Dunia ini makin semarak, sempit, dan datar…… Menatap dunia melalui celah kecil jendela. Hingar bingar perpaduan
dunia nyata dan dunia maya, memperpendek jarak satu dengan lainnya.
Keributan dunia nyata mampu disajikan dalam hitungan detik dihadapan
kita semua, alhasil setiap saat setiap waktu jutaan informasi yang
bermanfaat maupun yang sekedar sampah lalu lalang nampak dan melewati
mata, telinga, pikiran dan hati kita.
Ibaratnya masuk ke keramaian lalu lintas jalan dunia maya, maka tak sedikit korban berjatuhan di jalan karena celaka, namun tak sedikit pula yang peroleh manfaat karena tahu rambu jalan dan cara memakai atau menjalankan kendaraannya.
Di jalanan apapun tersedia, mendapat sesuatu di perjalanan adalah kebutuhan. Kunci kearifan di jalanan adalah tahu kapan saatnya harus memulai, kapan saatnya harus melaju, kapan saatnya berhenti, dan kapan saatnya saling berbagi.
Berkendara tancap gas tanpa rem, hanya akan mengakhiri laju perjalanan itu sendiri dengan tabrakan….. Berkendara dengan selalu mengerem, hanya akan memperlambat sampainya ke tujuan. Berkendara tanpa tahu arah tujuan, hanya akan berputar-putar atau lepas kendali arah…
Berbagi pengetahuan dan berbagi pengalaman adalah hal terbaik yang dapat dilakukan dalam perjalanan. Tak ada yang lebih merasa hebat, super dan jagoan. Yang berangkat lebih dulu memang sepantasnya didepan, namun tidaklah menjerumuskan. Yang berangkat belakangan harusnya sadar mengikuti jalan yang benar.
Tersesat, terjerumus di lubang jalan rusak, tabrakan (di..atau..me), adalah bagian resiko celaka di jalan. Hampir sama rule dan kode etik dengan dunia maya, semirip kita mengarungi jalanan. Mencari, menggali dan membekali diri dengan kearifan yang kudapat merupakan suatu usaha yang tak kan pernah berhenti kulakukan.
Kearifan ada dimana saja, sebagaimana kejahatanpun akan selalu dapat muncul dimana saja. Hanya saja menurutku, kearifan hanya dapat dipetik, dilihat dan dirasakan dari hati yang bersih dan polos, dan tempat ada di keteduhan dan kedamaian. Sebagaimana layaknya suatu pedesaan yang masih jauh dari hiruk pikuknya dunia, maka kearifan itu berharap lebih banyak kutemukan. Meski di metropolitan dan megapolitan kearifan dapat ditemukan, namun rasanya ambisi, kumanfikan, keangkuhan, kesombongan, dan kesibukan yang membuat lupa hakikat diri, lebih menampakkan kekuatannya.
Kusadari sejak awal untuk memungut mutiara kearifan, butuh kesungguhan, kesabaran dan perjalanan yang tak kan mudah. Namun bagaimana lagi, hanya dengan kearifian ini kurasa hidup menjadi damai dan tenterama sebagaimana yang banyak didambakan umat dunia, namun saat sekarang ini jarang dapat kita rasakan.
Tak ada yang sia-sia apa yang telah diciptakan Tuhan dengan sempurna. Rasanya tak pantas lagi menyia-nyiakan kesempurnaan hidup yang telah diberikan oleh-Nya, dari sejak bernapas yang pertama kalinya hingga ke napas yang penghabisan. Semoga langkah ku di perjalanan waktu selayaknya pengembara yang akan dipertemukan dengan jalan terang dan jalan damai bagi kehidupan.
Ibaratnya masuk ke keramaian lalu lintas jalan dunia maya, maka tak sedikit korban berjatuhan di jalan karena celaka, namun tak sedikit pula yang peroleh manfaat karena tahu rambu jalan dan cara memakai atau menjalankan kendaraannya.
Di jalanan apapun tersedia, mendapat sesuatu di perjalanan adalah kebutuhan. Kunci kearifan di jalanan adalah tahu kapan saatnya harus memulai, kapan saatnya harus melaju, kapan saatnya berhenti, dan kapan saatnya saling berbagi.
Berkendara tancap gas tanpa rem, hanya akan mengakhiri laju perjalanan itu sendiri dengan tabrakan….. Berkendara dengan selalu mengerem, hanya akan memperlambat sampainya ke tujuan. Berkendara tanpa tahu arah tujuan, hanya akan berputar-putar atau lepas kendali arah…
Berbagi pengetahuan dan berbagi pengalaman adalah hal terbaik yang dapat dilakukan dalam perjalanan. Tak ada yang lebih merasa hebat, super dan jagoan. Yang berangkat lebih dulu memang sepantasnya didepan, namun tidaklah menjerumuskan. Yang berangkat belakangan harusnya sadar mengikuti jalan yang benar.
Tersesat, terjerumus di lubang jalan rusak, tabrakan (di..atau..me), adalah bagian resiko celaka di jalan. Hampir sama rule dan kode etik dengan dunia maya, semirip kita mengarungi jalanan. Mencari, menggali dan membekali diri dengan kearifan yang kudapat merupakan suatu usaha yang tak kan pernah berhenti kulakukan.
Kearifan ada dimana saja, sebagaimana kejahatanpun akan selalu dapat muncul dimana saja. Hanya saja menurutku, kearifan hanya dapat dipetik, dilihat dan dirasakan dari hati yang bersih dan polos, dan tempat ada di keteduhan dan kedamaian. Sebagaimana layaknya suatu pedesaan yang masih jauh dari hiruk pikuknya dunia, maka kearifan itu berharap lebih banyak kutemukan. Meski di metropolitan dan megapolitan kearifan dapat ditemukan, namun rasanya ambisi, kumanfikan, keangkuhan, kesombongan, dan kesibukan yang membuat lupa hakikat diri, lebih menampakkan kekuatannya.
Kusadari sejak awal untuk memungut mutiara kearifan, butuh kesungguhan, kesabaran dan perjalanan yang tak kan mudah. Namun bagaimana lagi, hanya dengan kearifian ini kurasa hidup menjadi damai dan tenterama sebagaimana yang banyak didambakan umat dunia, namun saat sekarang ini jarang dapat kita rasakan.
Tak ada yang sia-sia apa yang telah diciptakan Tuhan dengan sempurna. Rasanya tak pantas lagi menyia-nyiakan kesempurnaan hidup yang telah diberikan oleh-Nya, dari sejak bernapas yang pertama kalinya hingga ke napas yang penghabisan. Semoga langkah ku di perjalanan waktu selayaknya pengembara yang akan dipertemukan dengan jalan terang dan jalan damai bagi kehidupan.
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.