mundur fundamentalis Islam. Ia dipandang mampu mengembalikan ketegasan serta kekuatan presiden Indonesia, setelah 10 tahun dipimpin SBY yang dianggap mementingkan pembagian kekuasaan dan bertele-tele.
Prabowo secara terbuka sempat menyiratkan rasa frustrasi akan melejitnya popularitas Jokowi. Namun kini Prabowo kembali menyusun rencana dan diam-diam meraih dukungan signifikan dari komunitas pengusaha Cina Indonesia yang berpengaruh. Sebagian pemilih mungkin menganggap Prabowo sebagai Hugo Chavez versi Indonesia, tetapi Prabowo bukanlah sosok yang populis. Kakeknya adalah pendiri Bank Negara Indonesia, dan ayahnya merupakan ekonom yang terpandang dan sempat menjadi menteri dalam kabinet Suharto. Adik sekaligus penyandang dana kampanye Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, memiliki usaha besar di Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Inggris.
Meski demikian, banyak warga di Indonesia dan negara asing masih risau. Ia dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia selama Prabowo menjabat pemimpin Kopassus. Pemerintah AS dan Inggris melarangnya bepergian ke kedua negara itu, walaupun adiknya memiliki rumah di AS dan Inggris. Tahun lalu, saat ditanya apa yang akan dilakukannya jika terpilih menjadi presiden dan tetap dilarang masuk ke AS, Prabowo dengan lihai menjawab: “Tidak apa-apa. Saya akan mengirim wakil presiden saya ke Washington. Saya masih dapat mengunjungi Beijing.”
Untuk sekarang, harapan Prabowo bertumpu pada berkurangnya insting politik Megawati dan PDI-P. Jokowi memang memiliki keahlian politik yang signifikan dan cenderung personal. Namun jika Jokowi gagal membujuk Megawati untuk tidak mencalonkan diri, kemungkinan Prabowo menjadi presiden Indonesia selanjutnya sangat besar.
John Kurtz adalah kepala A.T. Kearney di Asia Pasifik, sementara James Van Zorge adalah pengamat senior dalam lembaga yang sama.
Sumber: http://indo.wsj.com/posts/2014/01/15/menakar-peluang-jokowi-dan-prabowo/
Gubernur Jakarta, Joko Widodo, didapuk oleh banyak pengamat politik sebagai kandidat unggulan dalam pemilihan umum presiden, Juli mendatang. Namun sejumlah pihak akan dibuat kaget nanti, terutama mereka yang menganggap jalan Jokowi ke kursi presiden akan mulus.
Tidak ada yang meragukan popularitas dan kompetensi Jokowi. Setelah menjadi pengusaha perabotan kayu jati dengan gelar sarjana kehutanan, Jokowi bergabung dalam Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Sukarnoputri pada 2005. Ia pun menang dalam pemilihan walikota Surakarta. Jokowi lalu dipilih langsung oleh Megawati sebagai calon Gubernur Jakarta pada pemilu 2012 dan menang.
Dalam kedua jabatannya ini, Jokowi memiliki reputasi sebagai politikus yang jujur, pragmatis, dan tidak sungkan terjun langsung untuk mendengar keluhan rakyat. Jokowi adalah tokoh yang sangat menarik bagi warga Indonesia yang telah muak dengan politikus senior yang itu-itu saja. Survei nasional menunjukkan Jokowi mendapat dukungan rakyat hingga 45%, jauh lebih besar dibandingkan calon terpopuler kedua di bawahnya yang hanya meraih 12%.
Namun Jokowi belum membuktikan diri sebagai politikus nasional. Kota metropolis yang luas seperti Jakarta masih bukan tandingan bagi kerumitan yang dihadapi seorang presiden. Pengalaman sebagai gubernur DKI bukan jaminan kesuksesan dalam mengelola tentara dan polisi, ataupun menangani anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang agresif dan lantang.
Jokowi juga masih terhambat oleh masalah yang lebih mendasar. Meski sebagian besar pengamat berasumsi Megawati akan mundur sebelum pemilu tahun ini, Megawati dikenal menjalankan PDI-P seperti bisnis keluarga dan kecil kemungkinan ia tidak akan mencalonkan diri nanti. Megawati sangat meyakini menjadi presiden Indonesia adalah takdirnya. Kabar dari sumber yang sangat dipercaya menyatakan dalam sebuah pertemuan mereka baru-baru ini, Megawati mengatakan kepada Jokowi bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai presiden. Megawati pun meminta Jokowi mendampinginya sebagai wakil presiden.
Megawati tampaknya berharap popularitas Jokowi dapat membawanya ke kursi presiden. Ia berpendapat pengaturan ini tidak akan membatasi sayap politik Jokowi dan justru membuka jalan bagi Jokowi untuk menjadi kandidat presiden PDI-P pada 2019.
Situasi ini membuat Jokowi tak memiliki banyak pilihan. Ia harus bisa menunjukkan sikap setia kepada pemimpin partai, sambil berharap orang lain dapat membujuk Megawati untuk tidak mencalonkan diri. Citra Jokowi sebagai kader yang setia dan penganut tradisi Jawa berarti Jokowi tidak dapat keluar dari PDI-P jika tidak mau dianggap sebagai pengkhianat. Apabila tidak ada satu orang pun tokoh senior PDI-P yang mampu membujuk Megawati, PDI-P diprediksi akan kalah dengan menyakitkan pada pemilu nanti.
Strategi Megawati ini akan menguntungkan Prabowo Subianto, mantan jenderal dan mantan menantu almarhum Presiden Suharto. Meski tertinggal jauh di peringkat kedua dalam jajak pendapat, Prabowo merupakan kandidat favorit pemilih yang mendambakan karakter yang kuat dan tegas. Prabowo dianggap memiliki kapasitas untuk memukul mundur fundamentalis Islam. Ia dipandang mampu mengembalikan ketegasan serta kekuatan presiden Indonesia, setelah 10 tahun dipimpin SBY yang dianggap mementingkan pembagian kekuasaan dan bertele-tele.
Prabowo secara terbuka sempat menyiratkan rasa frustrasi akan melejitnya popularitas Jokowi. Namun kini Prabowo kembali menyusun rencana dan diam-diam meraih dukungan signifikan dari komunitas pengusaha Cina Indonesia yang berpengaruh. Sebagian pemilih mungkin menganggap Prabowo sebagai Hugo Chavez versi Indonesia, tetapi Prabowo bukanlah sosok yang populis. Kakeknya adalah pendiri Bank Negara Indonesia, dan ayahnya merupakan ekonom yang terpandang dan sempat menjadi menteri dalam kabinet Suharto. Adik sekaligus penyandang dana kampanye Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, memiliki usaha besar di Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Inggris.
Meski demikian, banyak warga di Indonesia dan negara asing masih risau. Ia dituding melakukan pelanggaran hak asasi manusia selama Prabowo menjabat pemimpin Kopassus. Pemerintah AS dan Inggris melarangnya bepergian ke kedua negara itu, walaupun adiknya memiliki rumah di AS dan Inggris. Tahun lalu, saat ditanya apa yang akan dilakukannya jika terpilih menjadi presiden dan tetap dilarang masuk ke AS, Prabowo dengan lihai menjawab: “Tidak apa-apa. Saya akan mengirim wakil presiden saya ke Washington. Saya masih dapat mengunjungi Beijing.”
Untuk sekarang, harapan Prabowo bertumpu pada berkurangnya insting politik Megawati dan PDI-P. Jokowi memang memiliki keahlian politik yang signifikan dan cenderung personal. Namun jika Jokowi gagal membujuk Megawati untuk tidak mencalonkan diri, kemungkinan Prabowo menjadi presiden Indonesia selanjutnya sangat besar.
John Kurtz adalah kepala A.T. Kearney di Asia Pasifik, sementara James Van Zorge adalah pengamat senior dalam lembaga yang sama.
Sumber: http://indo.wsj.com/posts/2014/01/15/menakar-peluang-jokowi-dan-prabowo/
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.