Ketika anak seusianya mengidolakan tokoh kartun, Budi Halim mengaku justru jatuh cinta dengan sosok bus di usia 9 tahun. “Saya kenal dunia bus sejak tahun 1982, ketika itu orang tua saya membuka usaha bus di Jambi, tapi sayang tidak bertahan lama hanya sampai tahun 1988,” kenangnya.
Kecintaannya terhadap bus tidak putus sampai disitu, beranjak dewasa pria kelahiran Jambi 40 tahun silam tersebut, mulai merintis karir di PO Putra Remaja yang ia jalani dari tahun 1993 - 2004. Pengalaman selama sebelas tahun menjadi broker itulah yang membawanya pada keberhasilannya sekarang sebagai pemilik PO William Trans.
“Hampir semua yang saya ketahui tentang bus berasal dari pengalaman saya menjadi broker di PO Putra Remaja,” akunya merendah. Tahun 2005 pria yang gemar merokok ini kemudian memutuskan untuk berhenti dari profesi sebelumya dan menjadi broker lepas. “Kuncinya jujur karena mencari klien tidak mudah, kalau mereka puas pasti nanti balik lagi,” tambahnya. Puas sebagai agen, tahun 2009 ia membeli satu unit bus Symphonie bekas dari PO Nusantara yang menjadi cikal bakal PO William Trans. “Namanya sendiri dari nama anak saya, saya beri nama tersebut untuk mengenang perjuangan saya ketika istri mau melahirkan tapi terkendala biaya,” ujarnya.
Kini dengan jumlah armada 10 unit tak lantas membuat bapak dua anak ini mengendurkan aktifitasnya, ia masih meng-handle sendiri kegiatan marketing sampai perawatan berkala bus. “William belum besar, masih berkembang dan semua sama disini bahkan saya juga masih dorongin ban kalau saatnya ganti,” tukas pria ramah ini.
Sumber: mobilkomersial.com
Kecintaannya terhadap bus tidak putus sampai disitu, beranjak dewasa pria kelahiran Jambi 40 tahun silam tersebut, mulai merintis karir di PO Putra Remaja yang ia jalani dari tahun 1993 - 2004. Pengalaman selama sebelas tahun menjadi broker itulah yang membawanya pada keberhasilannya sekarang sebagai pemilik PO William Trans.
“Hampir semua yang saya ketahui tentang bus berasal dari pengalaman saya menjadi broker di PO Putra Remaja,” akunya merendah. Tahun 2005 pria yang gemar merokok ini kemudian memutuskan untuk berhenti dari profesi sebelumya dan menjadi broker lepas. “Kuncinya jujur karena mencari klien tidak mudah, kalau mereka puas pasti nanti balik lagi,” tambahnya. Puas sebagai agen, tahun 2009 ia membeli satu unit bus Symphonie bekas dari PO Nusantara yang menjadi cikal bakal PO William Trans. “Namanya sendiri dari nama anak saya, saya beri nama tersebut untuk mengenang perjuangan saya ketika istri mau melahirkan tapi terkendala biaya,” ujarnya.
Kini dengan jumlah armada 10 unit tak lantas membuat bapak dua anak ini mengendurkan aktifitasnya, ia masih meng-handle sendiri kegiatan marketing sampai perawatan berkala bus. “William belum besar, masih berkembang dan semua sama disini bahkan saya juga masih dorongin ban kalau saatnya ganti,” tukas pria ramah ini.
Sumber: mobilkomersial.com
Next
« Prev Post Previous
Next Post »
« Prev Post Previous
Next Post »
Note: Only a member of this blog may post a comment.